NovelToon NovelToon

PERJALANAN CINTA QIANA

DI RUMAH SAKIT

Dari jauh terlihat begitu jelas sepasang suami istri. suami itu menggenggam erat tangan sang istri, sesekali ia mengelus punggung wanitanya.

"Kita doakan ayah bersama yuk , biar aku pimpin ya" diikuti anggukan qia dan bi ineh pembantu yang setia menemani qia dan ayahnya. bi ineh seperti ibu untuk qia.

flashback

Kala itu qia sangat begitu sedih mendengar ayahnya akan menjodohkan dirinya. wanita itu duduk di bawah samping kasur dengan tangan tangan memeluk kedua kakinya.

"non, apa nona tidak mau makan? diluar sudah siap" qia masih tak menjawab. bi ineh masuk karna pintu kamar tidak ditutup dan mencari keberadaan nonanya hingga ditemukan ia sedang duduk di atas lantai.

"non, nona jangan begini, lihat nona semakin kurus sekarang, cerita sama bibi, bibi siap mendengarkan cerita nona" qia menoleh dan memeluk bi ineh. wanita itu menangis dalam pelukan bi ineh.

"sudah non jangan nangis, bibi tau perasaan non qia. tapi menurut bibi non qia cocok kok dengan den affan. dia lelaki baik non" ujar bi ineh tanpa dimintai pendapat

"bagaimana bibi tau ?"

"den affan pernah berkunjung kesini, ketika nona sedang kuliah. dia sangat sopan sekali non, juga ramah. bibi yakin jika non qia menerima den affan ,non qia akan bahagia. dengan berjalannya waktu non qia akan bisa mencintai den affan seperti non qia mencintai den radit"

qia membelalakkan matanya. "ah bibi sok tau, tapi bi... "lalu memeluk perempuan paruh baya itu.

"bener loh non, kalau non qia terus-terusan begini ntar nyonya diana disurga sedih" lalu qia menghapus air matanya.

"ia bibi benar, tapi bi bagaimana dengan radit? qia tidak berani mengatakan semua pada radit,qia tidak siap bi"

"nona harus berani, ok ! sekarang nona makan dulu . kasian tuan sedang menunggu nona sedari tadi"

"baiklah bi, trimakasih bi .bibi selalu ada untuk qia. bibi slalu mengerti qia" bi ineh memeluknya dengan tulus lalu beranjak ke meja makan.

flash on

Pintu ruang ICU terbuka

suster keluar dari ruangan , mereka berdiri menghampiri

"keluarga pak erwin?"

"iya , saya anaknya"

"silahkan ke administrasi , untuk pemindahan ruangan" lalu kembali masuk. tak sempat bertanya pada suster itu tentang keadaan ayahnya .

tak lama kemudian pintu kembali terbuka.

"Bagaimana dokter keadaan ayah saya?" menghampiri dokter xg baru menutup pintu kembali.

"puji syukur ayah anda sudah kembali stabil, dan kondisinya sudah mulai membaik"

"apa saya boleh melihatnya dok?"pinta qia.

"boleh,silahkan ke ruang ganti terlebih dahulu.saya permisi ya" dokter itu meninggalkan mereka. qia segera keruang ganti dan memakai pakaian yang sudah disediakan oleh rumah sakit.

"ayah" qia menangis dalam pelukan sang ayah, ditangan ayahnya terpasang selang infus , hidungnya tertutup oleh alat bantu pernafasan.

"qi...aa..."menghapus air mata putrinya "ba..gai..mana kabarmu nak..?" suara yang tak begitu jelas namun qia mengerti.

"qia baik yah, ayah maafin qia ya seminggu ini belum sempat jenguk ayah" ayah qia mengangguk mengerti.

setelah itu pak erwin seperti sedang mencari seseorang diruangan itu kecuali dirinya.

"mas affan sedang mengurus administrasi , bi ineh ada didepan" sembari tersenyum pada lelaki paruh baya tersebut. lelaki itu kemudian megangguk.

tak lama kemudian para perawat datang untuk memindahkan pak erwin ke ruangan VIP.

"permisi bu"

"iya silahkan " qia pindah posisi.

ia mengikuti kemana suster itu membawa ayahnya yang akan dipindahkan.

