Jealous

Tragedi arsenik sudah berlalu sejak empat hari yang lalu. Sayang sekali aku tidak dapat memantau perkembangan kondisi Amanda. Bukan, bukan karena aku khawatir, hanya mencari kesenangan semata kurasa. Kesenangan melihatnya menderita tentu saja. Urusan pekerjaan membuat ku harus terbang ke Korea Selatan empat hari belakangan ini. Sebenarnya aku enggan ambil andil jika tidak dalam kondisi tertentu.

"Bos sebaiknya kita apakan manusia ini." Tanya Jason saat aku sedang asik melamun.

"Kau tau kesukaan ku Jason, kau adalah orang paling tahu cara membuat ku senang." Jawabku, karena sebenarnya aku sedang malas berpikir, aku hanya ingin segera menyelesaikan urusan disini.

"Okey, aku akan meminta yang lain menyiapkan air mendidih, mengikatnya secara terbalik dan mari menikmati rintihannya di depan malaikat maut." Jelas Jason membuat ku menyeringai, anak ini selalu kejam dalam semua agenda membalas dendam.

Aku memutuskan meninggalkan persiapan acara mari membantu malaikat mengambil nyawa seorang penjilat. Ku lihat arloji menunjuk angka 12:30 jadi ada baiknya aku mengisi perut terlebih dahulu. Posisi ku yang berada di mansion pribadi, mempermudah untuk memuaskan lambungku. Sesampainya aku di meja makan, semua menu favorit khas Korea sudah tersaji dengan apiknya.

Entah mengapa saat di meja makan aku malah memikirkan Amanda. Aku suka melihat wajah kesalnya saat semua lauk yang dia suka ku santap semua. Mendengar umpatannya yang seperti lebah mencari rumah baru. Tanpa sadar aku tersenyum.

"Sebegitu senangnya kah bos berhasil menangkap Daniel, sampai-sampai tersenyum lebar seperti itu." Sial kenapa Jason menyadari tingkahku, dan kenapa dia membuntuti ku.

"Siapa yang menyuruhmu mengamatiku, dan kenapa kau ikut duduk di meja makan sedang aku masih disini." Ku balas pertanyaan Jason dengan pertanyaan juga, aku hanya meredakan rasa kaget.

"Kau selalu minta ku temani jika lupa. Dan aku berhenti memanggil mu bos jika hanya berbagi makanan saja pelit sekali." Jason memang bukan bagian anak buahku, dia jelmaan adik angkat yang terobsesi menjalani kehidupan dunia gelap, dan bertingkah seperti Danda saat sedang ada misi.

"Kali ini aku sedang ingin sendiri, bisakah kau meninggalkanku." Aku mengusir Jason dengan halus.

Jason mengabaikan perintahku, mengambil piring menuang nasi dan mengambil beberapa lauk, meminum air putih terlebih dahulu setelahnya mulai mengunyah baru berkata," Terlambat aku tidak mungkin meninggalkan makanan, itu tidak adil untuk makanan itu sendiri."

Dasar licik, ciri khas turunan G. dan sialnya aku termasuk di dalamnya. Kenyang usai acara santap siang. Aku berencana menghubungi Danda si penghianat kepa*rat. Sepupu gila itu membebankan urusan kali ini ke Jason karena dia sibuk mengurus Amanda.

Telingaku muak mendengar jawaban tak memuaskan dari operator. Beraninya Danda mengabaikan teleponku. Lihat saja aku akan membuat perhitungan saat kembali ke Denmark.

"Ge kenapa kau aneh sekali, tadi tampak bahagia kenapa setelah kenyang tampak kesal. Apa kau serius dengan tidak ingin ku ganggu saat makan siang?" Jason mulai kurang kerjaan karena terlalu mengamati perubahan raut wajahku.

"Jangan mengada-ada aku tidak kesal Jas." Aku menyangkal sebisa mungkin.

"Kau meremas ponselmu hingga retak, lihat tangan mu sekarang mengeluarkan darah. Apa tubuhmu mati rasa?" Jelas Jason melihat apa yang aku alami.

Sial, aku baru menyadari kebenaran ucapan Jason. Kenapa tubuh ku seolah bergerak tanpa komando. Tidak mungkinkan kalau seorang Gerlard sedang di santet.

"Sulit memang berbohong kepadamu. Ku akui ucapanmu sepertinya benar." Aku harus mengaku pada akhirnya jika aku sedang kesal saat ini.

