Aku berdiri di depan rumah menyaksikan orang yang aku sayang tak kunjung bangun dari tidurnya.
Aku berlari keluar rumah,berharap mendapatkan sebuah ketenangan.
Aku tidak tau lagi harus berbuat apa dan bagaimana,hatiku begitu sangat hancur,air mata jatuh begitu saja,tanpa aku sadari tanpa aku ketahui,orang yang selalu menjagaku tiba-tiba pergi tanpa aku sadari.
Angan-angan yang tidak pernah terpikirkan bahwa suatu saat aku kehilangan orang-orang yang aku sayangi dan aku cintai.
Kenangan yang Om beri tidak bisa aku lupakan,janji yang telah terucap kini lenyap seiring berjalannya waktu.
Tanpa sadari hujun turun seiring luka di hati,tetesan air hujan membasahi wajah ini.Seakan Dunia tau tentang isi hati ku.
Namun apalah daya!
Sebuah waktu tidak bisa aku putar kembali,layaknya hidup ini.
Aku berpikir jika aku bisa mengembalikan waktu,aku tidak mau berada di fase ini,seakan takdir hidup tidak pernah berpihak kepada ku lagi,bahkan orang yang aku sayang di ambil satu persatu.
Aku berpikir entah apa salah dan dosa yang telah aku perbuat sehinga diriku ini begitu menyedihkan.
Jika aku di suruh untuk memilih aku tidak mau untuk terlahir kedunia.
Ketika orang semumuran aku di jaga oleh orang tua,mereka di sayangi dan di cintai bak seperti berlian yang sangat berharga,tapi tidak denganku.
Mungkin kali ini aku menjadi orang yang penuh akan Dosa,selalu mengeluh dan tak pernah bersyukur.
Aku hanya di jaga oleh Om dari bayi hingga Remaja,belum sempat Aku membalas kasih sayang dia,namun Tuhan malah berkehendak lain,Dunia memang tidak Adil.
Jangan kan berharap di jaga orang tua,wajah mereka pun aku tidak tau.Seperti apa dan bagaimana?
Kini air mata ku terus mengalir tak henti dari tadi,tapi air mataku di tutupi oleh tetesan air Hujan yang turun.
Tak lama kemudian pandanganku Buram,pikiran ku melayang-layang entah kemana,tatapan mata ku sudah mulai kosong dan Aku tidak tau apa yang terjadi selanjutnya.
Brukk...
Tubuhku jatuh ke tanah,aku mendengar suara orang memanggilku,tapi mata aku sudah tak bisa lagi melihat,rasanya begitu berat.
Siapa yang sedang memanggil-manggil diri ku,aku pun sudah tidak tau lagi.
"Aqila.!" teriak Mama Vino yang melihatku sudah tidak sadarkan diri lagi,
"Tolong....tolong....toloong..!!!" teriak mama Vino,tak lama kemudian para Tetangga sudah datang.
"Apa yang terjadi buk?" tanya Ibu tentangga.
"Nantik saya ceritakan." ucap mama Vino.
"Cepat tolong batu saya mengangkatnya." perintah mama Vino.Dia mulai panik melihat keadaan diriku.
"Baiklah ibu Citra." ucap Tetangga kemudian mengangkatku masuk ke dalam rumah.
Tak lama kemudian mama Vino mengganti bajuku yang sudah basah kuyup karna hujan,dia juga memanggil dokter untuk memeriksa keadaan aku saat ini,karna dia sangat menghawatirkan diri ku.
"Bagaimana Dokter?" tanya Citra.
"Keadaannya kurang baik buk,ibuk harus menjaga dia dengan baik." jawab Dokter.
"Sebenarnya apa yang terjadi pada dirinya? Apa dia punya riwayat penyakit lain?" tanya Citra penasaran.
"Saat ini saya belum bisa memastikannya buk,tapi kalau saya lihat,jika dia kelelahan tau banyak pikiran dia akan sering seperti ini." ucap Dokter menjelaskan.