"mas malam ini qia menginap disini ya bareng bi ineh". pinta qia ketika sudah sampai diruangan, sambil melepas sendalnya. sedang affan mengikuti berada di belakang qia."oh ya mas, qia juga minta tolong, baju-baju qia nanti dibawakan tidak usah banyak-banyak mas"

"iya qi " affan terlihat begitu lelah, akhir akhir ini dia sering ke luar kota untuk meeting. ia juga baru kembali dari surabaya dan langsung menemui ayah mertuanya.

"apa mz affan sudah makan?"

"sudah tadi selepas meeting , kamu sudah makan? aku belikan ya"

"tidak perlu mz, aku sudah makan. mz affan sebaiknya tidur dulu , bentar aku carikan selimut atau apa untuk dijadikan alas , siapa tau bi ineh bawa" mencari sesuatu didalam tas yang bi ineh bawa karna qia dan ayahnya tadi jalan terlebih dahulu. "ini dia" qia mengeluarkan badcover yang bi ineh bawa. affan sudah menyapu kamar tanpa qia pinta.

"letakkan disini saja" pinta affan.

"sekarang mz affan bisa rebahan, tidurlah" affan langsung merebahkan tubuhnya.

"kamu?"

"tidak aku masih harus merapikan bawaan bi ineh"

beberapa menit qia meboleh karna tidak ada suara dari suaminya. mungkin karna begitu lelah ia tertidur. jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. ponsel affan masih saja terus berdering. ingin membangunkan affan ia tak tega, hingga akhirnya qia angkat.

dilihatnya RATNA

...'ratna , ada apa dari tadi menelfon, mungkin urusan kantor' gumam qiA...

"halo assalamualaikum ratna"

"waalaikumsalam bu qia "

"Ada apa ya?"

"begini bu tadi ada klien telfon katanya mau adakan meeting dan dia minta jam 15.00 WIB"

"baiklah ratna nanti aku sampaikan ya. mas affan sedang tidur "

"baik bu, trimakasih" ratna menutup telfon.

Jam sudah menunjukkan pukul 13:15 menit. affan sudah bangun. dia melihat jam tangannya.

"mandilah dulu mas atau kalau tidak basuhlah muka saja,karna belum ada sabun didalam" affan mengangguk menuju kamar mandi.

affan keluar dari kamar mandi. ayah qia masih tidur sehabis minum obat.

"tadi ratna nelfon mas,katanya ada rapat dadakan jam 15:00 wib"

"ya sudah aku pulang sekarang ya, sebelum meeting aku kesini, mau anter pakaian mu"

"tidak usah mas, sehabis meeting saja kemari, biar tidak terlambat , oh ya mas ayah memintamu juga untuk menginap disini, biar tidak bolak balik. karna kamu pasti lelah"

"iya qi, kalau gitu aku jalan dulu" qia menyalami tangan affan seperti biasa ketika ia keluar rumah.

"Hati-hati dijalan ya mas" affan mengangguk , sembari tersenyum kepada sang istri.

sosok affan sudah jauh tak terlihat oleh mata coklat qiana.qiana kembali masuk ke dalam kamar.

pintu kembali terbuka. bi ineh

"non, bibi bawakan makanan untuk nona. bibi perhatikan tadi nona belum makan dan ini untuk den affan" sambil lalu mencari sosok pria yang ia sebutkan tadi

"mas affan sudah pergi barusan bi, ada meeting" qia membuka nasi bungkus yang bi ineh bawa."ini buat bibi saja, bukankah bibi juga belum makan"

"bibi sudah sarapan non tadi pagi sebelum tuan pingsan".

"itukan tadi pagi bi , ini buat bibi " bi ineh menerimanya dan makan bersama.

"tuan sudah minum obat non?"

'"sudah bi"

"bi , makasih ya sudah slalu jagain ayah"

"sudah tugas saya non sebagai pembantu, saya akan mengabdi kepada tuan hingga nafas terakhir saya"

"eemmmm bi ineh , trimakasih. jika tidak ada bi ineh qia tidak tau lagi"

"non qia tenang saja"

qia sangat bersyukur memiliki pembantu seperti bi ineh, selain kepercayaan ayahnya, sejak kecil ia diasuh olehnya. qia bahkan menganggapnya seperti ibunya.

KEJUTAN

Selepas sholat magrib qiana menghampiri ayahnya yang sedang terbaring. ia menggenggam erat tangannya.

"qi"

"iya yah"

"usia pernikahan kalian sudah 4bulan qi ,apa kamu belum hamil juga?"