"Kenapa kau terdengar ragu dengan ucapanmu sendiri Ge?" Jason dengan sikap keingintahuannya yang tinggi membuatku teramat menyesal berkata jujur padanya.

Bagaimana aku tidak ragu, aku si pemilik tubuh saja tidak tau apa yang kurasakan. Mana mungkin aku kesal berlebihan karena Danda mengabaikan teleponku. Aku tidak mungkin kasmaran dengan Danda bukan. Orientasi seksual masih lurus dan tidak ada kemungkinan menyimpang.

"Sampai mana persiapan mu, apa sudah bisa mencari kesenangan." Lupakan sejenak rasa kesal ku, aku harus mencari cara memperbaiki suasana hatiku sendiri.

"Sudah siap sejak lima belas menit lalu." Ucapnya, kemudian sekilas menatapku dan berkata," Tidak ingin mengobati lukamu dulu."

"Untuk apa, ini bukan masalah bagiku. Luka hanya akan memperindah setiap potongan tubuhku." Aku tidak yakin dengan ucapanku sendiri.

"Kurasa kau benar-benar gila Ge, obsesi ku lebih terdengar indah daripada bualanmu tentang luka." Cibir Jason mengingat aku sangat benci hal yang kotor, dan luka itu membuat tanganku sedikit kotor dengan darah.

Dimana letak lebih baiknya, jika obsesinya adalah membunuh, bergelut dengan bisnis haram, bermain wanita. Sungguh ironis mendengar Jason menyombongkan diri lebih dariku.

"Kudengar mommy akan berkunjung ke Denmark bulan depan, bersiaplah kebusukanmu terbongkar Jas." Sedikit mebalas Jason dengan membuatnya gentar.

"Kau bukan penggosip Ge, dan berhenti mengusik kesenanganku." Lihat sifat kekanak-kanakan Jason akan muncul jika menyangkut mommy.

"Mommy ingin anak baik, makanya mengadopsi mu. Dan lihatlah betapa bejatnya dirimu." Aku terus membuatnya tak jenak dengan kelakuannya.

"Kau sendiri bodoh sekali, tidak menyembunyikan kebusukan dengan cantik, membuat ku penasaran dan berakhir seperti ini." Dan sifat bungsunya yang menyebalkan, selalu menyalahkan aku sebagai kakaknya.

"Jangan mencari-cari alasan, dan memutar balikan fakta seolah aku mengajakmu bergabung dengan duniaku." Bahkan aku berprinsip cukup diriku yang busuk, jangan dengan keluargaku.

"Mommy pasti lebih percaya aku ketimbang kau." Suatu fakta yang tidak dapat dilawan meski bumi sedang tidak baik-baik saja.

"Itu jelas mengingat kau tukang hasut, dan jangan lupa perenggek akut." Aku membiarkannya ambil bagian, karena tak kuat dengan rengekan sepanjang kereta miliknya.

"Sudah puas mengocehnya? Air mendidihnya sudah banyak menguap gara-gara kau mengoceh tiada henti." Sewot Jason tak terima dikatai oelhku.

Jason berjalan dengan menghentak kaki sepanjang menuju ruang bawah tanah. Lihat tingkah kekanakannya, siapa percaya dia pembunuh. Aku mengikuti Jason dalam diam. Sampai tiba-tiba dia berbalik, dan merengek," awas mengadu, aku tak mau mengurus Leon lagi."

"Iya iya, cerewet sekali." Iyakan saja untuk sekarang, besok beda cerita.

Di ruang bawah tanah aku melihat semua sudah sedia di tempat masing-masing. Aku memperhatikan tawananku sejenak, kemudian duduk santai di depannya. Dia adalah orang yang sama beberapa tahun lalu yang memintaku untuk percaya padanya, dan bertaruh nyawa padaku. Mari lihat apa yang membuatnya berani ingkar kepadaku.

"Buka tutup mulut bed*bah itu Jas" Aku memberi Jason perintah karena dia sangat suka dalam keterlibatannya sekecil apapun itu.

Tanpa menjawab, Jason bergerak sesuai perintah. Ingat sikap penurutnya hanya keluar jika hal itu sangat disenanginya. Jason tergolong manusia yang mudah berhianat, aku tak sekali dua kali dihiatinya di depan mommy.

"Hai Daniel, senang bertemu denganmu kembali." Sapa ku permulaan.

"Tuan, kumohon lepaskan aku. Aku memiliki anak dan istri yang menungguku. Kumohon tuan." Mohonnya masih dengan nada yang sama beberapa tahun silam.