Tanpa di sadari kini tante Citra juga menangis,dia tidak sanggup melihat penderitaan hidup sepertinya tidak henti dari hidupku.
"Tante." sapa Kakak ku yang sudah datang dari Luar Kota,karna ia mendapat kabar kalau Om ku meninggal dia lansung pulang.
"Aqran." lirih tante Citra lalu memeluk Aqran,melihat tante Citra menangis,tak terasa air mata Aqran juga ikut menetes di pipinya.
Sedangkan yang lain sedang menyiapkan peroses pemakaman untuk Om.
Setelah Aqran melihat keadaan ku,kini dia melihat ayah nya yang terbaring tak bergerak lagi,matanya sudah di tutupi dengan kain putih.
" Papaaa...!" teriak Aqran mulai menangis,dia memang laki-laki kuat tapi dia sangat lemeh melihat orang yang dia sayang sudah tidak bernyawa lagi di tambah Adik nya terbaring tidak sadarkan diri.
"Kenapa papa meninggalkan kami secepat ini?"
"Papa ayo jawab paa? kami tidak bisa kehilanganmu,kami sangat membutuhkan diri mu paa," lirik Aqran sambil meneteskan air mata.
"Jika Papa pergi! Aku kerja! Siapa lagi yang akan merawat adik ku paaa? Ayo bagun paa...,Papa jangan jadi pengecut,papa harus kuat,papa bangun paaa." ucap Aqran sambil mengoyang-gayangkan tubuh papanya agar terbangun lagi.
Semua orang yang menyaksikan Aqran ikut terlarut ke dalam kesedihan,mereka juga ikut menangis,ia tau bertapa hancur nya hati dan perasaan anak itu.
"Sudah lah nak." ucap Zito papanya Vino.
"Ikhlas kan papa mu,biar dia tenang di alam sana." lanjutnya lagi sambil mengelus-ngelus pundak Aqran.
"Aku tidak tau lagi Om harus berbuat apa? Aku benar binggung sekarang," ucap Aqran sambil berusaha menahan air matanya.
"Bagaimana nasip Adik ku selanjutnya." lirih Aqran kemudian memeluk Zito layaknya seorang ayah kepada anak.
"Kamu tenang saja,Om,tante dan Vino akan membantu mu,menjaga adik mu." ucap Zito meyakinkan Aqran agar tetap kuat dan tegar..
"Kenapa Papa menyembunyikan penyakitnya dari kami? Jika dari awal kami tau semua tidak akan seperti ini Om." ucap Aqran yang kini tidak bisa lagi menahan tangisnya.
"Kakak tenang lah,aku tau kau sangat terpukul,tapi mungkin Om Fras tidak mau kalian kecewa dan khawatir." ucap Vino yang mulai bersuara dari tadi dia hanya jadi pendengar saja.
"Apa kata Vino ada benarnya Aqran,jika kalian tau dari awal mungkin kalian tidak bisa tenang." ucap Zito kembali,di melihat jasatnya Fran lalu dia berbicara ke pada Fran.
"Fran! Seperti janji ku,aku akan menjaga Putri dan Putra mu layak nya anakku,kau tenatang saja di alam sana,mungkin kini rasa sakitmu sudah terganti dengan rasa tenang." ucap Zito kepada Fran.
Di dalam kamar,Citra masih senang tiasa menunggu Aqila bangun.
"Sayang,tante akan menepati janji Om mu untuk menjaga dirimu." guman Citra.
"Ayo sayang buka mata mu,"
"Apa kamu tidak mau melihat Om mu untuk terakhir kalinya,dan mengantarnya ke tempat peristrahatan yang terakhir." Citra sudah bergelinang air mata.
"Kenapa nasib mu begitu menyedihkan nak,di usia yang remaja kau tidak punya siapa-siapa." ucap Citra yang kini mulai menangis.
Dari tadi Aqila belum juga sadar,sedangkan peroses pemakaman sudah di mulai,dan akhirnya Aqila tidak mengikuti proses pemakaman itu.
