PERJALANAN CINTA QIANA

PERJALANAN CINTA QIANA

DI RUMAH SAKIT

Dari jauh terlihat begitu jelas sepasang suami istri. suami itu menggenggam erat tangan sang istri, sesekali ia mengelus punggung wanitanya.

"Kita doakan ayah bersama yuk , biar aku pimpin ya" diikuti anggukan qia dan bi ineh pembantu yang setia menemani qia dan ayahnya. bi ineh seperti ibu untuk qia.

flashback

Kala itu qia sangat begitu sedih mendengar ayahnya akan menjodohkan dirinya. wanita itu duduk di bawah samping kasur dengan tangan tangan memeluk kedua kakinya.

"non, apa nona tidak mau makan? diluar sudah siap" qia masih tak menjawab. bi ineh masuk karna pintu kamar tidak ditutup dan mencari keberadaan nonanya hingga ditemukan ia sedang duduk di atas lantai.

"non, nona jangan begini, lihat nona semakin kurus sekarang, cerita sama bibi, bibi siap mendengarkan cerita nona" qia menoleh dan memeluk bi ineh. wanita itu menangis dalam pelukan bi ineh.

"sudah non jangan nangis, bibi tau perasaan non qia. tapi menurut bibi non qia cocok kok dengan den affan. dia lelaki baik non" ujar bi ineh tanpa dimintai pendapat

"bagaimana bibi tau ?"

"den affan pernah berkunjung kesini, ketika nona sedang kuliah. dia sangat sopan sekali non, juga ramah. bibi yakin jika non qia menerima den affan ,non qia akan bahagia. dengan berjalannya waktu non qia akan bisa mencintai den affan seperti non qia mencintai den radit"

qia membelalakkan matanya. "ah bibi sok tau, tapi bi... "lalu memeluk perempuan paruh baya itu.

"bener loh non, kalau non qia terus-terusan begini ntar nyonya diana disurga sedih" lalu qia menghapus air matanya.

"ia bibi benar, tapi bi bagaimana dengan radit? qia tidak berani mengatakan semua pada radit,qia tidak siap bi"

"nona harus berani, ok ! sekarang nona makan dulu . kasian tuan sedang menunggu nona sedari tadi"

"baiklah bi, trimakasih bi .bibi selalu ada untuk qia. bibi slalu mengerti qia" bi ineh memeluknya dengan tulus lalu beranjak ke meja makan.

flash on

Pintu ruang ICU terbuka

suster keluar dari ruangan , mereka berdiri menghampiri

"keluarga pak erwin?"

"iya , saya anaknya"

"silahkan ke administrasi , untuk pemindahan ruangan" lalu kembali masuk. tak sempat bertanya pada suster itu tentang keadaan ayahnya .

tak lama kemudian pintu kembali terbuka.

"Bagaimana dokter keadaan ayah saya?" menghampiri dokter xg baru menutup pintu kembali.

"puji syukur ayah anda sudah kembali stabil, dan kondisinya sudah mulai membaik"

"apa saya boleh melihatnya dok?"pinta qia.

"boleh,silahkan ke ruang ganti terlebih dahulu.saya permisi ya" dokter itu meninggalkan mereka. qia segera keruang ganti dan memakai pakaian yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

"ayah" qia menangis dalam pelukan sang ayah, ditangan ayahnya terpasang selang infus , hidungnya tertutup oleh alat bantu pernafasan.

"qi...aa..."menghapus air mata putrinya "ba..gai..mana kabarmu nak..?" suara yang tak begitu jelas namun qia mengerti.

"qia baik yah, ayah maafin qia ya seminggu ini belum sempat jenguk ayah" ayah qia mengangguk mengerti.

setelah itu pak erwin seperti sedang mencari seseorang diruangan itu kecuali dirinya.

"mas affan sedang mengurus administrasi , bi ineh ada didepan" sembari tersenyum pada lelaki paruh baya tersebut. lelaki itu kemudian megangguk.

tak lama kemudian para perawat datang untuk memindahkan pak erwin ke ruangan VIP.

"permisi bu"

"iya silahkan " qia pindah posisi.

ia mengikuti kemana suster itu membawa ayahnya yang akan dipindahkan.