"Memohon, terdengar seperti lawakan di akhir hayatmu. Kemana saja saat menikmati uangku hah?" Aku murka dengan sikapnya yang selalu memohon padahal kesalahan tak terampuni.

"Aku tidak bermaksud begitu tuan" Wow sungguh tak bermaksud seorang Daniel sampai separah itu.

"Wah, hebat sekali sikap tak bermaksudmu itu. Menggelapkan 2,7 miliar won tak sengaja heh." Ejekku dengan intonasi rendah.

"Aku terpaksa tuan, istri dan anakku butuh dana lebih." Ungkapnya seolah bekerja di bawah naunganku tak berbayar.

"Kau pikir berapa gaji yang ku berikan pada setiap karyawan ku? Standar gaji yang ku tawarkan 3 kali lipat dari perusahaan lain. Dan kau masih mengeluh?" Sifat wajar manusia, tamak.

"Tuan, aku.."

Aku memberi isyarat untuk menurunkan katrol tali bed*bah ini agar kepalanya lebih segar dalam berpikir, jadi aku berbaik hati mencelupkannya ke air mendidih. Siapa tahu air mendidih bisa membuat kepalanya lebih ringan dalam berpikir.

"Apa sudah bisa berpikir dengan baik, ku tanya sekali lagi apa motivasi mu?" Sekali celup wajahnya tampak kacau dan merintih penuh sakit.

"Tuan aku mohon ampun, aku diberikan imbalan oleh Yamato untuk melakukan itu." Akunya bersalah.

Tak seru sekali, baru sekali celup selesai sudah acara. Jika seperti ini aku tidak bisa memberi pertunjukkan keren untuk malaikat maut. Mungkin malaikat maut juga sudah malas melihat manusia sejenis Daniel berlama-lama di dunia.

Niat ku bermain-main dengan be*ebah ini menghilang. There was no good scene when killing him. Bagiku hal mendebarkan saat membunuh adalah ketika korban terus mengelak dan aku memiliki banyak kesempatan menganiaya. Disitulah perasaanku membuncah. Jika seperti ini aku mana sudi mengotori tanganku yang memang sudah kotor ini.

"Urus sisanya, dan persiapkan anggota untuk menyerang Yamato." Perintahku mutlak.

Teriakan demi teriakan mengiringi langkahku meninggalkan ruang bawah tanah. Teriakan yang membuatku miris, kehilangan orang cerdas sekaligus bodoh. Bodoh karena menggadaikan kesetiaannya dengan Yamato.

Baru akan membuka pintu untuk keluar, telepon genggamku memberi notifikasi sebuah pesan. Dengan malas, kuambil telepon seluler di saku dalam jasku.

Ukuran bola mataku melebar tanpa komando. Untuk apa Danda mengirimi foto kebersamaan dengan Amanda. Mereka bahkan tampak sedang berlibur, **** **** ****, perasaan apa ini aku benci melihat foto itu apa lagi membaca isi pesannya.

*Kau tenang saja, Amanda sudah sembuh total. Berhenti menggangu acara liburan kami.*

"Jason," Teriakku kalap. "Pesankan aku tiket ke Denmark sekarang juga." Pikiran ku kacau aku tak dapat berpikir dengan jernih, apa-apaan Danda seenaknya membawa Amanda berlibur btanpa persetujuan aku selaku pemilik Amanda.

"Yak kenapa berteriak kencang sekali sih, kenapa ke Denmark, bukannya ke Jepang?" Jason menjawab sambil mengelus kupingnya seperti habis mendengar petir saja.

"Cerewet pesankan saja." Aku malas menjelaskan, karena aku juga bingung harus menjelaskan apa.

"Kau punya pesawat sendiri jika lupa, kenapa harus repot." Jelas Jason mengingatkan.

Aku bahkan lupa akan hal itu. Ku tinggalkan Jason tanpa jawaban, dalam benakku hanya bagaimana kembali secepatnya. Aku tak senang melihat kedekatan mereka. Kedekatan tawananku dengan keluargaku. Tawanan harus tawanan selama belum di bunuh, kurasa itu alasanku.

Terpopuler

Comments

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤

pngn ikutan liburan y😂

2024-11-12

0

Cloudy

Cloudy

astaga itu kaya hukuman jaman dulu
kejaaaaaam kejaaaam

2023-02-16

1

@Kristin

@Kristin

sungguh kejam....

2023-02-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!