Setelah selesai semua orang kembali,satu persatu mereka meninggalkan pemakaman,Citra juga tidak ikut karna dia menjaga Aqila dirumah,kini tinggal Zito dan Vino yang lagi menemani Aqran.
"Sudah lah nak jagan tangisi lagi." ucap Zito yang tau kalau putra Fran sangat merasa kehilangan bukan cuma Aqran saja dia juga merasakannya.
"Jika kamu seperti ini,Bagaimana dengan Adik mu?" ucap Zito yang membuat Aqran menghentikan tangisnya.
"Om benar,aku harus kuat,aku tidak mau adik ku merasa kehilangan untuk kesekian kalinya lagi." ucap Aqran yang mulai berusaha tegar.
"Ayo kita pulang kerumah kak!" ajak Vino.
"Kita harus pulang,Adikmu sedang menunggu di rumah." lanjut Zita,lalu mereka berdiri dari depan pemakaman.
"Papaa...aku pamit,papa yang tenang di sana." ucap Aqran lalu ikut berdiri dan pergi meninggalkan pemakaman itu.
Di rumah Aqila sudah sadarkan diri,ia terus menangis dan tersedu-sedu,air mata tak henti mengalir matanya sudah sembab bahkan membengkak.
"Tann! Kenapa Om meninggalkan ku begitu cepat?" dengan suara isak tangis ku.
"Apa Om tidak menyayangiku lagi? Kenapa om meninggalkan aku sendirian? Dia sudah berjanji akan menjaga ku sampai kapan pun." Teriak Aku sambil meneteskan air mata,kini hati ku sangat hancur.
"Sayang tenang lah." ucap tante Citra,lalu memeluk ku,dia juga ikutan nangis.
"Kamu tidak perlu khawatir tante,om dan Vino akan menjagamu,begitu juga dengan Aqran." sambil menenangkan aku,aku hanya diam dan tidak mau berbicara lagi.
Dari tadi ternyata Aqran sudah melihat Citra dan Aqila di depan pintu,Aqila yang melihat Aqran lansung melompat turun dari atas ranjang dan berlari untuk memeluk Aqran.
"Kakaaa.." teriak Aku lalu memeluknya,dia membalas pelukanku dan dia juga membelai rambutku.
"Kita harus Ikhlas dek,mungkin ini jalan yang terbaik." ucap Aqran sambil menyemangatiku,aku hanya menganggu pelan,ntah kenapa rasanya pelukan kak Aqran bisa membuat ku sedikit tenang.
Satu minggu berlalu semenjak ke pergian om,selama itu pula lah aku mengurung diri di dalam kamar,aku tak memperdulikan orang-orang di sekitar ku,aku hanya terus menatap foto om.
Omm kenapa om membohongi aku,soal penyakit yang om derita,jika dari awal aku tau,aku akan selalu menjagamu.
Tanpa Aku sadari kini air mata ku kembali jatuh membasahi pipiku,aku tau ini cobaan yang begitu berat dalam hidupku.
Aqran yang berjalan di depan pintu kamar,Dia melihat aku menangis dari dalam kamar,ia berjalan menghampiri,dia menyeka semua air mata yang jatuh ke pipi.
"Sayang sudah lah,jangan tangisi lagi kepergian papa." ucap Aqran dia berusaha menengangkanku.
"Jika papa melihatmu seperti ini,papa tidak akan tenang di sana dek." lanjut Aqran,Aku yang mendengar kata kak Aqran lansung memeluk nya,ia pun membalas pelukan ku dengan erat.
"Maaf kan aku kak,andai saja aku ada di saat om membutuhkan semua tidak akan terjadi." ucap ku menyalahkan diri ku sendiri.
"Berhentilah menyalahkan diri mu sayang,mungkin ini jalan yang terbaik untuk papa,ini sudah takdir,kita harus berusaha ikhlas agar papa juga tenang di sana." tutur Aqran sambil mengelus kepalaku.
