Kisah Asmara Mahesa

Kisah Asmara Mahesa

TAK RELA TAPI PASRA

Aku berdiri di depan rumah menyaksikan orang yang aku sayang tak kunjung bangun dari tidurnya.

Aku berlari keluar rumah,berharap mendapatkan sebuah ketenangan.

Aku tidak tau lagi harus berbuat apa dan bagaimana,hatiku begitu sangat hancur,air mata jatuh begitu saja,tanpa aku sadari tanpa aku ketahui,orang yang selalu menjagaku tiba-tiba pergi tanpa aku sadari.

Angan-angan yang tidak pernah terpikirkan bahwa suatu saat aku kehilangan orang-orang yang aku sayangi dan aku cintai.

Kenangan yang Om beri tidak bisa aku lupakan,janji yang telah terucap kini lenyap seiring berjalannya waktu.

Tanpa sadari hujun turun seiring luka di hati,tetesan air hujan membasahi wajah ini.Seakan Dunia tau tentang isi hati ku.

Namun apalah daya!

Sebuah waktu tidak bisa aku putar kembali,layaknya hidup ini.

Aku berpikir jika aku bisa mengembalikan waktu,aku tidak mau berada di fase ini,seakan takdir hidup tidak pernah berpihak kepada ku lagi,bahkan orang yang aku sayang di ambil satu persatu.

Aku berpikir entah apa salah dan dosa yang telah aku perbuat sehinga diriku ini begitu menyedihkan.

Jika aku di suruh untuk memilih aku tidak mau untuk terlahir kedunia.

Ketika orang semumuran aku di jaga oleh orang tua,mereka di sayangi dan di cintai bak seperti berlian yang sangat berharga,tapi tidak denganku.

Mungkin kali ini aku menjadi orang yang penuh akan Dosa,selalu mengeluh dan tak pernah bersyukur.

Aku hanya di jaga oleh Om dari bayi hingga Remaja,belum sempat Aku membalas kasih sayang dia,namun Tuhan malah berkehendak lain,Dunia memang tidak Adil.

Jangan kan berharap di jaga orang tua,wajah mereka pun aku tidak tau.Seperti apa dan bagaimana?

Kini air mata ku terus mengalir tak henti dari tadi,tapi air mataku di tutupi oleh tetesan air Hujan yang turun.

Tak lama kemudian pandanganku Buram,pikiran ku melayang-layang entah kemana,tatapan mata ku sudah mulai kosong dan Aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.

Brukk...

Tubuhku jatuh ke tanah,aku mendengar suara orang memanggilku,tapi mata aku sudah tak bisa lagi melihat,rasanya begitu berat.

Siapa yang sedang memanggil-manggil diri ku,aku pun sudah tidak tau lagi.

"Aqila.!" teriak Mama Vino yang melihatku sudah tidak sadarkan diri lagi,

"Tolong....tolong....toloong..!!!" teriak mama Vino,tak lama kemudian para Tetangga sudah datang.

"Apa yang terjadi buk?" tanya Ibu tentangga.

"Nantik saya ceritakan." ucap mama Vino.

"Cepat tolong batu saya mengangkatnya." perintah mama Vino.Dia mulai panik melihat keadaan diriku.

"Baiklah ibu Citra." ucap Tetangga kemudian mengangkatku masuk ke dalam rumah.

Tak lama kemudian mama Vino mengganti bajuku yang sudah basah kuyup karna hujan,dia juga memanggil dokter untuk memeriksa keadaan aku saat ini,karna dia sangat menghawatirkan diri ku.

"Bagaimana Dokter?" tanya Citra.

"Keadaannya kurang baik buk,ibuk harus menjaga dia dengan baik." jawab Dokter.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Apa dia punya riwayat penyakit lain?" tanya Citra penasaran.

"Saat ini saya belum bisa memastikannya buk,tapi kalau saya lihat,jika dia kelelahan tau banyak pikiran dia akan sering seperti ini." ucap Dokter menjelaskan.

Tanpa di sadari kini tante Citra juga menangis,dia tidak sanggup melihat penderitaan hidup sepertinya tidak henti dari hidupku.

"Tante." sapa Kakak ku yang sudah datang dari Luar Kota,karna ia mendapat kabar kalau Om ku meninggal dia lansung pulang.

"Aqran." lirih tante Citra lalu memeluk Aqran,melihat tante Citra menangis,tak terasa air mata Aqran juga ikut menetes di pipinya.

Sedangkan yang lain sedang menyiapkan peroses pemakaman untuk Om.

Setelah Aqran melihat keadaan ku,kini dia melihat ayah nya yang terbaring tak bergerak lagi,matanya sudah di tutupi dengan kain putih.

" Papaaa...!" teriak Aqran mulai menangis,dia memang laki-laki kuat tapi dia sangat lemeh melihat orang yang dia sayang sudah tidak bernyawa lagi di tambah Adik nya terbaring tidak sadarkan diri.

"Kenapa papa meninggalkan kami secepat ini?"

"Papa ayo jawab paa? kami tidak bisa kehilanganmu,kami sangat membutuhkan diri mu paa," lirik Aqran sambil meneteskan air mata.

"Jika Papa pergi! Aku kerja! Siapa lagi yang akan merawat adik ku paaa? Ayo bagun paa...,Papa jangan jadi pengecut,papa harus kuat,papa bangun paaa." ucap Aqran sambil mengoyang-gayangkan tubuh papanya agar terbangun lagi.

