Selepas sholat magrib qiana menghampiri ayahnya yang sedang terbaring. ia menggenggam erat tangannya.
"qi"
"iya yah"
"usia pernikahan kalian sudah 4bulan qi ,apa kamu belum hamil juga?"
"emmm belum yah" qia menunduk
"ap kamu masih belum siap juga qi?
apa kamu belum bisah melupakan radit?"tanya ayah qia dengan mata yang berkaca kaca.
"ayah apa yang ayah katakan?"
"ayah hanya bertanya"
"tidak yah, qia sudah menghapus nama mz radit dihati qia"
"oh ya? lalu bagaimana dengan perasaanmu terhadap affan?"
"qia tidak tahu yah, mz affan begitu baik"
"lalu apa yang membuatmu belum bisa menerimanya?"
"ayah, qia masih dalam tahap belajar mencintai mz affan. jika qia terburu-buru , qia takut mz affan tidak bisa menjaga kepercayaan qia. ayah tau? sekertarisnya yang bernama ratna? sepertinya dia menyukai mz affan"
"jangan seudzon nak"
"tidak yah, qia kadang kesel sekali melihatnya sok cari perhatian mz affan"
"itu tandanya cemburu tuan" sahut bi ineh yang dari tadi mendengarkan. "non qia harus tau cemburu itu tanda cinta"
"ah bi ineh sok tau" qia menunduk malu.
"qi, ayah sudah semakin tua. ayah ingin menggendong cucu qi, segerekanlah nak " sambung sang ayah, qia merasa bersalah pada ayahnya.
"iya yah qia janji qia bakal berikan cucu buat ayah" mendengar itu semua bi ineh tersenyum.
'qia janji yah, jika mas affan meminta hak nya qia akan berikan. sekarang qia sudah siap dan mungkin yang bi ineh katakan benar aku mencintai mas affan' gumam qia
pintu kamar terbuka.
"Assalamualaikum kak qia" suara gladis yang manja terdengar dari balik pintu.
"gladis, mama, dito" menghampiri mama mertua dan adik-adiknya.
Gladis adik ke 2 yang saat ini usianya 21 tahun dito adik ke 3 usianya masih 17 tahun. mereka datang membesuk ayahnya, mereka membawa berbagai macam barang dari nasi ,cemilan ,buah hingga susu untuk besannya.
"mama repot-repot bawa ini semua, maaf ya ma, qia lupa beri kabar mama"
"tidak apa-apa, affan sudah kabari mama"
"oh ya ma, mz affan lagi ada meeting"
kemudian pintu terbuka sebelum mama dan adiknya menjawab.
"eh mz affan, ada mama sama adik-adik nih" gladis tersenyum sedang dito sibuk dengan ponselnya.
"qia, barusan mama bareng affan kok dari rumah" sahut mama nya , affan tersenyum.
"maaf ya aku lama soalx masih jemput mama dan adik."
"gpp mas" sambil menyuguhkan cemilan untuk dimakan bersama dibantu oleh bi ineh. "aku fikir tadi kamu gak bareng sama mama" tersenyum ke arah affan.
"selepas meeting aku mampir ke rumah mama , oh ya ini bajumu"
"trimakasih ya"
mereka membicarakan masalalu mereka ketika pertama bertemu dan ayah qia saat itu dalam keadaan terpuruk . buat biaya lahiran qia aja tidak ada hingga akhirnya bertemu dengan papa affan BAPAK DIRTA KUSUMA NINGRAT.
pak dirta memberikan uang untuk biaya persalinan qia, ia juga membiayai sekolah qia , memberikan pekerjaan tetap untuk pak erwin. dan ketika qia masuk SMP pak erwin memutuskan untuk membiayai sekolah qia sendiri.
qia yang baru mengetahui itu semua semakin merasa malu dan menyesal telah mengecewakan orang-orang yang baik padanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 20:49 . mama qia beranjak dari tempat ia duduk .
"pak erwin, semoga cepat sembu ya pak"
"iya makasi ya buk atas kunjungannya kesini, makasi juga ya nak gladis nak dito" gladis dan dito tersenyum ramah meski dito cuek dia anak baik.
"segera beri mama cucu ya qi" bisik mama kirana ketika memeluk qia, qia tersenyum malu
"iya ma"
"oh ya fan mama naik taksi saja ya kasian kamu pasti capek , jaga kesehatan kalian, bi aku permisi pulang ya"
"njeh bu"sahut bi ineh
affan dan qia mengantar mereka menunggu taksi
"hati-hati ya semua"sambil melambaikan tangan. ketika taksi itu semakin jauh affan dan qia kembali ke dalam.
........* * *........
Dokter mengizinkan pak erwin pulang, karna kondisinya saat ini sudah sehat kembali.