"Papa pasti akan sangat sedih jika di tau kalau kamu terpuruk begitu lama,kamu sudah satu minggu mengurung diri di dalam kamar,saat teman-teman datang kamu tidak mempedulikan mereka." ucap Aqran sambil menghapus air mata di wajahku ini.
"Sayang bangkit lah! Ini bukti kalau kamu tidak sendirian,masih banyak yang menyayangi diri mu,seperti Om,Tante dan Vino" kata kak Aqran,Dia membuatku merasakan semangat kembali,walaupun belum sepenuhnya aku rasakan.
"Baiklah kak,Aqila akan coba untuk membuka lembaran baru lagi." ucap Aku lalu berusaha tersenyum kepada Aqran,melihat aku tersenyum Aqran membalasnya.
Tepat 15 hari kepergian Om,Aqran ingin kembali ke Luar Kota,untuk melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda karena mengurus aku.
Aku sebenarnya mau ikut dengan kak Aqran tapi itu tidak mungkin,Aqran tinggal di Apartemen milik Kantor di sana penghuninya cuma ada laki-laki semua.
Aqran sangat berat meninggalkan aku,apa lagi sendirian di rumah yang besar ini.Kami berharap rumah ini akan menjadi kenangan untuk kami,tapi tanpa di sadari rumah ini telah di sita oleh pihak Bank,kata mereka Om memiliki Hutang yang telah jatuh tempo lama.
Awalnya Aku dan Aqran tidak percaya,tapi kami tidak mempunyai bukti,entah itu jebakan atau yang lainnya kami tidak tau.
Kami hanya pasrah rumah itu di ambil oleh mereka,begitupun juga dengan Perusahaan yang selama ini Om bangun untuk Aku dan Aqran.
Aqran menitipkan Aku kepada Om Zito dan tante Citra,dengan senang hati mereka menerima kehadiran diri ku,begitu juga dengan Vino.
Hari ke 16 Aqran berangkat dari Kota menuju Luar Kota,sebelum pergi dia berpamitan kepada kami terlebih dahulu.
"Om,Tante Aqran titip Adek yang paling bandel dan cerewet ini ya," ucap Aqran sambil meledek aku,yang lain hanya tertawa mendengar ucapan Aqran.
"Kalau dia susah di atur segera hubungi Aqran,biar Aqran yang kasih dia pelajaran." ancam Aqran sambil mengacak-ngacak rambutku.
"Tidak perlu kaa,nanti biar Vino yang ajarin." ucap Vino percaya diri sambil meperlihatkan senyuman nya kepada ku.
"Kamu tenang saja,Aqila aman bersama kami." ucap Zito.
"Tante akan merawat dia dengan baik,seperti Putri kami." lanjut Citra.
" Trimaksih ya Tante,Om,Vino kalian sudah mau menerima aku dan adikku." ucap Aqran penuh haru.
"Kakak tenang saja,aku akan baik-baik saja,jangan lupa sering-sering temui aku ya kak," permintaan Aku,kini mata sudah mulai berkaca-kaca,Aqran melihat wajah dan menatap mata ku.
"Iya Kakak janji! Sudah jangan menangis lagi,air mata mu itu sangat berharga jadi jangan buang-buang lagi." ujar Aqran sambil memelukku untuk terakhir kali sebelum dia berangkat ke Luar Kota.
Zito,Citra dan Vino merasa terharu melihat kami berdua,ada rasa sedih dan ada rasa senang karena dalam keadaan apapun kami selalu saling menyemangati.
"Aqran pamit Om,tante." ucap Aqran sambil menyalami dan mencium punggu tangan Zito dan Citra.
"Vin aku titip Aqila ya." ucap Aqran kepada Vino,Vino hanya mengangguk pelan.
"Kakak pamit dek." lanjut nya lagi sambil mencium dan melepaskan pelukanya,aku hanya berusaha tersenyum meski menurut ku ini sangat berat.
Aqran pun pergi meninggalkan kami semua,setelah Aqran pergi Tante dan Om mengajak ku untuk masuk ke dalam rumah.
