Memuaskan hati memang tak mudah, harus banyak strategi untuk menggapainya. Aku tak pernah sebercanda ini melakukan suatu hal. Bagaimana tidak aku yang selalu bertindak dengan strategi matang harus rela berlaku menyimpang seperti ini. Aku terbang menuju Denmark entah karena alasan apa. Dalam sejarah hidupku tidak pernah menorehkan tindakan bodoh seperti yang ku lakukan saat ini. Seingatku bahkan untuk ucapan thanks giving saja aku memberi banyak strategi dalam setiap kalimat dan gestur tubuh sebagai pendukungnya, hanya untuk memperoleh pencitraan sifat baik di depan khalayak.
"Berhenti mengerutkan kening mu, jika masih ingin kembali seperti bentuk semula, ku rasa jika kau lebih lama lagi mengerutkan kening maka dia akan permanen seperti itu." Celetuk Jason, yang ikut terbang bersama ku dengan kebingungan di atas normal.
"Dan berhenti mengabaikan ku, kau masih punya mulut untuk berucap." Lanjutnya karena tak kunjung memperoleh tanggapan dari semua kata yang ia lontarkan.
"Bisakah kau diam, aku sedang meredam amarah. Mengoceh sekali lagi jika ingin melihatku mengamuk di pesawat." Tukasku sedikit memberi imbuhan ancaman untuk membungkam mulut bawel Jason.
Bungkam, Jason diam untuk beberapa saat. Belum genap satu menit dia mulai meluncurkan pertanyaan susulan, " Jangan bertingkah abnormal Ge, sebenarnya apa yang terjadi di Denmark dan membuatmu sekacau ini."
"Aku hanya ingin pulang saja." Sanggahku, tanpa alasan.
"Kau pikir aku bodoh, raut muka mu benar-benar membuat mual jika sedang gelisah." Jason memang adik teladan yang butuh di disiplinkan.
"Kalau mual kenapa di lihat, kurang waras sekali kau." Enak saja aku bisa saja masuk daftar orang tertampan di dunia, dan bisa-bisanya Jason mual melihat wajahku.
"Harusnya kurang kerjaan, bukan kurang waras. Kosa kata mu berantakan, sekolahlah lagi Ge." Saran Jason, yang menganggap dirinya serba benar.
"Sekolah tidak membuatku kaya, untuk apa dilakukan." Tanpa sekolah aku yakin IQ ku bisa bersaing di luaran sana.
"Ku yakin anak mu kelak akan sedih memiliki ayah sepertimu, sombongnya tak tertolong." Bukan sombong hanya saja memang semua yang ku katakan benar adanya.
"Pernahkah kau mendengar apa yang ku ucapkan suatu kebohongan, tidak bukan? Aku tidak membual, kepintaran ku terbukti di atas rata-rata. Aku seorang jenius yang memperoleh gelar sarjana pada usia sembilan belas tahun." Loss control jika berbincang dengan Jason sudah biasa.
"Halah, bukannya semua orang tau kau mengancam membumi hanguskan universitas jika tidak segera lulus. Selain sombong kau nampak sakit jiwa Ge." Ejekan terindah sepanjang hidup yang ku tempuh.
Geram dengan candaan Jason yang mulai menarik urat, ku lempar dia dengan gelas wine yang sedari tadi ku genggam.
Pyarrrr, perpaduan indah suara gelas membentur kabin." Wow wow wow, sudah tua mudah tersinggung, cepat menikah Ge agar kau punya keturunan, siapa tau kau marah-marah adalah tanda semakin dekatnya ajalmu.
"Bisakah mulutmu tak merecoki tindakanku? Kau nampak tak punya kerjaan." Lelah juga rasanya meladeni Jason.
"Mengganggu kakak adalah kegiatan paling membangkitkan semangat hidup seorang Jason. Lagi pula aku tak cocok mengobrol dengan mereka, aku lebih suka berbicara denganmu Gerlard." Mereka yang di maksud adalah awak pesawat, termasuk pramugari.
"Berapa lama lagi sampai Denmark, kenapa aku merasa pesawat ini bergerak seperti siput." Aku rasa kepalaku hampir copot bolak balik melihat arloji dan pesawat tak kunjung mendarat.
"Sungguh siput mana yang bergerak dengan kecepatan 900km/jam. Berhenti menggerutu, kita hanya sembilan jam di pesawat. Kau berbicara seolah pesawat ini...
"Lambat, sungguh lambat. Ingatkan aku untuk membeli pesawat baru sesampainya di Denmark." Aku sungguh pusing mendengar ocehan Jason jadi ku penggal ucapannya secepat kilat.
"Untuk apa beli lagi, boros sekali. Belajarlah ilmu hitam, ah maksudku ilmu sihir. Teleportasi mungkin cocok untuk manusia tak manusiawi sepertimu." Ucap Jason sembari berlalu.
Jason tidak pernah bosan mengoceh apapun sedari kecil. Tidak akan menyerah sampai batas terakhir aku dapat mengobrol. Bayangkan mana ada anak lima tahun bergadang sampai pukul satu dini hari. Konyolnya hanya untuk mendebat kenapa manusia boros sekali, kenapa harus makan tiga kali sehari, kenapa tidak makan sekali lalu kenyang seharian. Pencernaan kenapa tidak bisa di atur oleh kita sendiri, kenapa tidak bisa memastikan kapan akan buang air besar. Jason bukan tipe akan meninggalkan obrolan, ditengah ketidakjelasan untuknya.
