Episode 4

Farah membuka mata, ia melihat ruangan ini. Asing. Tangannya dipasang infus, ia merasakan kepala masih pusing berdenyut. Farah sadar kalau ini bukan kamarnya, melainkan kamar inap rumah sakit. Ia menggerakkan kepalanya menghadap kanan, ia melihat ada seseorang lelaki yang duduk di atas sofa, tak asing. Lamat-lamat Farah tahu itu adalah Ilham. Dia balik menatap Farah dengan tatapkan dingin, mungkin dia iba dengan keadaannya yang tergolek lemah.

Tak berapa lama suara pintu terbuka, orang itu masuk dan mendekati Farah, langsung saja ia tahu siapa itu. Bunda.

“Sudah sadar, sejak kapan Farah sadar Ilham?”

“Baru aja kok, Bun.”

“Kenapa tidak langsung panggil dokter!” suara Bunda sedikit meninggi.

Ilham menurut, ia langsung keluar untuk memanggilkan dokter. Tak berapa lama Ilham datang bersama seorang dokter perempuan. Dokter itu memeriksa keadaan Farah.

Setelah selesai dokter itu menyarankan agar Farah dirawat inap beberapa hari sampai kondisinya pulih. Dokter itu menuliskan resep obat. Bunda menuruh Ilham untuk menebus obat itu.

“Bunda, mengapa aku bisa ada di sini?”

“Nak Farah jangan banyak bergerak dulu. Tadi Farah pingsan, Mbak Jum yang menelpon Bunda.”

Langsung saja Farah teringat tujuannya semula. Ia akan berangkat ke tempat tes ujian masuk perguruan tinggi. Tiba-tiba Farah terisak lagi

“Bunda, harusnya hari ini aku tes masuk perguruan tinggi.”

“Farah tidak bisa ikut ujian, kondisi Farah masih lemah,” kata Bunda sambil memeluk Farah.

“Tapi Bunda, itu kesempatan Farah buat lanjutin pendidikannya Farah,” rengek Farah.

“Melanjutkan pendidikan tidak harus ke jenjang perkuliahan, masih banyak jalan lain. Farah bisa ikutan tes lagi tahun depan, sekarang Farah harus sembuh dulu.”

***

Keesokan harinya Balqis dan Jihan menjenguk Farah. Mereka khawatir saat tahu Farah tidak ikut test kemarin. Mereka juga datang ke rumah ternyata mbak Jum bilang bahwa Farah dirawat di rumah sakit.

“Bunda kenalin, ini sahabat-sahabat Farah.”

“Assalamu’alaikum Tante, perkenalkan saya Balqis,” salam kenal Balqis dan mencium tangan Bunda.

“Saya Jihan Tante,” salam Jihan kepada Bunda.

“Jangan panggil tante, panggil Bunda aja sama seperti Farah. Duh kok cantik-cantik semua gadis-gadis ini, sayang Bunda punyanya anak cowok.” Bunda merasa gemas.

“Ah Bunda bisa saja,” sahut Jihan.

“Bunda, Balqis boleh suapin Farah?” tanya Balqis yang sedari tadi melihat mangkok bubur jatah makan Farah masih utuh.

“Boleh sekali, dari tadi Farah belum mau makan. Karena kebetulan ada Nak Balqis dan Nak Jihan, Bunda pamit pulang sebentar ya, ingin mengambil baju bersih, sekalian baju kotor ini biar dicuci Mbak Jum,” ujar Bunda. Kemudian Bunda pamit meninggalkan mereka.

“Balqis, harusnya tadi kamu jangan izin mau suapin Farah, tapi yang benar itu kasih makan Farah.” gelak tawa Jihan yang jahilnya minta ampun.

“Astaghfirullah, memang kamu kira Farah ini kucing!" ucap Balqis yang tengah menyuapi Farah.

Tiba-tiba tanpa pintu di ketuk, Ilham masuk ke kamar inap Farah. Balqis dan Jihan hanya mematung melihat Ilham.

“Maaf, tasku ketinggalan jadi aku ke sini ingin mengambil tas ini. Maaf mengganggu waktu kalian, permisi,” ujar lelaki itu lalu pergi.

Farah hanya mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun. Balqis dan Jihan masih terpana, melihat Ilham yang tiba-tiba saja ‘muncul’ di tengah hebohnya keceriaan mereka.

“Itu siapa Far?” Jihan bertanya.

“Oh yang tadi itu, itu anak kedua Bunda. Namanya Ilham,” jawab Farah.