Ya ini adalah hari pertama Aku tinggal satu atap dengan Vino,di tambah lagi kamar kami bersebelahan,kata Om dan Tante bila aku memerlukan sesuatu biar mudah di bilang sama Vino.
Ini akan menjadi Awal perjalanan Hidupku setelah Kepergian Om,dan ini juga akan menjadi perjalanan Aku dengan Vino.
Aku berpikir akan kah hubungan aku dan Vino akan baik-baik saja jika kami telah tinggal satu atap,entah lah aku tidak tau,tapi yang jelas aku sangat mengharapkan takdir baik untuk berpihak kepadaku.
Malam hari Zito dan Citra memanggil ku untuk makan malam begitu juga dengan Vino,Sampai di meja makan kami lansung duduk,aku dan Vino duduk bersebelahan layak nya seperti Putra dan Putri Zito dan Citara.
"Ayo makan!" ajak Tante Citra sambil melihat ke arah ku.
"Jangan sungkan-sungkan sayang,Aqila anggap saja ini seperti rumah sendiri." lanjut Citra sambil tersenyum.
"Iya Aqila! Sekarang kamu sudah menjadi bagian dari Kita." ucap Vino menyemangatiku,aku sangat senang mendengarkan perkataan Vino.
"Biar lebih dekat lagi Aqila boleh memangil Om dan Tante sama dengan sebutan Vino." Ucap Citra,aku kaget mendengar ucapan Tante aku merasa belum yakin sampai segitunya mereka sangat menyayangi diri ku ini.
" Maksud Om dan Tante,Papa dan Mama?" tanya Aku sambil melihat ke arah Vino,aku takut kalau Vino marah karena sudah berbagi orang tua sama aku.
"Iya Aqila..." ucap Vino,kembali menatapku.
"Kamu tidak cemburu?" elak ku ke Vino,Vino dan yang lain malah tertawa melihatku.
"Ya tergantung." ketus Vino sambil mencubit pipiku.
"Auuw...sakit Vinn," rengekku sambil mengelus pipi yang di cubit Vino,melihat tingkah laku kami berdua om Zito dan tante Citra malah tertawa.
Iya ini kali pertama lagi mereka melihat tingkah laku manjaku semenjak kepergian Om.
Seperti ke inginan mereka Aku memanggil mereka sama seperti Vino yaitu Papa dan Mama.
"Udah sayang becanda nya,ayo makan keburu dingin ni." ajak Mama Citra sambil mengambilkan aku makan.
"Hmmm...bakalan ada saing berat ini di dalam rumah." ledek Vino melirik ke arah aku,mendengar ucapan Vino kami semua kembali tertawa.
"Kamu bisa cemburu juga Vin?" ledek ku,lagi-lagi Vino mencubit pipi ku.
"Kau suka sekali mencubit pipiku Vin,lihat ini sudah merah semua." ucap Aku kesal tapi Vino malah tersenyum saja.
"Soalnya pipi kamu bikin ngagenin,apa lagi saat kesal." goda Vino kemudian tertawa.
Hari ini terlewati,kami makan malam bersama sambil bercerita dan tertawa bersama.
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah setelah liburan akhir semester berakhir.
Suasana nya masih sama seperti biasa,tapi temannya kali ini berbeda,aku dan vino tiap hari bakalan berangkat sekolah bareng.
Sesuai janji Vino kepada kak Aqran di selalu menjaga ku dengan baik,bahkan dari semua cowok-cowok yang mengejarku di sekolah.
Aku adalah Aqila Putri Mahesa bisa di panggil Aqila,menurut teman-teman aku di sekolah ini,aku anak nya manja,cantik,imut dan pintar tapi aku penakut apa lagi hal-hal yang berbaur Horor,aku selalu di kejar-kejar sama cowok-cowok di sekolah bisa di bilang Primadona Sekolah yang ke Dua setelah kak Kelas.
