When Princess Meets The Jerk
Keramaian Kota Seattle menjadi pemandangan di balik kaca mobil, menarik perhatian seorang gadis kecil yang duduk tenang di kursi penumpang. Matanya yang bulat dan cerah menatap pemandangan luar dengan wajah ingin tahu. Dia mungkin tak sadar betapa manisnya wajah penasarannya.
“Apa yang begitu menarik perhatian anak papa?” Suara seorang lelaki menyela pikiran gadis kecil itu.
“Papa, di luar sangat cantik,” jawab si gadis kecil itu. Dia adalah Mayumi Osawa, putri tunggal dari Keluarga Osawa, salah satu bangsawan kuno yang cukup berkuasa di Jepang.
“Tentu saja. Apa Yumi suka?” Ayah gadis kecil itu bertanya lembut.
“Suka!” jawabnya lagi dengan nada yang sangat bersemangat.
Suara tawa bahagia memenuhi mobil itu hingga mereka tiba di sebuah mansion besar yang sepertinya memang menjadi tujuan awal mereka ke Seattle—Mansion Keluarga Arnauld.
“Selamat datang.” Sambutan hangat segera mereka terima setelah turun dari mobil, menarik perhatian Mayumi kecil.
Mayumi mengikuti orangtuanya dengan wajah tenang, dia sudah biasa menemui banyak orang baru. Apalagi akhir-akhir ini orangtuanya memang cukup aktif menemui teman mereka. Mayumi memberi salam dengan sopan kepada teman orangtuanya sebelum mundur ke belakang, biasanya pertemuan akan sangat membosankan untuknya, jadi dia sama sekali tak tertarik.
“Yumi, kemari.” Mayumi melihat ibunya mengulurkan tangan memanggilnya.
Mayumi mendekat dan melihat seorang anak perempuan yang kira-kira seusia dirinya. Anak itu memiliki wajah yang cantik dan senyum lebar yang sangat bersahabat, membuat Mayumi tanpa sadar membalas senyumannya.
“Sayang, ini adalah Bibi Helena dan putrinya Lou. Kalian berdua seumuran. Kalian pasti bisa berteman baik.” Ibu May menjelaskan dengan wajah senang.
May menyapa Helena dengan hormat dan tersenyum pada Lou. “Halo,” ujarnya dengan suara perlahan.
“Halo!” Anak bernama Lou itu sepertinya cukup bersemangat, dia sejenak melihat ke arah ibunya, setelah mendapat persetujuan ibunya, Lou segera menghampiri Mayumi dan mengulurkan tangannya dengan wajah polos penuh harap.
Mayumi menatap anak itu dan kemudian menerima uluran tangannya. Keduanya lalu pergi ke menuju kamar Lou atau lebih tepatnya Lou menarik Mayumi untuk mengikutinya.
“Duduklah.” Lou berkata dengan wajah bersemangat.
Mayumi tersenyum dan duduk dengan tegap, dia terbiasa dengan sikap duduk seperti itu.
“Namaku Lorraine, tapi keluargaku memanggilku Lou.” Lou mengenalkan dirinya sekali lagi. May tersenyum dan membungkuk ke arahnya, “Aku Mayumi.”
Lou bingung saat melihat Mayumi menundukkan kepalanya, tapi dia mengikuti gerakan itu. “Apa aku bisa menjadi temanmu?” tanya Lou setelahnya.
“Tentu saja.” Mayumi tersenyum.
“Kalau begitu aku akan memanggilmu May.” Lou tertawa.
“Tak masalah.” Mayumi tersenyum.
“May, kau adalah teman pertamaku!” Lou terlalu bersemangat dan memeluk gadis kecil yang kini dia panggil May itu.
May tertegun sembari berpikir, Lou juga teman pertamanya. Senyum cerah mekar di wajah May dan dia dengan sennag hati membalas pelukan Lou.
Keduanya terus bermain bersama sampai akhirnya tertidur tanpa sadar. Bahkan tak ada yang menyadari saat ibu mereka datang untuk memeriksa mereka. Ibu May—Kikyo, tersenyum cerah saat melihat putrinya tertidur sambil menggenggam tangan Lou.
“Helena, mereka sepertinya akan seakrab kita,” ujarnya senang.
Helena tertawa pelan. “Benar. Sayang sekali kalian harus pulang cepat,” ujarnya kemudian dengan nada sedikit kecewa.
“Ya, mau bagaimana lagi, Ibu meminta kami kembali ke Jepang malam ini juga, lain kali kami akan berkunjung lagi,” Kikyo tersenyum lembut sembari menepuk pelan bahu Helena.
