RED IS YOU
Sinar lima belas hari bulan terang dengan begitu sempurna, sorotnya cukup mengganggu pencahayaan coffeshop yang sengaja dibuat remang-remang.
Seorang pria muda menyesap habis secangkir espresso, menyisakan ampas di cangkir kecil bewarna coklat tua, lelaki itu bukan penikmat kopi, dia lebih senang cita rasa creamy yang penuh seni dalam secangkir latte art, tapi malam ini dia butuh sesuatu yang lebih berat.
Selain sinar rembulan, penerangan dari lampu jalan juga menjadikan kedai yang berada di pinggir laut itu seperti mendapat sumbangan cahaya. Sabtu malam di Kota Industri memang selalu lebih ramai, padahal waktu sudah hampir pukul sebelas.
Abhimana, dia sedang melarikan diri ke kota Batam. Keluarganya yang selama ini sangat harmonis, kini diterpa masalah serius, Adik kandungnya mengalami kecelakaan parah, tidak sampai merenggut nyawa, justru menambah jumlah nyawa di tubuhnya. Ya, hamil diluar pernikahan adalah kecelakaan yang lebih parah dari sekedar laka lantas atau laka kerja.
Ck, Ini karma bukan sih?
Seketika pria yang berusia 34 tahun itu membuka kilas balik kelakuan yang pernah dia banggakan sebagai seorang pria di masa-masa jaya sekaligus bodohnya dulu.
Baru sekarang Abhi menyesali perbuatannya yang pernah beberapa kali berhasil menina bobokan wanita hanya dengan mengandalkan wajah polosnya yang cukup tampan. Dulu Abhi sangat bangga dengan pesona yang dia punya. Kini baru dia tau rasanya, saat hal serupa dialami oleh orang yang paling dia sayang.
Tapi kalau benar ini adalah karma, bukankah harusnya Acy sedih ya? frustasi, atau minimal nangis kek. Lah ini dia sama mama malah happy-happy aja?
Abhi melarikan diri karena dia malu mendapati adik yang selama ini dia jaga, dia sayangi dan sangat dimanja papa dan mamanya harus mengalami peristiwa seperti ini.
Terlebih Papa mereka, Pak Ardhi. Tentu saja dia marah besar dan bersikeras tidak ingin menjadi wali, sedangkan mamanya tak kalah keras meminta Abhi menggantikan tugas itu dan dan menganggap papa mereka sudah mati.
Gila gak sih!?
Tak sadar sudah hampir tiga jam Abhi hanya duduk di teras lantai dua bangunan kedai, memandang pantulan sinar rembulan pada riak air yang pasang dalam.
Sejak dia duduk disana, hilir mudik pengunjung kedai tak terhitung ramainya. Ada yang pergi, ada yang datang lagi, tapi kali ini suara hentakan langkah kaki menaiki tangga besi disana terdengar jelas sekali.
Suara pijakan tumit tinggi menapaki satu demi satu anak tangga mengalihkan perhatian Abhi. Ternyata suara itu berasal dari langkah seorang gadis yang tengah bersusah payah menaiki tangga dengan sepatu longgarnya.
Setelah akhirnya berhasil berada di lantai dua, masih daam perhatian Abhi, wanita itu kerepotan menurunkan sedikit pakaiannya yang dirasa terlalu pendek, mungkin tidak menyangka lantai dua ternyata seramai ini.
Abhi memicingkan mata, secara otomatis indra penglihatan bekerja sama dengan otaknya mengamati gadis itu dari ujung rambut yang tergerai manis sampai sepatu merah bertali yang tampak tidak pas di kaki.
Tubuhnya tidak seberapa tinggi, tapi mini dress dengan lengan seadanya bahkan tidak dapat menutupi pundak, seragam perpaduan warna putih dan hijau elektrik terlihat kekecilan di atas lututnya.
Jika dilihat dari dari bordir logo pakaian, kalung nama yang dia gunakan, serta beberapa box rokok yang dipegang, sepertinya dia adalah seorang sales promotion girl dari sebuah perusahaan rokok ternama.
