Di sebuah mansion megah, denting piring dan sendok beradu. Tampak kepala keluarga tengah menatap anak sulungnya dalam diam.
Alex
“Nak, kamu siap untuk ke sekolah barumu pagi ini?”
Jerome
“Tentu, Pa. Aku selalu siap, tenang saja!”
Dyona
“Sayang, tapi apa-apaan dengan penampilanmu itu?”
Dyona menatap heran sang putra, penampilan putranya ini tidak seperti biasanya saat ia tinggal di luar negeri.
Jerome hanya mengunyah makan paginya, ia menyuapkan sepotong waffle isi selai blueberry, dengan santai, ke dalam mulutnya.
Jerome
“Namanya juga anak baru masa langsung mencolok?”
Jian
“Kaupikir dandananmu yang super norak itu tidak mencolok?”
Jerome
“Hei, ini itu trik!”
Jian memutar bola matanya malas, terserah kakaknya saja, lagipula dia tidak peduli.
Jian
“Wajahmu bahkan seperti Kakek Tua.”
Jerome
“Sialan!”
Jerome memaki adiknya yang bertingkah tidak sopan itu.
Dyona
“Sudah makanlah. Setelah itu kalian berangkat!”
Mereka lalu berangkat, setelah menyelesaikan sarapan masing-masing.
Di dalam mobil ....
Jerome
“Turunkan aku di halte bus!”
Jian
“Dengan senang hati!”
Lalu sesuai permintaan, Jian menurunkan Jerome di halte bus, yang tak jauh dari sekolah.
Jian
“Jalan sendiri, ya. Bye orang miskin!”
Dalam hati Jerome merutuki adiknya, membiarkan ia menghirup debu jalanan. Ia terus melangkah memasuki gedung sekolah yang besar.
Sambil menarik napas sebentar ....
Jerome
“Selamat datang di sekolah baru, Jerome. Semoga sekolah ini menarik!”
Ia terus berjalan menyusuri setiap ruangan, tetapi dari arah berlawanan ada seorang siswa yang berlari dan menabrak dirinya.
Comments