Sangking cepatnya, Abhi bahkan tidak menyadari dua makhluk di sebelah mejanya sudah meringis kesakitan. Hidung belangnya mengeluarkan darah. Ternyata hanya pengganggu, tidak punya bakat preman, cukup dengan sepatu seorang gadis saja wajah mereka sudah babak belur tidak karuan.
Abhi membayar minumannya dan segera menyusul sang gadis, tadinya Abhi mengira gadis itu akan setuju dengan negosiasi pembelinya. Di luar dugaan, dan sikap bar-bar saat dia membela diri justru membuat Abhi penasaran.
Dari puncak tangga, Abhi bisa melihat si gadis sedang memasang kembali sepatu merah bertali silang, tak lupa mengambil tisu untuk menyumpal bagian tumit dalam agar lebih pas di kakinya, lalu menguncir sembarang rambut tebal yang sedikit berantakan.
Abhi masih memperhatikan sampai dia berjalan menuju parkiran .
“Nona, sebentar!” Abhi menyusul, takut kehilangan jejak.
Gadis manis yang sudah memakai helmnya itu menoleh, ditatapnya Abhimana dari atas ke bawah.
“Jangan takut! Saya bukan orang jahat!” Abhi melambai-lambaikan tangan ke udara.
“Bapak mau beli rokok?” tanya wanita itu.
Abhi mulai kebingungan, dia juga tidak tau kenapa dia malah mengejar wanita ini.
“Em, itu. Saya tidak merokok Nona.” Tentu saja Abhi tidak merokok, dia adalah pelatih renang. Abhi gemar berolahraga, rokok adalah hal yang paling dihindarinya.
“Oh, yasudah. Baguslah. Saya juga tidak suka cowo perokok!” si Gadis memasukkan kembali box rokok itu ke dalam godie bag yang menggantung di motornya.
Walau sebenarnya wanita itu masih berharap penjualannya akan mencapai target malam ini, mengingat sudah dua pekan capaiannya sangat jauh di bawah, itu artinya dia juga kehilangan bonus dan tunjangan yang sangat dia butuhkan saat ini.
Wanita itu bersiap-siap untuk pergi, saat dia memunggungi Abhi, pundak putihnya yang tidak tertutup kain menampakkan beberapa garis bekas cakaran, mungkin cengkraman dari laki-laki yang memegang tubuhnya tadi.
“Eh, tapi itu sisa rokoknya biar saya beli aja,” ujar Abhi ragu-ragu.
“Ya gak usah lah Pak, buat apa?”
“Em, ya gak apa-apa. Bisa buat saya jual lagi mungkin?”
“Beneran Bapak mau beli semua tanpa syarat apa-apa? Saya Cuma jual rokok Pak, gak bisa jual diri saya.”
“Astaga! Saya gak seperti mereka. Btw, saya Cuma mau bilang, tadi mereka udah babak belur di atas, kamu kenapa gak minta bantuan saya buat menghajar?”
“Lah, orang tadi disana cuma pada nonton doang sih. Malah ada yang bikin video, mungkin besok saya viral!”
“Biasalah Pak, pekerjaan saya cuma dipandang sebelah mata ….”
“Eh, saya gak gitu loh. Tapi biasanya para SPG Ada yang jaga dari perusahaan, kamu sendirian? Ini hampir tengah malam.”
“Iya biasanya ada, ini tadi saya dari event bazar, saya lihat disini rame ya jadi mampir sebentar, yang jagain ya udah pada pulang lah!”
“Emang kalau gak capai target, kenapa?”
“Ya gagal bonusan lah pak, saya butuh uang bonusnya buat skripsian, biar bisa daftar sidang bulan depan.”
Ternyata benar dugaan Abhi, yang sedang dihadapannya bukan gadis sembarang. Dia terpelajar, seorang mahasiswi yang sedang memperjuangkan tingkat studinya.
“Bapak jadi beli rokoknya?”
“Eh iya, iya jadi.”
Abhi mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet dan menerima dua kotak yang berisi dua puluh bungkus rokok menthol.
“Uangnya kebanyakan, Pak!”
“Gak apa-apa loh, ambil aja!”
“Maaf Pak, gak bisa! Saya ga bisa kasi lebih, jadi saya ga mau terima lebih! Saya ambil seharga rokok, ini saya kembalikan sisanya, terimakasih banyak!”
Abhi terpaksa menerima uang yang dikembalikan langsung ke tangannya.
“Yaudah kalau gak mau terima uang saya, tapi kamu harus terima jacket saya. Ini udah tengah malam, pakaian kamu … maaf terbuka. Itu punggung kamu juga ada bekas cakaran.”
Abhi membuka jaket dan langsung memberikannya pada sang gadis. Sebentar gadis itu hanya menatap jaket kulit coklat di tangan Abhi, walau ragu dia akhirnya menerima bantuan itu. Kontrakannya masih cukup jauh, jaket tebal ini tentu sangat lumayan membantunya melawan dinginnya angin malam.
“Terimakasih!” Keharuman woody yang maskulin seketika tercium ketika jaket yang kebesaran itu dipakaikan ke tubuhnya.
Gadis itu mencoba menyalakan mesin sepeda motor tapi tidak berhasil, padahal bensinya penuh kontak kunci juga sudah menyala.
Duh, kenapa lagi nih?
Dicobanya berulang kali, hasilnya masih sama. Akhirnya gadis itu turun untuk menyalakannya secara manual.
“Loh kenapa motornya?” tanya Abhi berbalik badan.
Dia hanya menggeleng-geleng kebingungan.
“Aku bantuin!”
Hanya dengan sekali ayunan kaki, sepeda motor itu menyala.
“Sekali lagi terimakasih, Pak!” ucapnya pelan.
“Sama-sama, kamu hati-hati.” Abhi melepaskan tangannya dari stabilizer motor matic berwarna merah muda.
Ucapan Abhi hanya dibalas dengan senyuman.
“Eh sebentar, nama kamu siapa?”
Si Gadis menunjukkan tali tanda nama yang masih tergantung di leher.
“RED!”
Abhi pun masih dapat membaca tiga huruf kapital yang ditulis besar tepat di bawah pas foto cantiknya, sebelum gadis itu memacu laju sepeda motor tanpa menoleh lagi.
“Red?” Abhi tidak sadar mengangkat sebelah sudut bibirnya saat menyebutkan nama itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Retno Anggiri Milagros Excellent
Lanjut Thor.. 👍😍
2023-12-04
0
Adama Askara
asyeeek neh ceritanya
2023-04-15
0
Reiva Momi
RED nama nya unik
2022-10-21
0