“Masyaa Allah, indah sekali ciptaan–Mu ya Allah,” sahut Jihan dengan sepasang mata yang berbinar.

“Apanya yang indah sih Jihan, cuek iya, dingin iya, lebih parahnya lagi si Ilham itu sangat irit kata!" protes Farah tak terima saat Jihan bilang indah pada manusia kaku itu.

Apanya yang indah, bagian mana? Apa yang harus diindahkan dari seorang Ilham yang sangat dingin itu!

“Eh, jelas dia lebih tampan dari aktris film. Aku mau banget kalau jadi istrinya.”

“Astaghfirullah ini bocah. Jihan sadar, nilai tes kemarin kamu itu benar berapa coba? harusnya itu yang dikhawatirkan,” ujar Balqis menyadarkan Jihan.

“Eh iya Balqis. Tapi Far, kenapa kamu sebut namanya tidak pakai kata kak, mas, atau bang sih?” tanya Jihan.

“Aku enggak terbiasa, lagian dia irit kata. Aku di sini dua hari aja dia baru bicara tadi saat ambil tas. Ya cuma itu. Sisanya diam, bahkan bisa buat mengheningkan seluruh ruangan ini,” jawab Farah

“Farah jawab jujur, Bunda pernah meninggalkanmu dengan pria itu di kamar ini?” tanya Balqis menyelidik.

“Sering, tapi jangan berpikir yang macam-macam. Tidak ada apa-apa kok benar,” jawab Farah tanpa ditutup-tutupi.

“Apa dia lelaki yang akan dijodohkan padamu ?” tanya Balqis tak puas.

“Iya Balqis.”

“Selamat ya Far, kelihatannya dia orang baik. Bundanya juga baik. Tapi sebisa mungkin jangan berduaan dengannya meskipun dia penunggumu, kalian belum mahram.”

Farah hanya mengangguk mendengar penjelasan dari Balqis.

Andai kamu tahu Balqis, kalau dia pria yang sangat penuh amarah terlihat dari wajahnya yang bertopeng dingin.

“Oh ya Far, kalau kemarin kamu enggak ikutan tes, berarti kamu ikut tes masuk perguruan tinggi tahun depan dong?” tanya Jihan yang sedikit cemas karena tiga tahun selalu bersama, formasi tiga serangkai. Tapi tahun ini pasti tidak bersama lagi.

“Iya, santai aja. Aku enggak apa-apa kok,” jawab Farah sambil tersenyum ringan tanpa beban.

Farah telah merasakan kehilangan yang teramat berat sehingga ia saja bisa merelakan kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, yang bahkan tesnya saja sudah dipersiapan berbulan-bulan dengan belajar latihan soal. Begitu mudahnya hilang kesempatan itu. Atau mungkin Allah meminta untuk kembali berusaha.

“Lantas setahun ini kamu berencana mau kemana? Atau mau ngapain? Menunggu setahun itu juga lama lho Far,” sahut Balqis.

Benar Farah belum punya rencana sama sekali untuk mengisi waktu satu tahun kedepan.

“Mungkin aku akan mencari perkerjaan dan pastinya sambi belajar lagi Balqis,” kilah Farah agar Balqis tidak terlalu mengkhawatirkannya

.

***

Sudah lima hari Farah dirawat di rumah sakit ini. Dokter yang setiap hari memeriksa Farah bilang bahwa ia sudah diperbolekan untuk pulang. Farah tak mau berlama-lama di kamar inap ini.

Farah sudah sangat rindu ruang kamarnya, tak ada kamar yang sangat nyaman kecuali kamarnya sendiri. Bunda sudah mengurus administrasi untuk kepulangan Farah. Ia pun sudah bersiap diri untuk pulang. Hanya selang infus yang masih terpasang di tangannya. Farah duduk di bed menunggu Bunda.

Baru saja pikiran penuh harap agar segera keluar, orang yang Farah tunggu sudah datang. Ia tersenyum, ternyata Bunda tidak keberatan mengurus Farah. Hanya Farah saja yang tak mengurus dirinya sendiri, membuat sakit diri sendiri.

“Farah sayang, sabar sebentar ya. Mbak perawat masih melakukan tindakan di kamar samping, setelah itu kesini untuk melepas selang infus Farah,” ucap Bunda lembut.

“Iya Bunda.”