"mas malam ini qia menginap disini ya bareng bi ineh". pinta qia ketika sudah sampai diruangan, sambil melepas sendalnya. sedang affan mengikuti berada di belakang qia."oh ya mas, qia juga minta tolong, baju-baju qia nanti dibawakan tidak usah banyak-banyak mas"

"iya qi " affan terlihat begitu lelah, akhir akhir ini dia sering ke luar kota untuk meeting. ia juga baru kembali dari surabaya dan langsung menemui ayah mertuanya.

"apa mz affan sudah makan?"

"sudah tadi selepas meeting , kamu sudah makan? aku belikan ya"

"tidak perlu mz, aku sudah makan. mz affan sebaiknya tidur dulu , bentar aku carikan selimut atau apa untuk dijadikan alas , siapa tau bi ineh bawa" mencari sesuatu didalam tas yang bi ineh bawa karna qia dan ayahnya tadi jalan terlebih dahulu. "ini dia" qia mengeluarkan badcover yang bi ineh bawa. affan sudah menyapu kamar tanpa qia pinta.

"letakkan disini saja" pinta affan.

"sekarang mz affan bisa rebahan, tidurlah" affan langsung merebahkan tubuhnya.

"kamu?"

"tidak aku masih harus merapikan bawaan bi ineh"

beberapa menit qia meboleh karna tidak ada suara dari suaminya. mungkin karna begitu lelah ia tertidur. jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. ponsel affan masih saja terus berdering. ingin membangunkan affan ia tak tega, hingga akhirnya qia angkat.

dilihatnya RATNA

...'ratna , ada apa dari tadi menelfon, mungkin urusan kantor' gumam qiA...

"halo assalamualaikum ratna"

"waalaikumsalam bu qia "

"Ada apa ya?"

"begini bu tadi ada klien telfon katanya mau adakan meeting dan dia minta jam 15.00 WIB"

"baiklah ratna nanti aku sampaikan ya. mas affan sedang tidur "

"baik bu, trimakasih" ratna menutup telfon.

Jam sudah menunjukkan pukul 13:15 menit. affan sudah bangun. dia melihat jam tangannya.

"mandilah dulu mas atau kalau tidak basuhlah muka saja,karna belum ada sabun didalam" affan mengangguk menuju kamar mandi.

affan keluar dari kamar mandi. ayah qia masih tidur sehabis minum obat.

"tadi ratna nelfon mas,katanya ada rapat dadakan jam 15:00 wib"

"ya sudah aku pulang sekarang ya, sebelum meeting aku kesini, mau anter pakaian mu"

"tidak usah mas, sehabis meeting saja kemari, biar tidak terlambat , oh ya mas ayah memintamu juga untuk menginap disini, biar tidak bolak balik. karna kamu pasti lelah"

"iya qi, kalau gitu aku jalan dulu" qia menyalami tangan affan seperti biasa ketika ia keluar rumah.

"Hati-hati dijalan ya mas" affan mengangguk , sembari tersenyum kepada sang istri.

sosok affan sudah jauh tak terlihat oleh mata coklat qiana.qiana kembali masuk ke dalam kamar.

pintu kembali terbuka. bi ineh

"non, bibi bawakan makanan untuk nona. bibi perhatikan tadi nona belum makan dan ini untuk den affan" sambil lalu mencari sosok pria yang ia sebutkan tadi

"mas affan sudah pergi barusan bi, ada meeting" qia membuka nasi bungkus yang bi ineh bawa."ini buat bibi saja, bukankah bibi juga belum makan"

"bibi sudah sarapan non tadi pagi sebelum tuan pingsan".

"itukan tadi pagi bi , ini buat bibi " bi ineh menerimanya dan makan bersama.

"tuan sudah minum obat non?"

'"sudah bi"

"bi , makasih ya sudah slalu jagain ayah"

"sudah tugas saya non sebagai pembantu, saya akan mengabdi kepada tuan hingga nafas terakhir saya"

"eemmmm bi ineh , trimakasih. jika tidak ada bi ineh qia tidak tau lagi"

"non qia tenang saja"

qia sangat bersyukur memiliki pembantu seperti bi ineh, selain kepercayaan ayahnya, sejak kecil ia diasuh olehnya. qia bahkan menganggapnya seperti ibunya.

Terpopuler

Comments

D'ՇɧeeՐՏ🍻

D'ՇɧeeՐՏ🍻

Satuuuuu

2022-01-24

2

a_wann.store

a_wann.store

mampir ka

2021-11-22

9

Fajar Mesaz

Fajar Mesaz

salam buat qia, ya👍👍

2021-07-07

4

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!