Semua orang yang menyaksikan Aqran ikut terlarut ke dalam kesedihan,mereka juga ikut menangis,ia tau bertapa hancur nya hati dan perasaan anak itu.

"Sudah lah nak." ucap Zito papanya Vino.

"Ikhlas kan papa mu,biar dia tenang di alam sana." lanjutnya lagi sambil mengelus-ngelus pundak Aqran.

"Aku tidak tau lagi Om harus berbuat apa? Aku benar binggung sekarang," ucap Aqran sambil berusaha menahan air matanya.

"Bagaimana nasip Adik ku selanjutnya." lirih Aqran kemudian memeluk Zito layaknya seorang ayah kepada anak.

"Kamu tenang saja,Om,tante dan Vino akan membantu mu,menjaga adik mu." ucap Zito meyakinkan Aqran agar tetap kuat dan tegar..

"Kenapa Papa menyembunyikan penyakitnya dari kami? Jika dari awal kami tau semua tidak akan seperti ini Om." ucap Aqran yang kini tidak bisa lagi menahan tangisnya.

"Kakak tenang lah,aku tau kau sangat terpukul,tapi mungkin Om Fras tidak mau kalian kecewa dan khawatir." ucap Vino yang mulai bersuara dari tadi dia hanya jadi pendengar saja.

"Apa kata Vino ada benarnya Aqran,jika kalian tau dari awal mungkin kalian tidak bisa tenang." ucap Zito kembali,di melihat jasatnya Fran lalu dia berbicara ke pada Fran.

"Fran! Seperti janji ku,aku akan menjaga Putri dan Putra mu layak nya anakku,kau tenatang saja di alam sana,mungkin kini rasa sakitmu sudah terganti dengan rasa tenang." ucap Zito kepada Fran.

Di dalam kamar,Citra masih senang tiasa menunggu Aqila bangun.

"Sayang,tante akan menepati janji Om mu untuk menjaga dirimu." guman Citra.

"Ayo sayang buka mata mu,"

"Apa kamu tidak mau melihat Om mu untuk terakhir kalinya,dan mengantarnya ke tempat peristrahatan yang terakhir." Citra sudah bergelinang air mata.

"Kenapa nasib mu begitu menyedihkan nak,di usia yang remaja kau tidak punya siapa-siapa." ucap Citra yang kini mulai menangis.

Dari tadi Aqila belum juga sadar,sedangkan peroses pemakaman sudah di mulai,dan akhirnya Aqila tidak mengikuti proses pemakaman itu.

Setelah selesai semua orang kembali,satu persatu mereka meninggalkan pemakaman,Citra juga tidak ikut karna dia menjaga Aqila dirumah,kini tinggal Zito dan Vino yang lagi menemani Aqran.

"Sudah lah nak jagan tangisi lagi." ucap Zito yang tau kalau putra Fran sangat merasa kehilangan bukan cuma Aqran saja dia juga merasakannya.

"Jika kamu seperti ini,Bagaimana dengan Adik mu?" ucap Zito yang membuat Aqran menghentikan tangisnya.

"Om benar,aku harus kuat,aku tidak mau adik ku merasa kehilangan untuk kesekian kalinya lagi." ucap Aqran yang mulai berusaha tegar.

"Ayo kita pulang kerumah kak!" ajak Vino.

"Kita harus pulang,Adikmu sedang menunggu di rumah." lanjut Zita,lalu mereka berdiri dari depan pemakaman.

"Papaa...aku pamit,papa yang tenang di sana." ucap Aqran lalu ikut berdiri dan pergi meninggalkan pemakaman itu.

Di rumah Aqila sudah sadarkan diri,ia terus menangis dan tersedu-sedu,air mata tak henti mengalir matanya sudah sembab bahkan membengkak.

"Tann! Kenapa Om meninggalkan ku begitu cepat?" dengan suara isak tangis ku.

"Apa Om tidak menyayangiku lagi? Kenapa om meninggalkan aku sendirian? Dia sudah berjanji akan menjaga ku sampai kapan pun." Teriak Aku sambil meneteskan air mata,kini hati ku sangat hancur.

"Sayang tenang lah." ucap tante Citra,lalu memeluk ku,dia juga ikutan nangis.

"Kamu tidak perlu khawatir tante,om dan Vino akan menjagamu,begitu juga dengan Aqran." sambil menenangkan aku,aku hanya diam dan tidak mau berbicara lagi.

Dari tadi ternyata Aqran sudah melihat Citra dan Aqila di depan pintu,Aqila yang melihat Aqran lansung melompat turun dari atas ranjang dan berlari untuk memeluk Aqran.

"Kakaaa.." teriak Aku lalu memeluknya,dia membalas pelukanku dan dia juga membelai rambutku.

"Kita harus Ikhlas dek,mungkin ini jalan yang terbaik." ucap Aqran sambil menyemangatiku,aku hanya menganggu pelan,ntah kenapa rasanya pelukan kak Aqran bisa membuat ku sedikit tenang.

Terpopuler

Comments

Qirana

Qirana

Kalau boleh, usul ya, kata-katanya : pasrah, bukan pasra 🙏🙏

2021-11-09

0

Qirana

Qirana

Usul nih, sebaiknya kata-katanya : pasrah, bukan pasra 🙏🙏

2021-11-09

0

🎀ᵀᵗᵇ'ˢ 80'™

🎀ᵀᵗᵇ'ˢ 80'™

pasrah tapi tak rela itu kan sprti di.....😌

2021-07-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!