Satu minggu berlalu semenjak ke pergian om,selama itu pula lah aku mengurung diri di dalam kamar,aku tak memperdulikan orang-orang di sekitar ku,aku hanya terus menatap foto om.
Omm kenapa om membohongi aku,soal penyakit yang om derita,jika dari awal aku tau,aku akan selalu menjagamu.
Tanpa Aku sadari kini air mata ku kembali jatuh membasahi pipiku,aku tau ini cobaan yang begitu berat dalam hidupku.
Aqran yang berjalan di depan pintu kamar,Dia melihat aku menangis dari dalam kamar,ia berjalan menghampiri,dia menyeka semua air mata yang jatuh ke pipi.
"Sayang sudah lah,jangan tangisi lagi kepergian papa." ucap Aqran dia berusaha menengangkanku.
"Jika papa melihatmu seperti ini,papa tidak akan tenang di sana dek." lanjut Aqran,Aku yang mendengar kata kak Aqran lansung memeluk nya,ia pun membalas pelukan ku dengan erat.
"Maaf kan aku kak,andai saja aku ada di saat om membutuhkan semua tidak akan terjadi." ucap ku menyalahkan diri ku sendiri.
"Berhentilah menyalahkan diri mu sayang,mungkin ini jalan yang terbaik untuk papa,ini sudah takdir,kita harus berusaha ikhlas agar papa juga tenang di sana." tutur Aqran sambil mengelus kepalaku.
"Papa pasti akan sangat sedih jika di tau kalau kamu terpuruk begitu lama,kamu sudah satu minggu mengurung diri di dalam kamar,saat teman-teman datang kamu tidak mempedulikan mereka." ucap Aqran sambil menghapus air mata di wajahku ini.
"Sayang bangkit lah! Ini bukti kalau kamu tidak sendirian,masih banyak yang menyayangi diri mu,seperti Om,Tante dan Vino" kata kak Aqran,Dia membuatku merasakan semangat kembali,walaupun belum sepenuhnya aku rasakan.
"Baiklah kak,Aqila akan coba untuk membuka lembaran baru lagi." ucap Aku lalu berusaha tersenyum kepada Aqran,melihat aku tersenyum Aqran membalasnya.
Tepat 15 hari kepergian Om,Aqran ingin kembali ke Luar Kota,untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena mengurus aku.
Aku sebenarnya mau ikut dengan kak Aqran tapi itu tidak mungkin,Aqran tinggal di Apartemen milik Kantor di sana penghuninya cuma ada laki-laki semua.
Aqran sangat berat meninggalkan aku,apa lagi sendirian di rumah yang besar ini.Kami berharap rumah ini akan menjadi kenangan untuk kami,tapi tanpa di sadari rumah ini telah di sita oleh pihak Bank,kata mereka Om memiliki Hutang yang telah jatuh tempo lama.
Awalnya Aku dan Aqran tidak percaya,tapi kami tidak mempunyai bukti,entah itu jebakan atau yang lainnya kami tidak tau.
Kami hanya pasrah rumah itu di ambil oleh mereka,begitupun juga dengan Perusahaan yang selama ini Om bangun untuk Aku dan Aqran.
Aqran menitipkan Aku kepada Om Zito dan tante Citra,dengan senang hati mereka menerima kehadiran diri ku,begitu juga dengan Vino.
Hari ke 16 Aqran berangkat dari Kota menuju Luar Kota,sebelum pergi dia berpamitan kepada kami terlebih dahulu.
"Om,Tante Aqran titip Adek yang paling bandel dan cerewet ini ya," ucap Aqran sambil meledek aku,yang lain hanya tertawa mendengar ucapan Aqran.
"Kalau dia susah di atur segera hubungi Aqran,biar Aqran yang kasih dia pelajaran." ancam Aqran sambil mengacak-ngacak rambutku.
"Tidak perlu kaa,nanti biar Vino yang ajarin." ucap Vino percaya diri sambil meperlihatkan senyuman nya kepada ku.
"Kamu tenang saja,Aqila aman bersama kami." ucap Zito.
"Tante akan merawat dia dengan baik,seperti Putri kami." lanjut Citra.
" Trimaksih ya Tante,Om,Vino kalian sudah mau menerima aku dan adikku." ucap Aqran penuh haru.
"Kakak tenang saja,aku akan baik-baik saja,jangan lupa sering-sering temui aku ya kak," permintaan Aku,kini mata sudah mulai berkaca-kaca,Aqran melihat wajah dan menatap mata ku.