“Bunda, Farah ingin berterima kasih pada Bunda yang mau mengurus Farah sejak Papa dan Mama tiada. Farah merasa tidak sendiri lagi, karena Bunda selalu ada saat Farah kesepian dan kesusahan. Terima kasih ya Bunda,” ucap Farah dan ia mencium tangan Bunda.

Bunda terharu mendengar apa yang Farah diucapkan.

“Sayang, Bunda melakukan semua ini karena sekarang Farah menjadi tanggung jawab Bunda. Sejak dulu Bunda selalu ingin memiliki anak perempuan dan mama Farah mengabulkan keinginan Bunda. Mama Farah memperbolehkan Bunda untuk ikut mengurus Farah saat masih bayi. Dan sekarang Mama Farah juga menitipkan Farah kepada Bunda lagi,” ucap Bunda. Terlihat sorot mata Bunda berkaca-kaca menahan air mata yang hendak keluar.

Ya Allah, mulia sekali mama. Aku belum pernah mendengar cerita ini entah dari papa atau mama sendiri. Ternyata mama memberikan hal kecil yang mungkin sangat berharga bagi Bunda.

Farah teringat, tempo hari ia pernah membentak mama perihal perjodohan dengan Ilham. Mungkin ini sebabnya, mama menginginkan menjadi besan bunda, agar Farah mendapat ibu mertua yang baik dan bunda mendapat anak perempuan walaupun hanya anak menantu.

“Nanti Farah pulang ke rumah Bunda saja ya.”

“Terima kasih Bunda, tapi maaf Farah pulang ke rumah Mama, Farah tak ingin merepotkan Bunda.”

“Farah tetap ikut Bunda. Bunda pernah meninggalkan Farah di rumah itu, meskipun ada mbak Jum tetapi tak ada yang mengawasi Farah, di sana Farah akan selalu teringat almarhum mama dan papa. Bahkan bisa saja Farah kembali larut dalam kesedihan. Bunda mohon agar Farah menuruti permintaan Bunda yang ini, bagimanapun Farah tanggung jawab Bunda.” suara Bunda sedikit memaksa.

Mungkin Bunda benar, mama juga sudah menitipkan aku pada Bunda. Lantas aku menyanggupi permintaan Bunda. Mungkin memenuhi permintaanya secara tidak langsung aku membalas kebaikan Bunda.

Selang infus Farah sudah dilepas. Pak Parmin sopir pribadi Bunda menjemput Farah dan Bunda, beliau juga membawa tas Farah yang berisi baju-baju milik Farah.

Perjalanan yang cukup jauh menurut Farah. Meskipun rumahnya dan rumah Bunda masih satu kota tapi jaraknya sangat bertolak belakang. Rumah Farah berada di barat kota, sedangkan Bunda berada di sebelah timur kota ini.

Saat berada di dalam mobil, Bunda bilang bahwa baju-baju, buku-buku bahkan alat perlengkapan Farah yang berada di kamarnya sudah berada di rumah Bunda. Mbak Jum yang membereskan dan mengemas barang-barang itu kemarin.

Sesampainya di rumah Bunda, Farah dipersilahkan untuk istirahat di kamar yang telah disediakan. Bunda menyuruh Yu Minem asisten rumah tangga Bunda, untuk mengantarkan Farah.

Jika Farah perlu apa-apa agar minta saja ke Yu Minem. Ternyata rumah Bunda besar dan berkelas. Bahkan kamar yang akan Farah tempati jauh lebih luas dibanding kamar sebelumnya.

Ada perasaan yang menganjal di benak Farah.

Apakah aku akan tinggal satu atap bersama Ilham di rumah ini? Rumah ini sangat besar tapi banyak sekali kamar yang kosong.

Saat Farah menanyakan perihal rumah ini beserta penghuninya pada Yu Minem, jawabannya cukup mengejutkan. Bunda tinggal di rumah sebesar ini hanya dengan Yu Minem dan Pak Parmin, yang tak lain mereka adalah pasangan suami istri yang telah mengabdi pada keluraga ini sejak 32 tahun yang lalu sampai sekarang. Menurut cerita Yu Minem, Bunda sebenarnya memiliki tiga orang anak, padahal saat jamuan makan malam dulu Bunda bilang memiliki dua anak lelaki saja.

Anak pertama bernama Damar yang sekarang sudah menikah dan tinggal bersama di istrinya di Ubud, Bali. Setelah anak sulungnya berumur enam tahun, Bunda melahirkan bayi kembar dengan berjenis kelamin perempuan dan laki-laki. Yu Minem bercerita saat Bunda mendapatkan bayi perempuan, kebahagiaan keluarga ini terasa lengkap. Nama bayi kembar itu Ilham dan Kalista.