Tidak seperti para SPG yang biasa tampil ekspresif, gadis dengan tinggi tubuh pas-pasan itu tampak kebingungan, hal itu semakin menarik perhatian Abhi.
Rambut tipis yang diwarnai coklat kemerahan, membuat kulit wajah gadis itu tampak pucat, tidak seperti sales girl kebanyakan, riasan wajah wanita bermata bulat itu benar-benar alakadarnya.
Tanpa dempul tebal apalagi efek kilap, hanya matte cream di bibir mungil yang dipaksa merah menyala namun tampak kontras dengan bedak yang sudah tersapu minyak.
Kemudian perhatian Abhi beralih ke alas kaki yang gadis itu kenakan, juga berwarna merah sama seperti polesan pada bibirnya. Sepatu hak tinggi dengan ujung tumit persegi, ada tali panjang yang diikat menyilang pada betis jenjang yang berlapis stocking warna kulit.
Gadis itu berdiri tepat dibawah lampu yang digantung pada sisi pilar bangunan, sehingga tubuhnya berada tepat di bawah cahaya, sehingga tampak jelas gumpalan tisu yang sengaja dijejal pada tumit bagian dalam sepatu merah itu.
Ternyata kaki kecilnya dipaksa mengenakan sepatu yang kebesaran. Pantas saja dia bersusah payah saat menaiki tangga untuk sampai ke lantai dua.
Secara tidak sengaja, Abhi membuat sebuah dugaan di kepalanya.
Pasti baru semalam jadi SPG nih anak.
Abhi menyingsing ujung lengan jaket kulitnya, melirik jam di pergelangan, sudah hampir pukul sebelas, gadis di seberang sana masih tampak kebingungan.
Sementara dua lelaki yang mejanya tepat disebelah Abhi sejak tadi saling melempar pandangan penuh siasat hingga akhirnya salah satu diantara mereka melambaikan tangan pada sang gadis.
Melihat seseorang memberinya kode panggilan, gadis itu tersenyum, mungkin malam ini targetnya akan tercapai dan dia bisa segera pulang lalu berisirahat.
Bergegas dia menuju calon pembeli, dengan gaya Bahasa dan intonasi yang persuasif, gadis itu mulai menawarkan produknya.
“Selamat malam Bapak, silahkan pak mau beli rokoknya?” Gadis itu menyodorkan satu kemasan rokok berwarna hijau putih dengan lambang huruf L dan A.
“Jangan panggil bapak dong dek, panggil Mas aja,” ucap salah satu pria berkumis tebal yang mulai salah tingkah.
Dari mejanya, Abhi memicingkan pandangan, sedikit geli melihat ekspresi dua orang laki-laki yang dari sorot matanya saja sudah terbaca keinginan aneh mereka.
“Oh iya maaf … maaf, silahkan Mas rokoknya. Ini varian terbaru kami. Kandungan mint komplit loh, ada peppermint dan spearmint, gak cuma melegakan tenggorokan tapi bisa kasi efek menenangkan, dicoba dulu mas siapa tau nanti suka,” ucapnya mendeskripsikan dengan lengkap produk yang tadi sudah dia hafal sebelumnya.
Kemampuan berkomunikasi gadis ini sangat mumpuni, gesture dan ekspresinya juga cukup jadi bukti bahwa pekerjaan yang dia jalani tidak hanya mengandalkan kecantikan jasmani.
Terbukti kehadiran para gadis petugas promosi ini menjadi daya tarik sendiri saat mereka menyampaikan sedikit keunggulan produk dan tidak menyebutkan bahaya yang jelas-jelas tertera di tiap kemasan rokoknya.
“Sepertinya akan lebih menenangkan merokok sambil ditemani Mbaknya deh,” ucap seorang pria yang kulit wajahnya penuh beruntusan, sambil menerima kemasan rokok yang gadis itu berikan. Tak hanya rokoknya tapi telapak tangan gadis itu juga ikut digenggam.
