Kamar 309 Hotel Galaksi
Masih dengan rambut basah dan tubuh berbalut handuk mandi, Angga berusaha mengingat kejadian semalam. Setiap ingatannya buntu, dia akan mengumpat atau menggebrak meja. Dia mengambil ponselnya dan menekan
beberapa angka, “Bob, segera ke kamarku.” Belum sempat terdengar jawaban, sambungan sudah diputuskan. Tak berapa lama seseorang mengetuk pintu kamar hotel.
Tok...tok...tok… “Masuk.”
Pintu terbuka, masuklah seorang pria bertubuh tak kalah atletis dengan Angga. “Selamat pagi, Tuan Muda. Ada yang bisa saya bantu?” tanya Bobi asisten sekaligus pengawal Angga Antariksa, eksekutif muda dunia perhotelan. Bisa dikatakan Angga adalah rajanya perhotelan Asia. Pemilik sejumlah hotel bintang 5 yang tersebar seluruh Asia.
“Bob, tolong kamu cek rekaman CCTV kemarin malam sampai pagi ini. Ada tikus-tikus kecil yang ingin bermain denganku,” kata Angga memberi perintah.
“Baik, Tuan Muda. Saya akan kembali 1 jam lagi.” Tanpa menunggu jawaban Angga, Bobi melangkah pergi. Bobi adalah mantan ajudan Presiden. Karena cidera pada kaki kanan saat bertugas, membuat gerakannya tidak segesit dulu. Dengan sadar diri Bobi mengundurkan diri sebagai ajudan Presiden dan direkrut oleh Angga.
Selama 5 tahun bekerja, cideranya tidak pernah menghambat kinerja Bobi. Karena memang lebih banyak menggunakan otaknya daripada ototnya. Angga sendiri mahir beladiri, jadi Bobi tidak terlalu banyak melakukan tugas pengamanan, hanya memastikan segala sesuatu berjalan sesuai kehendak tuannya.
Menunggu Bobi kembali membuat Angga mengingat kejadian itu. Saat dimana, dapat dikatakan seorang milyuner memperkosa gadis belia. Merasa jijik dengan dirinya, tanpa sadar Angga bergidik sendiri. Namun tak dapat dipungkiri, ada sisi yang membuat Angga menikmati kejadian itu. Tanpa sadar matanya memandang ke arah ranjang besar tempatnya melampiaskan hasrat di bawah pengaruh obat.
Gadis itu sepertinya juga dijebak seperti dirinya, dilihat dari responnya saat Angga menindih tubuhnya dia hanya bisa meronta lemah. Berbeda dengan wanita lain yang sering menemani Angga, yang lebih agresif dari kucing liar. Berusaha menggoda dengan semua yang mereka punya untuk mendapatkan kesempatan berdekatan dengan Angga.
Sebagai pebisnis muda dan sukses, Angga banyak dikelilingi wanita. Namun tidak ada yang bertahan lebih dari sebulan dan berhasil mendapatkan cinta Angga atau bahkan sekedar menemaninya tidur. Angga bukan tipe pria yang mudah tergoda oleh pesona fisik wanita.
Aroma tubuh gadis itu masih lekat diingatan Angga. Wangi rambutnya membangkitkan lagi gairah yang sudah terpuaskan. Badan Angga menegang. Tubuh gadis itu terasa pas di bawah Angga. Aku harus temukan gadis itu, pikirnya.
Bobi telah kembali dengan membawa rekaman CCTV. “Tuan Muda, sepertinya benar ada yang sedang bermain api. Rekaman CCTV sejak Tuan Muda masuk lobi hotel sampai pagi ini telah dihapus seseorang. Yang tersisa
hanya saat seorang gadis keluar dari kamar ini...” Bobi menahan kalimatnya sampai disitu. Selama ini Bobi tidak pernah melanggar batas privasi bos mudanya itu.
“Tunjukkan padaku.” Bobi menyerahkan gawainya ke tangan Angga. Di layar sedang diputar rekaman CCTV yang menunjukkan seorang gadis keluar kamar sambil mencengkeram bagian depan bajunya dan berjalan sedikit berlari sambil mengusap matanya.
