Di sebuah kamar kos di kota M, Prasetyo menghisap batang rokoknya yang ke-4. Suasana kamar kos itu tidak layak disebut sebagai kamar, penuh asap, sampah berserakan, baju kotor dan bersih campur aduk jadi satu. Kamarnya berantakan seperti pikirannya saaat ini.
Sudah dua bulan dia meninggalkan kota A dan bersembunyi di sini, menghindari orang-orang Angga yang gencar mencarinya sampai ke kampung halamannya sekaligus menenangkan pikiran dan menata hatinya untuk memulai kehidupan baru di sini.
Berteman dengan Angga sejak SMA membuat Pras sangat memahami pribadi Angga yang profesional dalam bisnis, baik cenderung protektif kepada orang dekat di sekitarnya dan tidak memiliki belas kasihan kepada lawan.
Ada penyesalan di hati Pras karena memilih menjadi lawan Angga hanya untuk memenuhi ambisinya memiliki café sendiri. Menyesal karena nuraninya kalah oleh bujuk rayu Ratih dan iming-imingnya.
Tapi semua sudah terjadi, dan yang bisa Pras lakukan sekarang adalah bangkit menata ulang hidup dan menebus dosanya seperti yang pernah dia janjikan. Walau bukan kepada Angga dan gadis yang dia jebak, paling tidak dia dapat menolong orang di sekitarnya saat ini untuk menebus dosa.
Isapan terakhir rokoknya membuat dia tersedak dan batuk. Dia segera bangkit dan menghubungi seseorang melalui ponselnya dan menanyakan tentang perjanjian jual beli café atas nama dirinya. Ternyata semua sudah beres dan siap untuk dijalankan.
“Oke. Tolong sekalian diurus pembangunan rumah di atas café, agar saya tidak perlu berkendara saat akan ke café.” Telepon ditutup dan Prasetyo tersenyum puas bahwa dirinya akan segera menjalankan bisnisnya sendiri.
“Ayo Pras…lupakan masa lalumu. Buka lembaran baru di kota yang baru. Menjadi pesakitan seperti sekarang tidak akan mengembalikan semua hal yang sudah terjadi di masa lalu,” ucapnya menyemangati diri sendiri sambil menuju ke kamar mandi.
***
Kediaman Keluarga Gunawan Bahari
Di ruang kerjanya di lantai 2, Pak Gunawan sedang berdiskusi dengan Rossa Andromeda putri bungsunya tentang kekacauan salah satu hotel cabang yang berada di Roma.
“Pa…apakah tidak sebaiknya Papa berunding dengan Mas Angga tentang ini semua? Mas Angga pasti punya solusinya Pa, tanpa Papa harus garuk-garuk kepala begini,” kata Rossa tersenyum jail.
“Kamu ini, Papa bukannya tidak mau cerita ke Angga tentang ini, dia pasti sudah mendengar laporan dari Bobi. Apa yang Bobi tidak tahu selain kapan tanggal pernikahannya sendiri?” kata Pak Gunawan melucu yang disambut gelak tawa putrinya.
“Hehehe…Papa ini bisa aja. Katanya pusing, tapi masih sempat melucu.” Rossa geleng-geleng kepala mendengar Papanya. “Trus kenapa sampai sekarang Mas Angga belum bertindak?” tanyanya.
“Sepertinya kamu belum mengenal kakakmu dengan baik. Angga tidak akan pernah ikut campur urusan yang Papa tangani kecuali Papa sudah mendelegasikan urusan itu ke dia. Angga itu profesional kalau urusan kerjaan. Tau batasan-batasannya,” jelas Pak Gunawan.
“Nah…kalau gitu Papa dong yang kasih tugas Mas Angga. Biar segera selesai itu hotel Roma. Kata Mama beberapa malam ini Papa sering tidur larut malam. Jaga kesehatan Pa, biarkan yang muda yang bekerja. Atau Papa mau Rossa yang ke Roma?” tanyanya sambil mengerjapkan mata berharap Papanya luluh.
“Waduh, bukannya selesai malah makin kacau urusannya. Bisa-bisa hotel itu berubah jadi galeri lukisanmu. Hehehe….” Pak Gunawan terkekeh disambut bibir manyun Rossa karena niatnya terbaca oleh papanya.
“Sebenarnya apa alasan Papa gak cerita ke Mas Angga?” masih belum mengerti maksud papanya.