Abhi yang sejak tadi masih menonton adegan dihadapannya sudah maklum dengan hal-hal semacam itu, gadis itu tampak masih bisa menguasai diri dan mengatasi gangguan itu dengan baik.
“Bisa aja Masnya,” sekuat tenaga gadis itu menarik tangannya dan tetap tersenyum professional, “harga satu bungkusnya dua puluh empat ribu saja, Mas,” ucapnya lagi.
Salah seorang lelaki mengeluarkan lembaran seratus ribu rupiah untuk membayar rokok yang sudah ditangannya. Wanita itu mengeluh dalam hati, karena sejak tadi produk yang terjual baru dua bungkus saja sehingga dia tidak punya uang kembalian.
“Sebentar ya Mas, saya cari uang kembalian,” pamitnya
Gadis itu berlalu membawa uang yang dia ambil dari pembelinya, menuju meja kasir berharap bisa mendapatkan pecahan uang disana, ternyata petugas kasir itu tidak bersedia menukarkan uang kecil mereka, kecuali gadis itu mau membeli makanan atau minuman yang mereka jual.
“Maaf Mas, ada uang pas aja gak? Saya belum punya kembalian,” ucap gadis itu menyodorkan kembali lembaran merah yang tadi dia bawa.
“Em, masa gak punya sih. Gini aja deh, kita bisa beli semua rokok yang ada, tapi ada syaratnya, gimana?” nego lelaki berkumis tebal dengan intonasi penuh hajat.
Abhi di sebrang meja hampir saja berdiri mendengar kalimat bernada pelecehan di depannya, tapi masih dia tahan saat dilihatnya gadis itu masih menolak dengan begitu manis dan elegan.
“Wah maksud Mas-mas ini bagaimana ya? maaf saya hanya menawarkan produk, bukan menawarkan jasa. Tidak apa-apa kalau tidak berkenan, Mas. Terimakasih waktunya, saya permisi ya.”
Secepat kilat dia mengambil kembali bungkusan rokok yang belum dibayar, namun saat badannya sudah berbalik ke belakang ternyata lelaki itu sempat meraih pergelangan tangan, menarik tubuh ringkihnya sedangkan tumit sepatunya tak mampu menahan badan yang terhuyung jatuh tepat di pangkuan si baj ingan, sang gadis telentang dengan memeluk dua box rokok ditangan.
Dua lelaki itu serentak tertawa, apalagi melihat gadis itu tidak bereaksi apa-apa. Mereka mulai jadi pusat perhatian, tapi saat melihat gadis yang terjatuh adalah seorang SPG, semua seakan tutup mata dan menganggap itu kejadian biasa.
“Gak perlu jual mahal gitu, kami bisa bayar sepuluh kali lipat dari harga semua rokok ini, eh apa itu terlalu mahal, ahahahah?”
Sementara dua orang itu masih menertawakan keberhasilan mereka, sepatu yang longgar di kaki si gadis sudah berhasil terbuka keduanya. Dengan sigap sikunya didorong ke belakang menghantam perut buncit si lelaki berkumis.
Saat sudah berhasil bangkit, dengan sekuat tenaga dia menghantam wajah dua orang lelaki itu dengan ujung tumitnya, satu orang mendapat jatah yang sama, dua pukulan keras membabi buta.
“Makan tu sepatu!”
Kejadian itu terlalu cepat sehingga mereka yang tidak tau malu itu tidak sempat menghindar. Tanpa peduli akbiat dari perbuatannya, si gadis langsung berlari melewati kerumunan mata yang hanya menonton aksinya, beberapa diantara mereka bahkan ada yang merekam kejadian itu dengan kamera ponsel bak pewarta, dia tak peduli.
Langkahnya laju menuruni anak tangga, sebelah tangannya memegang sepasang sepatu merah sedang sebelah lagi menimang kotak rokok yang belum berhasil terjual.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
santitri
keren baru baca satu bab sudah terhipnotis
😍😍😍🙏🙏🙏🤗
2024-10-30
0
Rosida maghrib
hadir
2024-09-23
0
Siela Roslina
hadir lg kak😁
2023-09-14
0