Dan kali ini aku akan bersama dengan dia setiap hari,Dia adalah Vino Titra Zito bisa di panggil Vino,dia anaknya Tampan,pintar,cuek,dingin kalau sekali marah sama kayak monster,ia selalu jadi idola para gadis di sekolah.
Semua cowok yang mendekati aku,yang ingin menjadi pacar ku,dia harus siap-siap menerima tantangan dari Vino,sejauh ini tidak ada yang mau menjadi pacarku,syarat-syarat yang di berikan Vino terlalu banyak sehingga mereka berhenti berjuang di tengah jalan.
Beberapa hari kemudian,aku sudah mulai terbisa berangkat bareng dengan Vino,walaupun banyak para fans Vino yang membenciku tapi aku cuma cuek saja,karena menurut ku itu hal yang wajar di rasakan oleh setiap wanita.
Ketika aku berjalan di koridor sekolah menuju kelas tiba-tiba ada yang memanggil nama aku,sontak aku berhenti dan menoleh ke belakang.
" Hy Cantikku Aqila." sapa Arya dengan senyuman menampakkan gigi nya yang rapi.
Ya dia adalah cowok yang paling nyebelin menurutku,dia tidak pernah bosan setiap hari hanya mengganggu ku saja kerjaannya dan dia orang yang tidak takut sama Vino,karena itu lah aku semakin risih bila berdekatan dengan dia.
"Apaan lo!" ketus Aku melihat dia yang dari tadi kerjaannya senyum melulu.
"Masih pagi Sayang,jangan galak-galak." goda Arya sambil mengedipkan mata sebelah.
"Iih...Lo ya,coba aja sehari ngak gangguin gue bisa ngak sih?" tanya Aku yang melihat dia dengan tatapan kesal.
"Oo..Tidak bisa,kita itu ibarat kan setan dan malaikat." ucap Arya yang masih senyum-senyum.
"Iyo lo Setannya." elak Aku.
"Dan elo Malaikatnya Aqila sayang." ucap Arya,mendengar ucapan Arya aku merasa geli di buatnya.
"Serah lo." tutur Aku sambil meninggal kan dia sendirian,melihat aku sudah pergi dia berusaha menggejarku kembali.
"Jika lo masih berani mengikuti gue,gue pastikan akan membecimu." anacam Aku kepada Arya seketika Arya menghentikan langkahnya.
Ah dasar Aqila...berani nya cuma main ancam aku terus,mana mungkin aku bisa jauh-jauh dari mu,tapi untuk hari ini aku mengalah saja kan aku sudah mendapat senyum mu sedikit,entah kenapa membuat diri mu kesal aku sangat bahagia.
Aku menoleh lagi ke belakang,kali ini dia tidak mengikuti langkah aku lagi,aku rasanya sangat senang.
Hhhaha...dasar Arya ancam dikit doang udah ngalah,walaupun kamu tidak takut sama Vino setidak nya aku punya senjata untuk membuatmu menjauh dari aku.
Sekian bersemangatnya aku pagi ini,aku tidak sadar aku sudah menabrak orang yang berjalan di depanku.
Bruk...
Aku terjatuh ke lantai,rasanya sakit sekali,dan semua buku-buku yang di bawah orang itu jatuh menimpaku,sudah tertimpa pohon tertimpa tangga pula lagi.
"Auww....Sakiiit." rengek Aku pelan.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya seseorang itu melihat ke arahku.Aku melihat dia ternyata orang yang aku tabrak adalah seorang Cowok lumayan tampan sih tapi tidak setampan Vino.
OMG !!! gue nambrak cowok ini ****** gue,baru saja mau bahagia malah sial gue.
"Lo kenapa bengong?" Tanya Dia,seketika lamunanku terhenti.
"Eeh iinn...gakk ko." ucap Aku sedikit gugup takut kalau dia marah.
"Bisa bantuin gak? Badanku sakit semua." rengek Aku kepada dia,dia lansung membantuku duduk di atas bangku yang ada di depan kelas.