"emmm belum yah" qia menunduk

"ap kamu masih belum siap juga qi?

apa kamu belum bisah melupakan radit?"tanya ayah qia dengan mata yang berkaca kaca.

"ayah apa yang ayah katakan?"

"ayah hanya bertanya"

"tidak yah, qia sudah menghapus nama mz radit dihati qia"

"oh ya? lalu bagaimana dengan perasaanmu terhadap affan?"

"qia tidak tahu yah, mz affan begitu baik"

"lalu apa yang membuatmu belum bisa menerimanya?"

"ayah, qia masih dalam tahap belajar mencintai mz affan. jika qia terburu-buru , qia takut mz affan tidak bisa menjaga kepercayaan qia. ayah tau? sekertarisnya yang bernama ratna? sepertinya dia menyukai mz affan"

"jangan seudzon nak"

"tidak yah, qia kadang kesel sekali melihatnya sok cari perhatian mz affan"

"itu tandanya cemburu tuan" sahut bi ineh yang dari tadi mendengarkan. "non qia harus tau cemburu itu tanda cinta"

"ah bi ineh sok tau" qia menunduk malu.

"qi, ayah sudah semakin tua. ayah ingin menggendong cucu qi, segerekanlah nak " sambung sang ayah, qia merasa bersalah pada ayahnya.

"iya yah qia janji qia bakal berikan cucu buat ayah" mendengar itu semua bi ineh tersenyum.

'qia janji yah, jika mas affan meminta hak nya qia akan berikan. sekarang qia sudah siap dan mungkin yang bi ineh katakan benar aku mencintai mas affan' gumam qia

pintu kamar terbuka.

"Assalamualaikum kak qia" suara gladis yang manja terdengar dari balik pintu.

"gladis, mama, dito" menghampiri mama mertua dan adik-adiknya.

Gladis adik ke 2 yang saat ini usianya 21 tahun dito adik ke 3 usianya masih 17 tahun. mereka datang membesuk ayahnya, mereka membawa berbagai macam barang dari nasi ,cemilan ,buah hingga susu untuk besannya.

"mama repot-repot bawa ini semua, maaf ya ma, qia lupa beri kabar mama"

"tidak apa-apa, affan sudah kabari mama"

"oh ya ma, mz affan lagi ada meeting"

kemudian pintu terbuka sebelum mama dan adiknya menjawab.

"eh mz affan, ada mama sama adik-adik nih" gladis tersenyum sedang dito sibuk dengan ponselnya.

"qia, barusan mama bareng affan kok dari rumah" sahut mama nya , affan tersenyum.

"maaf ya aku lama soalx masih jemput mama dan adik."

"gpp mas" sambil menyuguhkan cemilan untuk dimakan bersama dibantu oleh bi ineh. "aku fikir tadi kamu gak bareng sama mama" tersenyum ke arah affan.

"selepas meeting aku mampir ke rumah mama , oh ya ini bajumu"

"trimakasih ya"

mereka membicarakan masalalu mereka ketika pertama bertemu dan ayah qia saat itu dalam keadaan terpuruk . buat biaya lahiran qia aja tidak ada hingga akhirnya bertemu dengan papa affan BAPAK DIRTA KUSUMA NINGRAT.

pak dirta memberikan uang untuk biaya persalinan qia, ia juga membiayai sekolah qia , memberikan pekerjaan tetap untuk pak erwin. dan ketika qia masuk SMP pak erwin memutuskan untuk membiayai sekolah qia sendiri.

qia yang baru mengetahui itu semua semakin merasa malu dan menyesal telah mengecewakan orang-orang yang baik padanya.

Jam sudah menunjukkan pukul 20:49 . mama qia beranjak dari tempat ia duduk .

"pak erwin, semoga cepat sembu ya pak"

"iya makasi ya buk atas kunjungannya kesini, makasi juga ya nak gladis nak dito" gladis dan dito tersenyum ramah meski dito cuek dia anak baik.

"segera beri mama cucu ya qi" bisik mama kirana ketika memeluk qia, qia tersenyum malu

"iya ma"

"oh ya fan mama naik taksi saja ya kasian kamu pasti capek , jaga kesehatan kalian, bi aku permisi pulang ya"

"njeh bu"sahut bi ineh

affan dan qia mengantar mereka menunggu taksi

"hati-hati ya semua"sambil melambaikan tangan. ketika taksi itu semakin jauh affan dan qia kembali ke dalam.