Namun sayangnya wajah gadis itu tidak terekam kamera CCTV. Sial! dia menangis. Apa aku sudah menyakitinya? Ada penyesalan yang tiba-tiba muncul di hati Angga. Selama ini belum pernah ada pemandangan wanita menangis yang dapat meluluhkan hati Angga selain mamanya.
“Tuan Muda…” teguran Bobi menyadarkan Angga dari lamunan.
“Bob, cari tahu tentang gadis ini. Atur pertemuan sewajar mungkin agar dia tidak curiga. Aku ingin tahu latar belakangnya.” Angga memberi perintah.
“Baik Tuan Muda. Ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Bobi yang disambut lambaian tangan Angga. Setelah mengangguk, Bobi meninggalkan Tuan Muda-nya yang kembali larut dalam pikirannya sendiri.
Baru kali ini Tuan Muda bersikap begini berkaitan dengan wanita. Semoga ini wanita terakhir yang bisa menaklukkan hatinya, batinnya sambil geleng-geleng dan melangkah pergi. Selama 5 tahun menemani Angga, belum pernah ada kejadian seperti hari ini. Banyak wanita yang keluar dari kamar 309 dalam kondisi menangis bahkan dibarengi dengan teriakan, umpatan atau tendangan di pintu kamar. Tapi belum ada peristiwa dimana Angga meminta Bobi mencari rekaman CCTV bahkan minta diatur untuk bertemu.
Biasanya Angga akan dengan senang hati menunjukkan identitasnya agar para wanita berebut perhatiannya dan dengan mudah mencampakkannya. Bila ada wanita keluar kamar 309 dengan menangis, maka Bobi akan bertemu dengan Angga yang sedang tersenyum senang sambil minum kopi di dalam suite room nya. Karena itu artinya akan ada wanita baru lagi hari ini sampai satu bulan kedepan. Bukan seperti pemandangan yang Bobi temui pagi ini.
“J4…cari identitas wanita yang ada dalam video. Laporkan padaku secepatnya.” Bobi memberi perintah bawahannya melalui ponsel.
“Baik Pak. Laksanakan.” Jawab orang diseberang sana.
Orang yang dipanggil J4 mulai membuka video berdurasi 40 detik yang Bobi kirimkan. Sudah dia putar ulang sampai 4x, namun J4 masih kebingungan harus mulai darimana mencarinya. Dia menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal sambil mulai melaksanakan tugasnya.
Pantang menyerah sebelum perang, itu yang selalu ditanamkan Bobi pada anak buahnya. Dan itu pula yang membuat mereka berusaha sebaik mungkin dalam melaksanakan tugas yang diberikan.
****
Kantor Manajer Umum Candra Grup
Toni asisten pribadi Amelia sudah duduk sejak satu jam yang lalu. Dia masuk ke ruangan atasannya karena ingin melaporkan kemajuan tentang proyek pernikahan artis Noah yang akan digelar 2 minggu lagi. Tapi si empunya kantor sedang duduk termenung menghadap jendela kaca besar yang menyajikan pemandangan kota A dari atas.
Tak mau mengganggu Amelia, maka Toni hanya duduk sambil menunggu Amelia menyadari kehadirannya. Tiba-tiba kursi berputar dan Amelia terkejut melihat Toni duduk memandanginya di seberang meja.
“Astaga! Mas Toni, bikin kaget aja! Ketuk pintu dulu mas sebelum masuk. Jangan main nyelonong trus duduk begini. Hampir copot jantung Amel,” cerocos Amelia tanpa jeda.
Toni dan Amelia adalah saudara sepupu. Ayah Toni merupakan kakak kandung Pak Candra Mulyana. Mereka tumbuh bersama sampai sebelum Toni pindah ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Usia mereka terpaut satu
tahun dan sempat menikmati masa SMA bersama. Tak jarang banyak teman-teman yang menyangka bahwa Toni adalah kekasih Amel, dan itu membuat banyak cewek yang cemburu sekaligus kagum pada Amel diwaktu yang bersamaan.
