Fate Love
Di pinggiran sebuah jembatan terbesar kota A, seorang gadis cantik berambut ikal panjang sedang menangis tersedu. Mengingat kembali kejadian demi kejadian yang dia alami sampai saat ini seperti memutar sebuah film drama yang tragis. Semua ini berawal saat sebuah panggilan telepon dari kakak tirinya, Ratih, yang memintanya datang ke sebuah café untuk membicarakan sesuatu.
“Mel, malam ini bisa kita ketemu? Ada yang mau Kakak bicarakan sama kamu, penting,” ucap Ratih mengawali pembicaraan.
“Bisa Kak. Tapi setelah jam 8 ya. Karena aku ada rapat sama tim promosi membahas proposal yang akan kita ajukan ke salah satu artis yang ingin menggelar pernikahan di Hall Hotel kita bulan depan,” sahut Amelia.
“Oke. Fine. Kamu kan memang Manajer Umum sekarang. Gak bisa dibandingkan dengan aku yang hanya staf hotel biasa,” sungut Ratih.
“Bukan gitu," Tutt..tuutt...tuutt...sambungan telepon diputus.
*Kenapa K*ak Ratih selalu sensitif kalau aku membahas masalah hotel. Jelas-jelas dia tau aku sama sekali tidak berminat meneruskan bisnis papa. Hhhhh….
Tidak mau terbawa perasaaan terlalu lama, Amelia memutuskan untuk segera memulai rapat. Amelia Candra, manajer wanita termuda di jajaran pimpinan Hotel Candra milik keluarganya. Dia berparas cantik, kulit putih mulus bak porselen, rambut ikal di bawah bahu, postur tubuhnya merupakan idaman kebanyakan wanita, tinggi dan berisi.
Kecantikan fisiknya bersanding dengan kecerdasan intelektual tinggi dan emosi yang stabil, membuat banyak karyawan yang awalnya berpikiran sinis tentang jabatan yang diperolehnya karena dia putri pemilik hotel berubah menjadi sorot kagum dan hormat setelah melihat hasil kerjanya selama setahun ini.
Saat ini usianya genap 24 tahun. Usia yang terbilang muda untuk menjadi seorang penanggungjawab sebuah departemen. Namun Amelia membuktikan bahwa usia bukan hambatan untuk berprestasi. Program sarjana dan pascasarjana manajemen bisnis di Cambridge University dia tuntaskan dalam waktu 5 tahun dengan predikat cumlaude.
Selain prestasi akademik, Amelia merupakan gadis yang senang berorganisasi dan berpendirian kuat. Itu semua merupakan modal yang Amelia punya hingga dia pantas menduduki jabatannya yang sekarang. Patut dijadikan contoh untuk orang muda seusianya.
****
Café Zoom
“Pras...aku mau kamu masukkan obat ini ke dalam jus jeruk yang aku pesan. Jangan sampai salah. Aku pesan yang biasa ya,” perintah Ratih pada bartender café.
“Ini apa mbak?" tanya Prasetyo penasaran.
“Sudah, jangan banyak tanya. Yang paling penting jangan sampai salah! Kamu masih mau ambil alih café ini kan Pras?” pancing Ratih.
“Oke, saya tidak akan tanya lagi. Tapi jangan ingkar janji ya.” Bagi Prasetyo tidak penting lagi apa tujuan wanita ini, siapa targetnya, yang penting dia hanya perlu melakukan sesuai perintah dan dia dapat imbalan yang besar untuk hal itu. Dalam hati kecilnya merasa bersalah terhadap musuh wanita ini. Namun ambisinya memiliki sebuah café membuat Prasetyo menutup matanya.
Nanti...nanti...suatu hari nanti aku akan melakukan suatu hal besar untuk membayar kejahatanku saat ini, batinnya. Wanita cantik di depannya ini memiliki aura yang sulit dijelaskan.
“Mikirin apa kamu?! Udah sana, keburu ada yang tau nanti.” tegur Ratih ketus, membuyarkan pikiran Prasetyo.
Pukul 21.10
Sebuah taksi berhenti di halaman café. Amelia segera keluar dari taksi sambil berlari kecil menuju pintu masuk. Dia tahu kakaknya tidak akan mudah memaafkan keterlambatannya. Tapi memang tidak ada hal yang mudah saat berhadapan dengan Ratih.
Saat usianya 8 tahun, mamanya meninggal karena kecelakaan. Dua tahun kemudian papa menikah dengan mama Sonya dengan membawa Ratih yang usianya 2 tahun di atas Amelia. Tahun-tahun awal kehidupan mereka sangat harmonis layaknya keluarga pada umumnya.
Masalah demi masalah mulai mewarnai kehidupan kakak beradik ini sejak mereka beranjak dewasa. Mulai dari prestasi akademik, hubungan asmara, menentukan pilihan kuliah, sampai masalah jabatan di hotel. Meski begitu Amelia sangat menyayangi kakak tirinya itu.
“Kak Ratih...hhhh...maaf ya...Amel telat,” kata Amel sambil menata nafasnya yang tersengal.
“Tau diri dikit lah Mel! Bedakan urusan kerja dan pribadi! Aku masih tetap kakakmu walau jabatanku jauh dibawahmu!” Ratih mulai mengomel.
“Kak, bisa gak kita gak usah membahas masalah jabatan? Kalau Kakak mau, aku akan bilang ke Papa untuk menukar posisi kita,” berusaha meredakan emosi Ratih.
“Halah, gak usah cari muka. Sok baik. Kalau memang mau tukar posisi, kenapa gak dari awal mulai kerja aja kamu bilang Papa. Dasar! Sok perhatian!” makin tinggi nada bicara Ratih.