“Angga itu terlalu kejam kalau menangani penyelewengan uang dan jabatan di kantor. Sedangkan Om Rudi itu teman masa kecil Papa. Tidak sampai hati Papa mempertemukan Angga dan Rudi. Hhhh…. lagipula belakangan ini
kata Mbok Yem, sepertinya Angga sedang banyak pikiran. Sering ketauan melamun dia,” Papanya menjelaskan panjang lebar.
“Mas Angga melamun? Ahh…gak mungkin itu Pa. Pangeran Salju melamun? Mbok Yem butuh kacamata kali Pa,” gurau Rossa.
Belum sampai menanggapi kata-kata Rossa, pintu ruang kerja terbuka, yang dibicarakan muncul dari balik pintu. Langsung duduk di sofa samping adiknya.
“Halo seniman kamar mandi,” sapa Angga sambil mencubit hidung adiknya.
“Apaan sih…! Kebiasaan deh…! Mas, aku ini sudah menggelar pameran di seluruh Eropa lho. Bisa-bisanya seniman kamar mandi,” jawab Rossa manyun.
“Pameran keliling dunia sekalipun, bagiku kamu masih tetap seniman kamar mandi.” Makin gemas menggoda adiknya. Pandangannya beralih ke kursi Papanya. “Pa, ada yang mau Angga bicarakan, ini tentang….”
“Tunggu Angga. Papa dulu yang bicara.” Sengaja memotong Angga karena Pak Gunawan sudah tahu apa yang akan putranya sampaikan.
“Papa tau kamu mau protes tentang sikap Papa menangani hotel Roma. Itu yang baru saja kami bahas. Oke, Papa serahkan urusan hotel Roma ke kamu, dengan catatan JANGAN TERLALU KEJAM menangani Om Rudi. Dia terpaksa melakukan itu.” Sengaja memberi tekanan pada kalimatnya agar Angga paham maksud yang ingin papanya sampaikan.
“Oke, Angga ngerti. Besok Angga akan berangkat ke Roma ketemu Om Rudi. Mungkin Angga akan di sana selama 3-4 bulan. Sekalian Angga ingin istirahat sejenak,” katanya tanpa membantah perintah Papanya.
Benar kata Mbok Yem, dia sedang menghadapi masalah. Tidak biasanya dia begitu gampang menerima perintah tanpa banyak membantah. Istirahat? Sejak kapan Angga tahu ada kata istirahat dalam kosakata bahasa? Batin pak Gunawan.
“Halo Bob…tolong pesankan tiket pesawat ke Roma untuk saya besok. Carikan penerbangan pertama. Apa? Owh, nggak. Kamu gak perlu ikut. Kamu gantikan saya di sini selama saya gak ada. Oke, makasih Bob." Ucap Angga menutup sambungan telfon.
“Oke Pa…Angga ke kamar dulu. Malam Pa, Nona Seniman…” sapanya sambil mengacak rambut adiknya.
“IIhh…dasar Pangeran Salju jail…!” ucap Rossa memberengut.
Benar saja, esok paginya tepat pukul 6 Angga sudah turun dari kamarnya dalam kondisi rapi dan membawa koper. Mbok Yem yang sedang di dapur menoleh karena aroma parfum yang dikenalnya singgah di hidungnya.
“Mas Angga pagi-pagi sudah ganteng, mau pergi kemana kok bawa koper segala?” tanya Mbok Yem heran. Mbok Yem dan suaminya Mang Ujang adalah asisten rumah tangga keluarga Gunawan. Dia sudah bekerja sejak Angga masih bayi, jadi sudah seperti keluarga sendiri.
“Aku diusir sama Papa, Mbok.” jawab Angga sekenanya.
“Ada ya orang diusir mengajukan diri minta diusir? Drama kamu, Mas. Gak liat tuh muka Mbok Yem langsung sedih. Dosa lho…ngibul…!” Rossa mencibir.
“Bener Mas Angga diusir sama Bapak?” masih terhanyut alur drama.
“Hehehe, nggak Mbokku sayang….” Sambil memeluk bahu mbok Yem. “Aku ada kerjaan di luar kota. Yang ini agak lama. Jangan kangen aku ya, Mbok…tar aku gak konsentrasi kerja,” kata Angga sambil menyerahkan kopernya
pada Mang Ujang.
“Iya Mas, Mbok Yem ndak akan kangen sama Mas Angga,” jawabnya patuh.
“Aduh…aduh…mulai deh ni anak. Udah jangan gangguin Mbok Yem. Tar malah sedih mikirin omongan kamu.” Tiba-tiba sudah ada Mommy di ruang makan tanpa ada yang menyadari.