“Ya, baiklah.” Helena tersenyum mengerti, dia hanya bisa memakluminya. Terkadang juga merasa ibu mertua Kikyo ini agak sedikit tak masuk akal dalam mengontrol anak dan menantunya.
Kikyo memasuki kamar itu dan menggendong May yang masih tertidur. Dia dengan lembut menepuk punggung May dan membanggunkannya. Sementara Helena juga mencoba membangunkan Lou yang masih berbaring nyenyak di kasurnya yang empuk, hanya saja anak itu sepertinya tak ingin bangun.
Lelah membangunkan Lou, Helena memutuskan untuk megantar Kikyo sendiri, dia mungkin perlu memberi tahu putrinya besok bahwa temannya sudah pulang malam ini.
Keduanya berjalan dengan tenang menuju pintu utama mansion, tempat dimana Marc dan Eiji menunggu.Kikyo tersenyum saat melihat suaminya—Eiji. Eiji membalas senyuman itu dan segera mengambil May dari gendongan Kikyo, biar bagaimanapun May sudah cukup besar sekarang, Kikyo pasti kesulitan menggendongnya.
Keduanya lalu masuk ke mobil sambil mengucapkan salam perpisahan pada Keluarga Arnauld.
Beberapajam berlalu dengan tenang di kamar Lou, sampai dia mendnegar suara keributan di luar kamarnya. Cukup kuat untuk membuatnya terbangun dalam keadaan linglung.Gadis kecil itu melenguh pelan dan berusaha kembali tidur, namun usahanya sia-sia, keributan di luar terlalu mengganggunya.
Lou turun dari ranjangnya sambil mengusap mata, dia kemudian berjalan keluar kamar. Lou terdiam saat melihat kekacauan di luar kamarnya, terlihat beberapa pelayan yang sedang sibuk, mereka berbagi tugas dengan wajah panik.
Lou menatap mereka bingung, namun dia tetap diam tanpa bertanya apapun. Hanya saja dia merasa cukup penasaran, Lou melangkah turun ke lantai satu karena sepertinya pusat kekacauan berada di tempat itu.
Lou bisa melihat ibunya menangis sambil berbicara dengan seseorang, membuat Lou sedikit bingung. Lou tak bisa melihat apa yang terjadi dengan jelas, jadi dia putuskan untuk mendekat. Lou terbelalak kaget saat melihat siapa yang sedang diajak bicara ibunya. Itu adalah May. Hanya saja, tubuhnya penuh dengan luka dan darah.
Lou berlari ke arah ibunya dan menghampiri May. Dia melihat May begitu terpukul, tatapannya kosong. Lou memahami kondisi May dan langsung memeluk teman barunya itu. Sementara itu, sesosok anak laki-laki yang empat tahun lebih tua dari Lou dan May menatap mereka. Tatapan itu begitu datar dan terlihat sangat tidak peduli.
“Anthony, jaga May dan Lou dulu ya. Ibu akan ke depan.” Helena menegur anak laki-laki yang terus menatap kedua gadis kecil itu dalam diam.
Anak yang dipanggil Anthony itu hanya melirik sekilas dan mengangguk pelan. Dia masih menatap May yang penuh dengan luka dan darah.
“Bagaimana dengan Kikyo?” Lou dapat mendengar pertanyaan ibunya pada ayahnya.
Marc menggeleng pelan, “Hanya May yang selamat.”
Lou mendengar itu dan menyadari apa yang sebenarnya sedang terjadi, sepertinya May dan keluarganya mengalami kecelakaan … dan kedua orang tua May meninggal di tempat. Lou mengangkat tangannya secara tak sadar dan menutup kedua telinga May, dia tahu May pasti sangat shock sekarang.
May sebenarnya mendengar pembicaraan itu, dia juga mengingat saat Marc menemukannya di bawah jasad ayah dan ibunya. Seketika air mata May mengalir deras dari matanya. Dia merasa dunianya benar-benar hancur dan dia bingung.
Anthony menatap May yang sedang menangis dalam diam. “Menangis saja, menahannya akan membuatmu kesakitan,” ujar Anthony sambil menyentuh puncak kepala May sambil lalu.
May terdiam sejenak sebelum akhirnya menumpahkan seluruh kesedihannya. Dia menangis terisak dalam pelukan Lou.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
*~W¥^ Al~*
nyimak dulu...
2023-10-19
2
Partiah Yake
cus baca
2023-06-11
0
sya_mike
Nice at first time read the prolog 👍🏻
2020-12-17
1