........* * *........

Dokter mengizinkan pak erwin pulang, karna kondisinya saat ini sudah sehat kembali.

"hati-hati yah turunnya qia ambilkan kursi roda ya"

"ngak usah qi, ayah sudah sehat. sudah bisah jalan sendiri kok"

"baiklah yah"

"aku bantu ya mas" qia meraih tas yang affan bawa.

"gak usah qi kamu temeni ayah saja"

"ayah bilang ingin jalan sendiri, katanya sudah sehat" qia menjawab dengan senyum dibibirnya.

sesampainya didepan rumah, qia meminta ayahnya untuk beristirahat agar badannya lebih vit.

"ayah makan ini dulu ya biar tambah sehat" pak erwin mengangguk."yah aku malam ini menginap disini ya takut ayah kenapa-napa"

"gak perlu, ayah sudah sehat" memperlihatkan badannya yang sudah mulai sehat

"non qia jangan khawatir disini ada bibi non. bibi akan merawat tuan dengan baik" ujar bi ineh dari balik pintu membawakan air putih untuk tuan nya.

"emm bi ineh , trimakasih karna slalu jaga ayah. ayah istirahat ya,qia mau mandi dulu yah habis itu qia langsung pulang"

"iya iya anak ayah, kalau kamu pulang jangan lupa ya, cucu untuk ayah" goda sang ayah membuat qia menunduk malu

selepas berdandan qia menghampiri ayahnya. tapi ayahnya sedang tidur. hingga membuatnya tak sampai hati untuk membangunkannya.

"sampaikan pada ayah nanti ya bi, qia sudah pulang. oh ya jangan lupa obat ayah jangan sampai telat, bibi juga jaga kesehatan ya, biar nanti qia tambah 1 pembantu, sekarang tugas bibi cuma jaga ayah dan memasak saja" bi ineh menggangguk.

"iya non" qia tau pasti dia lelah mengurus semua seorang diri apalagi ketika tuannya sedang sakit.

*......*.......*

Sesampai dirumah, qia merebahkan tubuhnya diatas kasur hingga terlelap. affan membenarkan posisi qia.

Affan sibuk mempersiapkan kejutan untuk qia di belakang rumah dekat kolam renangnya , dengan sangat begitu antusias. dia juga dibantu oleh satpam dan pembantu rumahnya yaitu bi inem.

"akhirnya selesai juga" ujarnya.

melihat jam tangannya sudah menunjukkan pukul 18:25.

Affan memutuskan untuk sholat berjamaah terlebih dahulu bersama qia. selesai sholat , affan meminta qia menutup kedua matanya.

"mau kemana mas? kok pakai tutup mata segala?"

"ada deh, ntar kamu juga bakal tau"

setelah sampai ke belakang rumah dekat kolam, penutup mata itu dibuka oleh affan

"mas affan" mata qia berbinar-binar melihat pemandangan dekat kolam yang penuh dengan lilin

"duduklah sayang" qia menatap affan sejenak , 'sayang?' mengerutkan dahinya namun tak banyak tanya.

affan terlihat gugup ,entah bingung harus memulai pembicaraan dari mana.

"ini mas affan tumbenan makan romantis begini" karna biasanya cuma dilestoran

affan meraih kotak merah yang berisi cincin yang ada dimeja dekat bunga.

"qi apa aku boleh memanggilmu dengan sebutan sayang?"

"iya boleh mas"

"aku juga ingin mendengarmu memanggilku dengan sebutan sayang ,bisahkan" qia mengangguk.

membuka kotak yang berisi cincin berlian itu.

"apa kamu mau menjadi istriku ?" qia merasa bingung dengan pertanyaan itu.

"bukan kah aku istrimu?"kata qia tak paham

"iya qi kamu memang istriku dan aku ingin menjadikanmu istriku seutuhnya, bukan diatas kertas" kini qia mengerti. wajanya terlihat merah ,memberikan tangan kanannya. affan menyematkan cincin di jari tengah qia.

"sayang aku mencintaimu" sambil menggenggam kedua tangan qia.

"aku juga mencintaimu mas, eh maksudku sayang" sungguh wajah qia memerah karna malu .

"aku mohon katakan lagi padaku sayang?"

