Ranjang besar itu bergerak-gerak, Angga merasa kepalanya pusing seiring dengan gerakan di sisinya. Bre****k! Kenapa kepalaku seperti mau pecah? Apa yang terjadi sebenarnya? Perasaan apa ini? Kenapa aku sangat bernafsu? Aahhh...panas sekali. Tolong...siapapun yang mendengarku\, tolong aku....
Samar Angga mendengar pria dan wanita berbicara namun tidak paham apa yang mereka bicarakan. Sedangkan matanya berat tidak mau terbuka, tangan dan kakinya lemas tidak dapat digerakkan. Dia berusaha berteriak namun yang keluar hanya rintihan samar. Amarahnya semakin membuat kepalanya berdenyut.
Selang beberapa lama terdengar pintu ditutup, Angga merasa kesadarannya mulai kembali. Tangannya berusaha bergerak namun tidak terkontrol. Apa ini sebenarnya? Sudah matikah aku? Kenapa aku seperti mayat hidup begini?
Terus berusaha untuk memulihkan kesadarannya sambil menahan sakit kepalanya yang mau meledak. Tangannya meraba sesuatu di sisi kanannya. Benda apa ini? Sepertinya tidak asing bagiku. Untuk memastikan, tangannya bergeser sedikit ke kanan. Ternyata indra perabanya masih berfungsi.
Itu adalah dada seorang wanita terbungkus bra berenda. Tangan, akal dan hasratnya tidak bekerja sesuai perintahnya. Saat ini yang ada di pikiran Angga hanya mengakhiri penderitaannya akibat obat setan itu. Tanpa
menunda lagi, Angga berusaha keras untuk bergerak ke atas wanita di sampingnya itu.
Di saat bersamaan, wanita itu mulai berontak namun gerakannya lemah dan makin memancing hasrat Angga. Dalam kondisi setengah sadar Angga menyerang wanita itu tanpa dapat ditolak. Perlawanan si wanita tidak berarti bagi Angga mengingat tubuhnya yang atletis, dengan mudah dapat menaklukkan perlawanan si wanita.
Bre****k! Masih perawan dia ternyata, umpatnya. Namun, lagi-lagi akalnya kalah oleh besarnya hasrat yang menggelegak. Bersamaan dengan hasratnya yang terpuaskan, Angga mendengar wanita itu berteriak lirih dan menangis. Seketika kesadaran Angga kembali. Namun tubuhnya lemas tak berdaya dan tak lama kemudian Angga jatuh tertidur.
Tuhan…siapa pria ini?! Kenapa dia lakukan ini padaku?! Dimana aku? Dengan mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya, Amelia berusaha membuka mata dan menarik selimut menutupi tubuhnya. Matanya nanar menatap sekeliling kamar yang hanya diterangi lampu redup di pojok kamar. Perasaan takut dan marah membuat dia menoleh ke sisi kiri dan matanya melihat seorang pria dengan tubuh atletis yang tadi merenggut keperawanannya.
Rasa malu membuat Amelia beringsut turun dari ranjang dan mengumpulkan pakaiannya yang berserakan di lantai. Menuju kamar mandi dan membasuh muka sekenanya, Amelia keluar kamar meninggalkan pria itu dengan perasaan jijik dan marah.
Di luar kamar, Amelia melirik jam tangannya yang ternyata sudah pukul 3 pagi. Dengan perasaan bingung dan menahan sakit diantara kedua pahanya dia masuk ke dalam taksi yang berjajar di depan hotel sambil berusaha mengingat kejadian semalam yang seperti mimpi buruk dalam hidupnya.
***
Kediaman Candra Mulyana
Amelia berhasil masuk ke kamarnya tanpa seorangpun yang tahu. Yang dia lakukan pertama kali adalah berdiri di bawah pancuran dengan pakaian lengkap. Guyuran air dingin membuat dia benar-benar sadar dan mulai menangisi keadaannya.
Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Berkali-kali pertanyaan itu muncul di otaknya. “Amel, sadarkan dirimu. Ayo berpikir Amelia Candra...! Jangan tiba-tiba jadi wanita bodoh…!” teriaknya sambil memukul dinding kamar mandi dengan kepalan tangannya.
Setelah menggigil, baru lah Amel keluar dari bawah pancuran dan melepas bajunya yang basah. Masih terasa perih di daerah sensitifnya. Ada bercak darah di celana dalamnya. Kembali dia menangis meratapi dirinya. Dosa apa aku sampai mengalami kejadian ini?! Gumamnya di antara isak tangis.
Keluar dari kamar mandi sambil membungkus tubuh mungilnya dengan handuk mandi. Diikatnya erat-erat seakan itu dapat menghapus noda yang sudah tertoreh di tubuhnya. Naik ke atas ranjang, meraih selimut dan meringkuk seperti menahan sakit, berharap selimut dapat melindunginya dari rasa malu. Amelia kembali menangis sampai jatuh tertidur.
Terbangun karena kepalanya berdenyut, Amelia mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Tok…tok…tok…pintu kamar terbuka.
“Amel…” suara Mama Sonya memanggil. “Kamu kenapa, Nak? Kamu sakit? Gak biasanya kamu telat bangun.” Amelia bingung harus menjawab apa karena dia sendiri tidak tahu apa yang menimpanya.