Ini hal baru yang aku ketahui mengenai Jason, dia meninggalkanku tanpa berkata. Berjalan ke bagian depan pesawat tanpa menoleh padaku. Mungkin aku keterlaluan, kali ini. Ah tapi tidak juga, dulu aku sempat tidak sengaja mematahkan jari jempolnya, Jason tetap cerewet bertanya ini itu.
"Ge aku baru selesai memberi arahan agar kita sesegera mungkin sampai Denmark." Jason kembali dengan kondisi terengah.
"Duduk, dan minum." Aku sedikit tak tega melihatnya seperti butuh asupan air sesegera mungkin.
Jason melakukan semua saran dariku. "Kanapa berubah menjadi anak manis penuh bakti kepada kakaknya?" Sedikit banyak aku menaruh curiga akan tindakan mulia Jason.
"Aku memang penuh kebaikan, kau lupa kalau aku sebaik-baiknya umat di keluarga?" Tanya Jason lupa identitas busuknya.
"Baik dalam segi bersandiwara." Tanggapku sarkas.
"Denmark sangat menarik bagiku saat ini, wanita ku ada disana bagaimana bisa aku berlama di pesawat dengan lelaki sombong macam kau." Bagi Jason mommy adalah nomer satu, papa adalah panutan, aku adalah dunianya, dan wanita adalah pelengkap itu semua.
"Jangan lupa daratan Jas, kau menempeli ku seperti gay. Bertindak seolah aku ingin bersamamu saja, jangan mimpi terlalu sore." Dia selalu mencemooh diriku namun menempel seperti lintah.
"Stop mengajak berdebat Ge, mengoceh saja seperti wanita. Aku harus menyusun strategi untuk bertemu calon kekasihku. Jangan ganggu aku." Pidato singkat sebelum Jason memunggungi ku, dan memasang headphone.
Sudah sewajarnya sifat manusia lupa daratan. Jason secuil dari contoh nyata duniawi. Detik ini aku baru sadar, kadang seorang Jason berguna. Nyatanya tanpa ocehan tak bermutu seorang Jason, aku kembali mengingat Amanda dengan problem di sekitarnya. Tadi saat banyak berdebat dengan Jason sedikit banyak membuat ku lupa perihal Danda yang membawa kabur Amanda. Dan aku kembali mengutuk kinerja buruk pesawat ini.
Setibanya di Denmark, aku bergegas mencari Amanda. Persetan dengan teriakan Jason yang mengutarakan ketidakpuasan sifatku sebagai kakak teladannya.
"Lesi!!!" Teriakku menggelar di penjuru ruang.
"Ada apa tuan?" Jawab Lesi sembari mengambil oksigen secara paksa.
"Dimana wanita bed*bah, tak tau diri itu?" Aku mana mau menyebut namanya secara langsung di hadapan pelayan-pelayanku.
"Maksud tuan, nona Amanda?" Tanya Lesi memastikan.
"Memang ada berapa banyak wanita bede*bah di villa ini hah?" Aku heran terkadang Lesi menjadi lemot seperti Amanda.
"Nona Amanda ada di kamarnya tuan, sepertinya sedang mandi sore" Jawab Lesi tanpa berani menatap mataku.
Isyarat ku pergunakan agar Lesi meninggalkanku sendiri. Aku lupa jika perbedaan waktu Korea Denmark delapan jam. Jarak tempuh sembilan jam dan aku berangkat pukul 16:00, tentu aku sampai sini masih pukul 17:13. Aku merapal doa agar tidak semakin berkurang kadar kejeniusan ku jika berhubungan dengan Amanda. Kenapa aku merasa menjadi sedikit bodoh tiap waktunya.
Deg
Deg
Deg
Kesadaran ku kembali pada detakan keempat jika benar. Kali pertama aku memasuki kamar Amanda dengan kondisi dia mengenakan bathrobe. Amanda tersenyum menyadari kehadiranku, " Jiji kau kembali."
Tanpa komando Amanda berhambur memelukku yang masih setia di antara pintu kamarnya. Lantas Amanda berujar manis," Ji, aku rindu denganmu. Kau tahu aku berlibur dengan Danda. Tapi tidak seru, Danda banyak larang-larang. Besok kita berlibur bersama ya Ji."
Rayuan wanita dengan bikini atau bahkan telanjang bulat sekalipun tak akan mampu merobohkan bentengku yang terbangun sebagai tameng terhadap wanita. Namun hanya kata rindu dan sebuah ajakan berlibur mampu menyentuh palung hatiku. Aku sadar aku menarik sudut bibirku. Entahlah, aku merasa aku menang mutlak dari Danda.
Kilas balik kegelisahanku sepanjang perjalanan tak terbukti dan amat tidak berguna. Amanda tetaplah penyakit, membuat kondisiku fatal. Meraup aliran oksigen ku dan memboikot aliran darah ke jantung, membuatku sekarat akibat serangan jantung. Dan membuatku tersadar laku kemudian sembuh kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
ahhh mulai bucin😂
2024-11-12
0
Cloudy
datang ke dokter kecantikan aja
di jamin kerutan hilang
2023-03-01
1
@Risa Virgo Always Beautiful
Jason hobi mengoceh terus sejak kecil
2023-02-04
1