Namun kebahagiaan selalu beriringan dengan duka. Sepuluh tahun setelah kelahiran bayi kembar Ilham dan Kalista, dengan kebahagiaan sebagai keluarga yang indah peristiwa kehilangan keluarga ini terjadi. Hari di mana yang seharusnya hari paling bahagia seketika menjadi duka.

Terpopuler

Comments

Kiki Sulandari

Kiki Sulandari

Kalista...

2020-12-17

0

Mommy 2

Mommy 2

Aku lanjut thor 😚

2020-11-06

0

Lintang Lia Taufik

Lintang Lia Taufik

cicil jejak

2020-09-05

1

lihat semua
Episodes
1 Episode 1
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Epiosde 140
141 Episode 141
142 Ini Baru Pengumuman
143 Derana
144 Episode 142
145 Episode 143
146 Episode 144
147 Episode 145
148 Episode 146
149 Episode 147
150 Zen, Milepolis, dan Numa
151 Episode 148
152 Episode 149
153 Episode 150
154 Episode 151
155 Episode 152
156 Episode 153
157 Episode 154
158 Episode 155
159 The Last Romeo
160 Episode 156
161 Episode 157
162 Episode 158
163 Episode 159
164 Episode 160
165 Episode 161
166 Episode 162
167 Episode 163
168 Episode 164
169 Episode 165
170 Episode 166
171 Episode 167
172 Episode 168
173 Episode 169
174 Episode 170
175 Episode 171
176 Episode 172
177 Episode 173
178 Episode 174
179 Episode 175
180 Episode 176
181 Episode 177
182 Episode 178
183 Episode 179
184 Episode 180
185 Episode 181
186 Episode 182
187 Episode 183
188 Episode 184
189 Episode 185
190 Episode 186
191 Episode 187
192 Episode 188
193 Episode 189
194 Episode 190
195 Episode 191
196 Episode 192
197 Episode 193
198 Episode 194
199 Episode 195
200 Episode 196
201 Episode 197
202 Episode 198
203 Episode 199
204 Episode 200
205 Episode 201
206 Episode 202
207 Episode 203
208 Episode 204
209 Episode 205
210 Episode 206
211 QnA
212 Episode 207
213 Episode 208
214 Episode 209
215 Episode 210
216 Episode 211
217 Episode 212
218 Episode 213
219 Episode 214
220 Episode 215
221 Episode 216
222 Episode 217
223 Episode 218
224 GIVEAWAY ALERT!
225 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 225 Episodes

1
Episode 1
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Epiosde 140
141
Episode 141
142
Ini Baru Pengumuman
143
Derana
144
Episode 142
145
Episode 143
146
Episode 144
147
Episode 145
148
Episode 146
149
Episode 147
150
Zen, Milepolis, dan Numa
151
Episode 148
152
Episode 149
153
Episode 150
154
Episode 151
155
Episode 152
156
Episode 153
157
Episode 154
158
Episode 155
159
The Last Romeo
160
Episode 156
161
Episode 157
162
Episode 158
163
Episode 159
164
Episode 160
165
Episode 161
166
Episode 162
167
Episode 163
168
Episode 164
169
Episode 165
170
Episode 166
171
Episode 167
172
Episode 168
173
Episode 169
174
Episode 170
175
Episode 171
176
Episode 172
177
Episode 173
178
Episode 174
179
Episode 175
180
Episode 176
181
Episode 177
182
Episode 178
183
Episode 179
184
Episode 180
185
Episode 181
186
Episode 182
187
Episode 183
188
Episode 184
189
Episode 185
190
Episode 186
191
Episode 187
192
Episode 188
193
Episode 189
194
Episode 190
195
Episode 191
196
Episode 192
197
Episode 193
198
Episode 194
199
Episode 195
200
Episode 196
201
Episode 197
202
Episode 198
203
Episode 199
204
Episode 200
205
Episode 201
206
Episode 202
207
Episode 203
208
Episode 204
209
Episode 205
210
Episode 206
211
QnA
212
Episode 207
213
Episode 208
214
Episode 209
215
Episode 210
216
Episode 211
217
Episode 212
218
Episode 213
219
Episode 214
220
Episode 215
221
Episode 216
222
Episode 217
223
Episode 218
224
GIVEAWAY ALERT!
225
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!