"mz affan ah aku malu"

"aku hanya ingin mendengarkannya"

"aakkuu mencintamu"

kata yang memang sudah affan nanti selama 4bulan lamanya. dan selama itupun affan tidak berani menyentuhnya. dia berdiri disamping qia, menggenggam tangannya dengan penuh kelembutan.

"mz affan malu, ada pak satpam sama bibi" ucapan qia membuatnya mengurungkan niat untuk mencium bibir qia.

MENJEMPUT SURGA YANG TAK DIRINDUKAN

"sayang , aku berterimakasih karna atas cinta yang kamu berikan"

"tidak fan , mestinya aku yang berterimakasih padamu karna kamu mau menungguku selama berbulan-bulan, maaf ya"

"sayang , sudahlah jangan menangis seperti ini, yang penting sekarang kamu mau menerimaku dihatimu"

"sebagai tanda maafku maukah kamu satu kamar denganku"

"benar kah?" qia menggangguk sembari tersenyum."baiklah besok aku akan meminta bi' inem dan bi' maryam memindahkan barang-barang dan baju ku ke kamar ini"

"sayang, aku... malam ini aku tidak akan melarangmu atau menolakmu untuk meminta hakmu malam ini" affan yang hendak keluar kamar menghentikan langkahnya.

"apakah kamu siap?"

"insyaallah aku siap, mulai sekarang aku akan melakukan kewajiban sebagai seorang istri"

"trimakasih"

affan menutup pintu kamarnya, mematikan lampu kamar dan mendekati qiana yang sedang menantinya. qia menepati janjinya. menjemput surga yang tak ia rindukan.

affan dan qia memulai aksi bercintanya, dengan lembut affan melakukan permainannya itu hingga menbuat qia mengeluarkan desahannya.

"sayang , jika kamu bertemu dengan radit katakan padanya trimakasih karna sudah menjaga mahkota mu sampai saat ini" bisik affan ditengah permainannya. qia tidak menjawab , ia menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh affan. hingga tiba mereka mencapai puncak klimak , affan mencium kening qia.

"trimakasih untuk malam ini" qia menjawabnya dengan senyuman "sayng ceritakan padaku , sejak kapan kamu berhijab?"

"sejak kepergian mama , aku merasa sangat terpukul, aku bahkan tidak peduli dengan sekitarku , dan 1 bulan kepergian mama , aku kesepian. tidak ada yang mendengarkan keluhanku disekolah dan masalah dengan teman-temanku. aku yang begitu angkuh dan sombong berubah menjadi aku yang sangat pendiam dan acuh. ayah slalu sibuk dengan dirinya sendiri dan pekerjaannya. kau tau? rasanya ingin sekali aku bunuh diri, tapi bi ineh memberiku pengertian. kekecewaanku terhadap ayah membuatku frustasi walau bi ineh slalu menasehatiku. aku pergi ke cafe sendiri, aku mabuk parah. diperjalanan pulang aku hampir menabrak seorang wanita. wanita itu bernama azhira , dia memintaku untuk tinggal dirumahnya semalam. dan besoknya radit menjemputku. hanya radit yang memberiku kenyamanan dalam hidup. sejak kajadian itu azhira mengajak kami untuk mengikuti acara bersholawat , aku , azhira dan radit hampir tiap malam mengikuti pengajian bersholawat. beruntung ya tuhan mempertemukanku dan azhira"

"iya kamu benar sayang, kamu beruntung memiliki kekasih dan sahabat seperti mereka"

"dan tepatnya mantan kekasihku, kaulah kekasihku"

"aku bersyukur karna papa dan mama menerima usulanku untuk menjodohkan kita"

"ih jadi itu usulmu" memukul affan dengan bantal. kemudian affan memegang bantal itu,bantal yang menjadi penghalang wajah mereka , affan memiringkan bantal itu sedikit hingga wajah mereka bertemu.

"tidak aku hanya becanda kok"

"ah kamu mah bisa aja . jangan-jangan bener loh apa yang kamu katakan" qia memanyunkan bibirnya.