"hati-hati yah turunnya qia ambilkan kursi roda ya"
"ngak usah qi, ayah sudah sehat. sudah bisah jalan sendiri kok"
"baiklah yah"
"aku bantu ya mas" qia meraih tas yang affan bawa.
"gak usah qi kamu temeni ayah saja"
"ayah bilang ingin jalan sendiri, katanya sudah sehat" qia menjawab dengan senyum dibibirnya.
sesampainya didepan rumah, qia meminta ayahnya untuk beristirahat agar badannya lebih vit.
"ayah makan ini dulu ya biar tambah sehat" pak erwin mengangguk."yah aku malam ini menginap disini ya takut ayah kenapa-napa"
"gak perlu, ayah sudah sehat" memperlihatkan badannya yang sudah mulai sehat
"non qia jangan khawatir disini ada bibi non. bibi akan merawat tuan dengan baik" ujar bi ineh dari balik pintu membawakan air putih untuk tuan nya.
"emm bi ineh , trimakasih karna slalu jaga ayah. ayah istirahat ya,qia mau mandi dulu yah habis itu qia langsung pulang"
"iya iya anak ayah, kalau kamu pulang jangan lupa ya, cucu untuk ayah" goda sang ayah membuat qia menunduk malu
selepas berdandan qia menghampiri ayahnya. tapi ayahnya sedang tidur. hingga membuatnya tak sampai hati untuk membangunkannya.
"sampaikan pada ayah nanti ya bi, qia sudah pulang. oh ya jangan lupa obat ayah jangan sampai telat, bibi juga jaga kesehatan ya, biar nanti qia tambah 1 pembantu, sekarang tugas bibi cuma jaga ayah dan memasak saja" bi ineh menggangguk.
"iya non" qia tau pasti dia lelah mengurus semua seorang diri apalagi ketika tuannya sedang sakit.
*......*.......*
Sesampai dirumah, qia merebahkan tubuhnya diatas kasur hingga terlelap. affan membenarkan posisi qia.
Affan sibuk mempersiapkan kejutan untuk qia di belakang rumah dekat kolam renangnya , dengan sangat begitu antusias. dia juga dibantu oleh satpam dan pembantu rumahnya yaitu bi inem.
"akhirnya selesai juga" ujarnya.
melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 18:25.
Affan memutuskan untuk sholat berjamaah terlebih dahulu bersama qia. selesai sholat , affan meminta qia menutup kedua matanya.
"mau kemana mas? kok pakai tutup mata segala?"
"ada deh, ntar kamu juga bakal tau"
setelah sampai ke belakang rumah dekat kolam, penutup mata itu dibuka oleh affan
"mas affan" mata qia berbinar-binar melihat pemandangan dekat kolam yang penuh dengan lilin
"duduklah sayang" qia menatap affan sejenak , 'sayang?' mengerutkan dahinya namun tak banyak tanya.
affan terlihat gugup ,entah bingung harus memulai pembicaraan dari mana.
"ini mas affan tumbenan makan romantis begini" karna biasanya cuma dilestoran
affan meraih kotak merah yang berisi cincin yang ada dimeja dekat bunga.
"qi apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan sayang?"
"iya boleh mas"
"aku juga ingin mendengarmu memanggilku dengan sebutan sayang ,bisahkan" qia mengangguk.
membuka kotak yang berisi cincin berlian itu.
"apa kamu mau menjadi istriku ?" qia merasa bingung dengan pertanyaan itu.
"bukan kah aku istrimu?"kata qia tak paham
"iya qi kamu memang istriku dan aku ingin menjadikanmu istriku seutuhnya, bukan diatas kertas" kini qia mengerti. wajanya terlihat merah ,memberikan tangan kanannya. affan menyematkan cincin di jari tengah qia.
"sayang aku mencintaimu" sambil menggenggam kedua tangan qia.
"aku juga mencintaimu mas, eh maksudku sayang" sungguh wajah qia memerah karna malu .
"aku mohon katakan lagi padaku sayang?"
"mz affan ah aku malu"
"aku hanya ingin mendengarkannya"
"aakkuu mencintamu"
kata yang memang sudah affan nanti selama 4bulan lamanya. dan selama itupun affan tidak berani menyentuhnya. dia berdiri disamping qia, menggenggam tangannya dengan penuh kelembutan.
"mz affan malu, ada pak satpam sama bibi" ucapan qia membuatnya mengurungkan niat untuk mencium bibir qia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Yani
Menarik
2021-06-09
0
🌈 єνιʝυℓιє ♓ℹ️🅰🌴
asyeeek
2021-06-06
0
Wahyu Rascal
keren critanya nur
2021-04-03
4