"Iya Kakak janji! Sudah jangan menangis lagi,air mata mu itu sangat berharga jadi jangan buang-buang lagi." ujar Aqran sambil memelukku untuk terakhir kali sebelum dia berangkat ke Luar Kota.
Zito,Citra dan Vino merasa terharu melihat kami berdua,ada rasa sedih dan ada rasa senang karena dalam keadaan apapun kami selalu saling menyemangati.
"Aqran pamit Om,tante." ucap Aqran sambil menyalami dan mencium punggu tangan Zito dan Citra.
"Vin aku titip Aqila ya." ucap Aqran kepada Vino,Vino hanya mengangguk pelan.
"Kakak pamit dek." lanjut nya lagi sambil mencium dan melepaskan pelukanya,aku hanya berusaha tersenyum meski menurut ku ini sangat berat.
Aqran pun pergi meninggalkan kami semua,setelah Aqran pergi Tante dan Om mengajak ku untuk masuk ke dalam rumah.
Ya ini adalah hari pertama Aku tinggal satu atap dengan Vino,di tambah lagi kamar kami bersebelahan,kata Om dan Tante bila aku memerlukan sesuatu biar mudah di bilang sama Vino.
Ini akan menjadi Awal perjalanan Hidupku setelah Kepergian Om,dan ini juga akan menjadi perjalanan Aku dengan Vino.
Aku berpikir akan kah hubungan aku dan Vino akan baik-baik saja jika kami telah tinggal satu atap,entah lah aku tidak tau,tapi yang jelas aku sangat mengharapkan takdir baik untuk berpihak kepadaku.
Malam hari Zito dan Citra memanggil ku untuk makan malam begitu juga dengan Vino,Sampai di meja makan kami lansung duduk,aku dan Vino duduk bersebelahan layak nya seperti Putra dan Putri Zito dan Citara.
"Ayo makan!" ajak Tante Citra sambil melihat ke arah ku.
"Jangan sungkan-sungkan sayang,Aqila anggap saja ini seperti rumah sendiri." lanjut Citra sambil tersenyum.
"Iya Aqila! Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari Kita." ucap Vino menyemangatiku,aku sangat senang mendengarkan perkataan Vino.
"Biar lebih dekat lagi Aqila boleh memangil Om dan Tante sama dengan sebutan Vino." Ucap Citra,aku kaget mendengar ucapan Tante aku merasa belum yakin sampai segitunya mereka sangat menyayangi diri ku ini.
" Maksud Om dan Tante,Papa dan Mama?" tanya Aku sambil melihat ke arah Vino,aku takut kalau Vino marah karena sudah berbagi orang tua sama aku.
"Iya Aqila..." ucap Vino,kembali menatapku.
"Kamu tidak cemburu?" elak ku ke Vino,Vino dan yang lain malah tertawa melihatku.
"Ya tergantung." ketus Vino sambil mencubit pipiku.
"Auuw...sakit Vinn," rengekku sambil mengelus pipi yang di cubit Vino,melihat tingkah laku kami berdua om Zito dan tante Citra malah tertawa.
Iya ini kali pertama lagi mereka melihat tingkah laku manjaku semenjak kepergian Om.
Seperti ke inginan mereka Aku memanggil mereka sama seperti Vino yaitu Papa dan Mama.
"Udah sayang becanda nya,ayo makan keburu dingin ni." ajak Mama Citra sambil mengambilkan aku makan.
"Hmmm...bakalan ada saing berat ini di dalam rumah." ledek Vino melirik ke arah aku,mendengar ucapan Vino kami semua kembali tertawa.
"Kamu bisa cemburu juga Vin?" ledek ku,lagi-lagi Vino mencubit pipi ku.
"Kau suka sekali mencubit pipiku Vin,lihat ini sudah merah semua." ucap Aku kesal tapi Vino malah tersenyum saja.
"Soalnya pipi kamu bikin ngagenin,apa lagi saat kesal." goda Vino kemudian tertawa.
Hari ini terlewati,kami makan malam bersama sambil bercerita dan tertawa bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Qirana
kepergian
bukan ke pergian 🙏🙏
semangat 👍👍👍
2021-11-09
0
ᶜᶠkavella hera🌿🌿[🐧²⁴]
lnjut
2021-05-20
0
༄༅⃟𝐐✰͜͡w⃠🆃🅸🆃🅾ᵉᶜ✿☂⃝⃞⃟ᶜᶠ𓆊
like komen
2021-04-23
0