"aku juga gatau kenapa papa menjodohkan kita. cuma waktu itu aku berkunjung kerumahmu, aku liat foto kamu sama ayah erwin, kemudian papa menghampiriku yang sedang memandang fotomu, dan papa menghampiriku kemudian dia berbisik 'apa kamu menyukai qiana' aku sungguh merasa malu sekali waktu itu sayang. papa pernah bertanya tentang rindi, ku katakan bahwa hubungan kami sudah lama berakhir. kemudian papa kembali berbisik 'akan papa lamarkan qiana untukmu' dan yah aku hanya tersenyum, selepas dari rumahmu penyakit jantung papa kumat. ayah erwin datang menemui papa, papa meminta ku untuk dijodohkan denganmu, ia mengatakan hal itu pada ayah erwin. papa selalu tahu tanpa aku bercerita padanya , memang benar bahwa aku menyukaimu. tapi untuk kesiapan menikah aku belum siap segala hal. ayah erwin menjodohkan kita setelah 7hari papa. aku memantapkan hatiku untuk bersanding denganmu, sosok wanita yang aku impikan"

"benarkah begitu sayang" memeluk erat affan yang sedari tadi bercerita dengan tangan sebagai penyanggah kepalanya. "aku sudah menyia-nyiakan cintamu selama ini."

"sudah jangan dibahas lagi"

"tapi aku masih merasa bersalah"

"kamu sudah merimaku dan memperbaiki kesalahanmu. sekarang kita mulai dengan malam ini sebagai malam pertama kita dan awal kebaikan rumah tangga kita"

"sayang...makasih ya pengertiannya. oh ya kamu bilang kamu putus dengan kekasih mu siapa namanya?"

"rindi"

"iya rindi, berapa lama kalian berpacaran"

"ah gak selama kamu kok , cuma 6bulan"

"lama juga kok, kenapa putus?"

"dia terlalu mengatur dan agresif, pecemburuan juga"

"emmm begitu ya" diikuti dengan anggukan.

"oh ya sayang apa kamu gak ingat waktu kamu berlibur dengan papa dan mamaku?" tanya affan

"kapan?"

"waktu itu kamu masih SD kelas 6 dan aku sudah SMP kelas 2 kalau gak salah"

"oh ya kok aku lupa sih?"

"iya sayang , coba kamu ingat-ingat waktu itu kita ke kebun binatang dan kamu nangis ketika ada gajah mendekati kita hahaha padahal disana ada pembatas. selain kamu cengeng , ternyata kamu manja banget sama mama kamu"

"ah kamu mah" qia merasa malu.

"kamu juga ingat gak , waktu itu kamu jatuh , aku datang untuk membantumu, tapi kamu malah menepis tanganku. haha lucu nya waktu itu , mamamu merahimu karna kamu bersikap kasar padaku"

"wahh ternyata mama lebih sayang menantunya ya dari pada anaknya sendiri, tapi kenapa aku tidak ingat sama sekali ya"

"karna kamu masih SD dan kita ketemunya hanya sekali itu. itu saja yang aku ingat. kamu waktu itu pemarah , judes juga loh, masih sama dengan kamu saat ini"

"oh ya?"

"ya , kamu suka jutekin aku, suka marahin aku. haha tapi gpplah aku mencintaimu sijutek haha"

"ah kamu ketawa mulu aku kan jadi malu ,udahlah aku tidur saja kamu ketawa aja terus"

"kamu marah ya? abis lucu sih makanya aku ketawa, jangan marah ya sayangku" memeluk qiana dari belakang yang belum menggunakan sehelai baju namun tertutup dengan selimut.

affan menggelitik qia agar senyumnya kembali.

"sudah sudah geli sayang"

"masih marah?"

"tidak ! bagaimana mungkin aku marah padamu. pada lelaki yang begitu baik padaku"

"berjanjilah padaku, untuk slalu seperti ini. aku ingin melihatmu tersenyum dan tertawa"

"jika aku slalu tersenyum dan tertawa orang akan menganggapku gila, kamu mau aku dikira gila"

"hahahahaha tentu saja tidak sayang. maksudku aku ingin slalu melihatmu tersenyum, kau sangat begitu manis jika tersenyum"

"iya iya , aku janji , kecuali kamu menjengkelkan"

"oh ya? memang aku segitu menjengkelkannya ya hingga kamu setiap hari tidak pernah tersenyum padaku?"

"iya kamu sangat menjengkelkan" qia berpura-pura marah.

"aku janji deh , aku tidak akan berbuat hal yang menjengkelkan" janji affan

"aku bercanda suamiku, kamu adalah imamku saat ini, dan aku akan menjalankan kewajibanku seperti wanita lain lakukan. aku juga berjanji akan membuat keluarga kita tersenyum, semoga ada benih didalam rahim ini" affan menyentuh perut qiana.

"amin, semoga kamu cepat hamil ya sayang"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!