“Pelankan suaramu Kak, banyak orang yang liat ke arah kita. Oke, Kakak mau bicara apa? Kalau hanya mau bertengkar mending kita pulang aja,” jawab Amelia mulai sebal.
“Oke, aku minta maaf, Mel. Nih minum dulu jusnya,” menyodorkan jus jeruk yang sudah dipesan tadi.
Karena haus habis berlari tadi, dilanjutkan berdebat, Amelia meminum habis jusnya tanpa ada rasa curiga. Di seberang meja Ratih memperhatikan sambil tersenyum sinis. Di balik meja bar, seorang pria melihat adegan itu dengan perasaan yang campur aduk.
Setelah jus habis, Ratih memulai obrolan dengan suasana yang berbeda. Menanyakan kemajuan proyek yang sedang Amelia tangani, membahas tentang hal-hal yang tidak penting, tidak seperti yang dikatakan di telepon
tadi sore.
Hhooaamm...Amelia menguap. “Kak, hal penting apa yang ingin Kakak sampaikan? Amel sudah ngantuk nih.” Hhooaaammm...menguap lagi.
Ratih tersenyum melihat Amel sudah hampir tertidur. “Oh iya sampai lupa mau bahas apa.” Karena memang tidak ada hal penting yang ingin Ratih sampaikan ke Amelia. “Sebaiknya kita pulang aja, Mel. Kamu bareng mobil Kakak aja ya.” Yang diajak bicara sudah menjatuhkan kepalanya di meja café.
Bagus...semua berjalan sesuai rencana sejauh ini. Rasakan kamu Mel, setelah ini kamu gak akan pernah bisa berjalan dengan kepala tegak lagi. Saatnya kamu merasakan kekalahan demi kekalahan yang sejak dulu selalu aku rasakan. Senyum kemenangan mengembang di bibirnya.
Menoleh ke arah bartender yang sedang berdiri, Ratih melambaikan tangannya. Prasetyo berjalan menghampiri meja Ratih sambil membawa amplop berisi perjanjian bermaterai.
“Apa ini?” tanya Ratih saat Prasetyo menyodorkan amplop cokelat di depannya.
“Ini surat perjanjian bermaterai mbak. Tolong ditandatangani,” jawab Pras.
“Heehh…!! Tugasmu belum selesai! ” jawabnya ketus. “Sudah kamu siapkan pria yang akan menemani wanita ini tidur malam ini?” kembali bertanya.
“Sudah, Mbak. Sudah siap di kamar seperti yang Mbak perintahkan.”
“Bagus, sekarang kamu bantu aku mengurus wanita ini.” Tanpa menunggu lama, Ratih membopong lengan Amel di bahunya. Sementara Prasetyo mengambil kunci dan menyiapkan mobil di dekat pintu keluar. Ratih memasukkan Amelia ke mobil dan memerintahkan Pras segera menjalankan mobil menuju hotel.
***
Kamar 309 Hotel Galaksi
Seorang pria tampan dengan tubuh atletis sedang terbaring bertelanjang dada. Selimut hanya menutupinya sebatas pusar. Otot dadanya terbentuk sempurna, bukti bahwa dia rajin merawat tubuh dan menjaga kebugarannya. Ratih langsung terpesona dengan sosok di atas ranjang saat Pras membuka pintu kamar hotel.
Pria tampan, beruntungnya kamu malam ini. Aku serahkan adikku yang masih suci ini kepadamu. Selamat menikmati malam indahmu. Bibirnya tak henti menyungging senyuman membayangkan yang akan terjadi malam ini.
Keluar dari kamar hotel, Ratih menyerahkan amplop milik Prasetyo yang sudah dia tandatangani. “Kerjasama kita selesai sampai di sini. Apa yang terjadi dengan mereka berdua sudah bukan tanggungjawab kita. Dan satu hal lagi, hapus semua jejak yang mengarah ke kita. Anggap kita tidak saling kenal atau pernah bertemu. Atau..” belum selesai Ratih bicara.
Pras sudah memotong, “Sudah, cukup. Saya paham. Terimakasih,” sahutnya, mengambil amplop dan melangkah pergi meninggalkan Ratih di depan kamar hotel.
Sebelum beranjak pergi, sekali lagi Ratih menoleh pintu kamar hotel dan membatin, andai saja kamu tidak selalu unggul, andai kamu mengalah sekali saja, mungkin aku tidak sebenci ini padamu adikku. Senyum sinis kembali mengembang di bibirnya.
Pikiran Ratih melayang pada sosok pria di kamar tadi, andaikan kita bertemu dalam kondisi yang lain mungkin aku dengan senang hati menemanimu menghabiskan malam. Tapi garis nasib membawamu ke dalam drama ini dan menjadi salah satu alatku membalas dendam pada Amel. Sambil menggelengkan kepala, Ratih berjalan keluar hotel menuju mobilnya diparkir.
*****
Hai, smart readers.
Perkenalkan aku DewiOmega. Fate Love merupakan novel pertamaku yang berhasil dipublikasi. Jangan lupa untuk Like, Komen, Rate dan Vote ya. Karena itu akan menyemangatiku untuk semakin aktif berkarya. Terimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
🍯𝖑𝖎ꪖꪀꪖ
aku mampir thor dan cerita seru..semangat ya💪💪
2022-06-29
1
Cece Jumi
kakak luknut
2022-01-04
0
✰͜͡v᭄pit_hiats
jangan ada bawang diantara urang opatan😍😍😍
2021-05-21
1