“Pagi Mom…” sapa kedua anaknya sambil bergantian mencium pipinya.
“Pagi semua. Angga, kata Papa kamu minta istirahat kerja? Memangnya kenapa? Patah hati ya?” selidik Mommy sambil mulai menata meja makan membantu Mpbok Yem.
Keluarga ini merupakan keluarga terpandang dan kaya di negara ini. Tapi sikap setiap anggota keluarga tidak menunjukkan hal itu. Sudah menjadi hal biasa bila nyonya rumah menata meja makan, tuan rumah sesekali
memotong rumput, nona dan tuan muda mencuci mobil mereka sendiri. Mereka menganggap ini hal yang menyenangkan diantara rutinitas mereka yang padat.
“Mas Angga patah hati? Yang ada malah Mas Angga yang bikin puluhan cewek patah hati Ma,” kata Rossa menyela.
“Kamu ini tau apa?! Puluhan? Ratusan kali….” Sahut Angga tak mau kalah. Disambut gelak tawa mereka bertiga.
Setelah selesai sarapan, Mommy dan Rossa mengantar Angga ke depan rumah. Di samping mobil Bobi sudah siap mengantar Angga ke bandara. Selama perjalanan ke bandara, Angga lebih banyak diam. Bobi melirik Tuan Muda-nya dari kaca spion. Setelah menghela nafas dalam, akhirnya Bobi buka suara.
“Tuan Muda, dari hasil penyelidikan J4, sepertinya ada yang mencurigakan terkait Prasetyo. Dia mengundurkan diri sehari setelah kejadian di hotel. Dan saat ini keberadaannya masih misterius.” Suasana hening.
“Apa maksud dari kata misterius? Jangan katakan kalau dia menghilang.”
“Sepertinya begitu, Tuan Muda. J4 sudah mencari ke kontrakannya dan kampung halamannya. Namun tidak ada jejak keberadaannya. Sudah dua bulan ini tidak ada transaksi perbankan, bahkan nomornya tidak aktif. Entah kebetulan atau memang dia terlibat, masih kami selidiki lebih lanjut.” Bobi memberikan laporan.
“Ba****an…! Br******…!!” umpat Angga. “Selama aku pergi, aku harap kamu bisa selesaikan semuanya. Temukan dia dalam keadaan hidup! Kabari aku setiap perkembangan yang didapat,” perintah Angga menghentikan percakapan. Tangannya mengepal memukul kursi mobil di sebelahnya.
***
Rumah Sakit T
Bersamaan dengan keberangkatan Angga ke Roma, hari ini jadwal Amelia keluar RS. Tidak ada keluarga yang menjemputnya. Hanya Toni dan Tika yang sudah sejak pagi berada di kamarnya.
“Apa keputusanmu Mel?” tanya Toni membuka percakapan.
“Keputusan apa Mas? Bayi ini?” balik bertanya.
“Mmm…ya. Tentang bayi itu. Maaf aku bertanya,” permintaan maaf Toni seolah menjelaskan bahwa dia tahu bahwa seharusnya dia tidak menanyakan hal itu.
“Apa lagi yang bisa aku lakukan Mas? Aku akan tetap menjaganya walau harus keluar rumah. Aku sudah berdosa hingga kejadian ini menimpaku. Apa harus ditambah dengan dosa baru?” tanya Amelia menatap Toni dan Tika meminta jawaban.
“Apa boleh untuk sementara aku tinggal di apartemen kalian? Sambil menunggu aku mencari kerja dan tempat tinggal baru,” pinta Amelia.
“Bicara apa kamu, Mel. Kamu boleh tinggal selamanya di situ, itu apartemen kamu juga. Tempat persembunyian kita saat masih menjadi remaja labil,” kata Tika tersenyum mengingat masa lalu sambil memeluk bahu Amel.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Primagama Benculuk
semangat aja Thor. jangan dengarkan komen2 yang penuh hujatan dan membandingkan dg novel sebelah.
belum tentu yg komen bisa buat karya sebagus milikmu.
semangat...!!
2020-12-19
1
Yani mulyani
punya asisten mantan ajudan presiden tapi sllu gagal ya cari informasi aneh bngt yaaa....setiapa cara pasti ada klo asisten nya pinter apalagi ini x ajudan presiden.....kaya novel sebelah cpt dpt informasi nya ga kaya asisten ajudan nih lemott
2020-12-07
1