"Makanya kalau jalan itu lihat-lihat,jangan bengong terus,jalan pakek mata." ucap Dia mengomelin aku,aku malah semakin kesal di buatnya.
"Kalau ngak Ikhlas ya udah,kagak usah lo tolong." ucap Aku ketus lalu pergi meninggal kan dia tanpa mintak maaf dan berterimakasih,sebenarnya aku tidak kuat jalan tapi aku paksain karena merasa kesal.
"Dasar cewek udah di tolong malah tidak tau terimakasih," guman cowok.
"Dia yang nabrak duluan malah dia yang marah dasar cewek aneh." lanjut Dia lagi,sambil merapikan buku-bukunya yang jatuh ke lantai.
Aku berusaha jalan ke kelas dengan kaki sedikit pincang,Aku berusaha menahan rasa sakit agar sampai ke kelas dengan cepat.
Semua cowok-cowok yang mengejarku di sekolah ini,yang melihat aku berjalan pincang dia segera menghampiriku satu persatu,sepertinya mereka semua memperlakukan ku dengan sangat baik.
"Astaga Aqila." ucap cowok satu.
"Bidadari gue kenapa?" tanya cowok dua.
"Kenapa jalan mu pincang sepagi ini?" tanya cowok tiga.
"Ayo biar aku gandong,aku antar sampai ke dalam kelas." ucap cowok empat,mendengar ucapan mereka aku malah semakin kesal di buatnya.
"KALIAN SEMUA APAAN SIH!" teriak Aku,dengan suara keras semua orang yang berada di sana melirik ku.
"KALIAN BISA DIAM GAK?" bentak Aku,mereka semua diam kini tidak ada lagi yang mengelurkan suara.
"Dan kalian semua,ngapain liatin gue? Ngak pernah liat cewek cantik." ucap Aku dengan percaya diri.
Dari arah jauh Vino melihat aku,ketika dia berjalan dia mengengar suara teriakanku,dia berjalan cepat menghampiri aku.
"Aqila." ucap Vino.
"Kamu kenapa?" tanya Vino mulai merasa panik melihatku dengan wajah yang sangat bete.
"Apa mereka semua mengganggu mu lagi?" tanya Vino melihat ke arah mereka semua,tapi aku hanya diam,mendengar ucapan Vino mereka semua bubar.
"Vin.." ucap Aku melihat ke arah Vino,dia melihat mataku mulai berkaca-kaca.
"Kamu kenapa? Sepagi ini wajahmu terlihat bete." ucap Vino lalu melihat ke arah ku,dia melihat lutut ku terluka sedikit gores dan lembam akibat terjatuh tadi.
"Kaki kamu kenapa sampai begini?" tanya Vino lagi sambil memengang lututku yang sedikit agak lecet.
"Sakit Vin." rengek ku menggeser kakiku agar tidak di sentuh Vino lagi.
"Ayo kita ke UKS!" ajak Vino,aku hanya mengangguk,aku berjalan pelan-pelan sambil menahan rasa sakit,Vino yang melihatku berjalan seperti itu di lansung menggendongku.
" Vinooo..kamu apaan sih? Aku malu di lihat mereka." ucap Aku kepada Vino,karena merasa takut kalau aku jatuh lagi dengan segera aku mengalungkan tangan ku ke leher Vino.
"Udah diam saja,jangan hirau kan mereka." ucap Vino melihat ke arah wajahku,kini wajah kami sangat berdekatan.
Ya ampun...kenapa dengan jantung ku ini,setiap perlakukan yang di berikan Vino selalu membuatku dekdekan.
"Atau mau aku jatuhkan lagi?" ancam Vino,agar aku diam di dalam gendongannya.
"Kamu jahat Vin." ucap Aku kesal,melihat aku kesal Vino malah tertawa dan tersenyum.
Vino membawaku ke UKS sekolah,pagi ini pelajaran pertama aku tidak bisa mengikutinya begitu juga dengan Vino dia menemaniku di UKS.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!