Toni pria yang tampan, dengan tubuh tinggi tegap, kulit putih dan garis rahang yang tegas. Penampilannya selalu enak dilihat, senyumnya dapat mengalihkan dunia lawan jenis dan sesama jenis. Namun hanya Amelia yang tahu kemarahan yang mengerikan di balik semua ketampanan yang nampak.
“Sudah ngomelnya? Mas sudah mengetuk pintu, menegur ibu manajer, permisi untuk duduk, berdehem dan sayangnya tidak bisa mengalihkan perhatian ibu dari asiknya melamun. Apa Paman Candra tau kalau manajer kebanggaannya suka melamun saat bekerja?” ocehan Toni tak kalah panjang.
Amelia bengong, apa iya barusan dia melamun? Kejadian malam itu berpengaruh besar bagi Amelia, hingga dia menjadi banyak diam dan melamun. “Ehh…maaf Mas, Amel yang salah,” katanya menyesali sikapnya.
“Kamu kenapa Mel? Semingguan ini Dira bagian marketing bilang kalau kamu sering gak fokus saat rapat. Kamu ada masalah? Cerita dong sama mas Toni, mungkin ada yang bisa mas bantu,” kata Toni lembut.
Toni pernah memiliki perasaan khusus pada Amelia saat remaja. Dan rupanya ayah Toni menyadari hal itu dan segera mengirim Toni ke luar negeri dengan alasan melanjutkan studi. Tapi ternyata jarak dan waktu masih belum bisa menghapus rasa itu. Toni sadar betul bahwa Amelia hanya menganggapnya sebagai kakak laki-lakinya, tidak lebih. Namun tampaknya istilah cinta datang karena terbiasa itu benar adanya, dan sayangnya hanya berlaku untuk Toni.
“Mas, boleh Amel minta peluk sebentar?” tanya Amel lembut sambil berdiri mendekati kursi Toni. Tanpa bicara lagi, Toni berdiri dan memeluk Amel dengan erat.
Satu yang paling penting yang Toni tahu saat ini adalah, Amelia sedang dalam masalah. Sejak dulu, apabila sedang banyak masalah atau ada yang dipikirkan Amelia selalu minta dipeluk saat mereka bertemu. Setelah itu dia akan mulai menceritakan semua yang dia pendam.
Sejak mamanya meninggal, Amel yang anak tunggal tidak punya tempat untuk bercerita. Papanya sedang sibuk-sibuknya mengembangkan bisnis hotelnya. Karena itu, Amelia lebih sering tinggal di rumah Toni dan bermain bersama Toni dan Tika.
Nafas berat dan hangat menggelitik dada Toni. Kemeja depannya mulai terasa basah dan hangat, Amelia menangis. Toni membelai rambut ikal Amel dan menepuk punggungnya perlahan. Membiarkan Amel menumpahkan semua beban yang dia rasakan. Belum sempat bertanya, pintu ruang kerja terbuka lebar.
“Wah...wahh...ada yang sedang bermesraan pada jam kerja nih ceritanya…” Ratih membeo sambil melenggang memasuki ruangan.
“Jangan bicara sembarangan kamu Ratih…!” Toni menghardik keras.
“Heleh…! Jangan sok jadi pahlawan kesiangan kamu Ton. Memangnya kamu pikir aku gak tau kalau kamu ada rasa sama Amel sejak lama? Cinta berkedok saudara,” sindir Amel.
Amelia mengusap airmatanya sambil berjalan mendekati Ratih. Tanpa kata dia memandang tajam ke dalam mata Ratih. Mencoba mencari jawaban atas berbagai pertanyaan yang berkecamuk di pikirannya. Entah kenapa Ratih merasa terintimidasi dan ngeri dengan tatapan mata Amel, sehingga tanpa sadar dia mundur selangkah.
“Apa-apaan kamu Mel?! Mau main film horor ya?” mencoba bercanda menutupi rasa takut yang tiba-tiba menghampirinya.