Tangan Mama Sonya meraba kening Amel dan terkejut, “Amel, kamu demam. Pantas saja telat bangun. Mama panggilkan dokter ya?” nada suaranya mulai khawatir.
Berusaha tersenyum Amel menjawab, “Gak usah Ma, minum obat aja nanti juga sembuh. Amel pengen sendirian Ma. Boleh?”
“Boleh sayang, nanti biar Bik Sumi bawakan obat dan sarapan ke kamar ya. Istirahat ya Nak…” sekali lagi tangannya mengusap kening Amel sebelum pergi meninggalkan kamar.
Setelah sarapan dan minum obat, Amel bersandar di ranjang dan mulai berpikir tentang kejadian semalam. Nuraninya menolak mengingat kembali kejadian memalukan dalam hidupnya. Tapi otaknya berkata dia harus meluruskan dan mencari siapa dalang semua ini.
Beberapa jam berpikir dan menangis, kesimpulan Amel semua ini adalah ulah kakaknya, Ratih. Awalnya dia merasa hanya perlu seseorang untuk disalahkan, karena dia yakin Ratih tidak mungkin melakukan hal keji terhadap dirinya.
Namun lama kelamaan dia memutuskan untuk menanyakan langsung kepada Ratih di depan orangtuanya. Membulatkan tekad dia beranjak keluar kamar menuju ruang tengah. Dilihatnya semua sedang berkumpul menonton TV.
“Pa…Ma...ada yang mau Amel bicarakan.”
“Ada apa Amel?” tanya Papanya.
“Sebelumnya ada yang mau Amel tanyakan ke Kak Ratih.” Sambil memandang Ratih. “Kak, apa yang terjadi semalam?” yang ditanya pura-pura terkejut dengan pertanyaan Amel.
“Memangnya apa yang terjadi?” balik bertanya. Dalam hatinya dia bersorak gembira melihat muka adiknya yang kusut dan pucat seperti mayat.
“Kak, Amel tanya sekali lagi. Apa yang terjadi semalam?!” tanya Amel lagi sambil berteriak histeris. Sontak semua terkejut mendengar Amelia berteriak. Gadis yang selalu ceria dan perhatian tiba-tiba melakukan tindakan yang tidak pernah dilakukannya sekalipun.
“Amel…! Apa-apaan kamu?! Sopan sedikit sama kakakmu!” bentak Papanya.
“Mas, tenang dulu. Jangan ikutan teriak,” Mama Sonya menengahi. “Amel, coba ceritakan apa yang terjadi. Agar kami paham maksud pertanyaanmu, Nak.”
Amelia mulai menceritakan kejadian semalam berawal dari telepon Ratih yang menghubunginya meminta bertemu di café, hingga saat dia sadar dan sudah berada di sebuah kamar hotel bersama seorang pria. Namun Amelia melewati bagian bahwa dia diperkosa.
Plakk...sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanannya yang mulus. “Jadi kamu menuduh kakakmu yang menjebakmu?! Siapa yang meracuni otakmu Amel?!” Papa mulai marah.
Masih terkejut dengan tamparan yang didapat karena baru kali ini Papanya memukulnya. “Amel hanya bertanya cerita sebenarnya. Bukan menuduh. Karena Amel gak merasa pesan kamar hotel bersama seorang pria, Pa…” jawab Amel sesenggukan.
“Kamu kalau mau nuduh yang masuk akal dong! Masa iya aku menjebak kamu tidur dengan pria tak dikenal. Perbuatan keji itu. Tega banget kamu, Mel." Ratih membela diri.
“Sudah cukup!! Sebaiknya kamu cari tahu sendiri tentang kejadian semalam. Kamu sudah dewasa Amel, harus mampu bertanggungjawab atas perbuatanmu. Jangan sampai hal ini menjadi konsumsi publik. Bikin malu keluarga!” Papa membanting koran di tangannya dan berlalu menuju ruang kerjanya.
“Kalau sudah gak tahan pengen nikah, gak usah bikin heboh gini Mel. Bilang aja sama Papa, pasti dicarikan salah satu anak relasi Papa. Malu-maluin aja kamu!” sindir Ratih sambil berlalu pergi. Tinggal Mama Sonya dan Amel duduk dalam kesunyian.
Mama Sonya bingung harus berkata apa. Satu sisi dia sangat menyayangi Amelia seperti anaknya sendiri. Namun di sisi lain, anak kandungnya yang Amel tuduh menjebak dia tidur dengan pria tak dikenal.
“Amel, Mama minta maaf ya. Mama bingung mau berkata apa,” ucapnya jujur. Mendengar itu airmata Amel mengalir dengan derasnya. Amel menyadari posisi sulit Mama Sonya saat ini. Namun Amel juga tidak bisa membiarkan hal ini begitu saja.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
✰͜͡v᭄pit_hiats
saha ieu nu make bawang woy😠😠😠😠😠
2021-05-21
1
Prince SuhoLee ❤
untung mama tirinya gk kyk mama tiri pada umumnya dinovel yg jahat gitu sama kek anaknya
2020-12-09
2
🐾Ocheng🐾
uhhh mantaappp lanjut🖒
2020-10-25
1