“Nggak kok. Gak papa. Hanya mencari tau jawaban dari pertanyaanku lewat matamu,” sahut Amelia sekenanya sambil berjalan kembali ke kursinya.
“Owh iya…apa yang kakak liat tadi bukan untuk konsumsi umum. Jadi sebaiknya Kak Ratih tutup mulut seperti saat aku bertanya beberapa hari yang lalu. Sepertinya kakak lebih pantas memerankan gadis keji bermuka dua ketimbang gadis penggosip,” kata-kata Amel kali ini mengejutkan Toni dan Ratih karena ini bukan seperti Amelia yang mereka kenal.
“Kalau sudah tidak ada lagi yang ingin kalian bicarakan, silakan keluar. Aku ingin sendiri saat ini,” kata Amel sambil duduk dan memutar kursi kembali menghadap jendela.
Toni yang tadinya ingin meminta penjelasan atas airmata Amel, mengurungkan niatnya dan menarik Ratih keluar ruangan.
“Awhh\, sakit…! Lepaskan Ton..! Sudah gila kamu ya?!” mengibaskan tangannya sampai terlepas dari cengkeraman Toni. Cengkeraman itu meninggalkan bekas merah di pergelangan tangan Ratih. “Si**** kamu…! Cari mati ya?!” tanya Ratih ketus.
“Kamu yang cari mati. Jangan pura-pura bodoh Ratih. Kamu pikir semua orang bisa kamu perdaya? Mungkin Amelia dan Paman Candra bisa, tapi aku tidak. Jangan berani-berani kamu menyakiti Amelia. Camkan itu…!!” ancam Toni sambil berlalu meninggalkan Ratih yang masih terpaku.
Ingatan Toni kembali ke masa dimana mereka masih remaja kelas 2 SMA. Saat itu tanpa sengaja Toni mendengarkan percakapan Ratih dengan Franky, mantan teman sekelas mereka yang dikeluarkan dari sekolah karena kedapatan memakai narkoba usai jam sekolah. Mereka berdua merencanakan mendorong Amelia saat berada di tangga perpustakaan, namun belum selesai bicara mereka keburu melihat Toni sedang memperhatikan mereka.
Setelah itu banyak kejadian yang menimpa Amelia di sekolah walau tidak membahayakan namun Toni yakin itu semua ulah dari Ratih dan teman-temannya. Hanya saja sampai sebelum pindah ke Amerika, Toni tidak berhasil menemukan bukti kuat yang bisa dia tunjukkan ke pamannya bahwa semua kejadian yang menimpa Amelia adalah ulah dari Ratih.
Di dalam ruangannya, Amelia sedang memutar otak menyusun rencana untuk mencari bukti kejahatan Ratih dan sekaligus identitas pria yang tidur dengannya di hotel. Dia putuskan untuk mulai menelusuri dari café tempat Ratih dan dia bertemu malam itu. Ingatannya masih seperti potongan-potongan puzzle yang belum lengkap, belum bisa dirangkai menjadi satu cerita utuh dan runut.
***
Hai, Smart Readers. Jangan lupa untuk Like, Komen, Rate dan Vote cerita Angga dan Amelia ya. Gimana? Sudah mulai penasaran dan gemes dengan ceritanya? Tunggu update selanjutnya ya.
Love You.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
nofasaja
hallo kak, aku mampir disini, sambil nunggu yang sebelah update 😁
2021-01-11
1
bunga seroja
masih nyimak
2020-11-25
1
@salma#
tuh kan ... akhirnya repot sendiri cari tau tenteng cowoq yg tidur sama dia ... coba lebih sabar dikit buat ga langsung pergi waktu dia baru sadar, kan lebih clear urusannya ... ckckck
aku heran, kenapa yah setiap novel yg aku baca tentang ceweq yg diperkosa cowoq ga dikenal pasti pas dah sadar langsung pergi begitu aja tanpa komunikasi dulu sma cowoqnya dan ujung2 nya tuh cowoq repot nyari tuh ceweq dan akhirnya ngejar2 mau tanggung jawab ... hem hem hem
2020-10-17
3