Pagi harinya, Moli sudah di jemput oleh Diki. Dan tanpa menunggu lama, Moli masuk ke dalam mobil, namun dengan wajah pias.
“Kamu sakit Mol?” tanya Diki.
Moli tetap melamun dan tak menggubris pertanyaan Diki.
“Moli!” panggil Diki lagi.
“Eh iya... kenapa?” Moli menoleh.
“Kamu sakit? Kok pucet gitu?” Diki terlihat khawatir.
“Nggak, cuma sedikit pusing aja.” Jawab Moli sekenanya. Tentu saja Ia tak ingin Diki sampai tahu kejadian semalam. Bisa-bisa nggak dibolehin keluar malam. Jiwa badung nya bisa meronta ronta. Ck!
“Yakin kamu nggak papa?” Diki mengusap kening Moli.
“O ya. Nanti kamu pulangnya sendiri ya. Aku ada sedikit urusan.” Diki memarkirkan mobilnya di samping gedung sekolah dimana biasanya para mobil dan motor berjejer rapi.
Moli menggamit tas di pangkuan nya kemudian keluar dari mobil. Hanya ke khawatiran palsu ternyata. “Urusan apa emangnya?” tanya Moli sambil menutup pintu mobil.
“Jemput teman lama...”
“Cewek atau cowok?”
Belum sempat memberi jawaban Fani dan Mia memanggil namanya dari kejauhan. “Moli! Ayo ke kelas.” Teriak Mia melambaikan tangan.
“Udah di panggil tuh...” celetuk Diki.
Moli mendengus. “Si Diki mau kemana sih?” gumamnya lirih. Raut wajah Diki seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Entah apa itu. Si Fani dan Mia pake manggil segala sih! Jadi belum sempat di jawab jadinya kan!
“Yuk.” Fani menggaet lengan Moli ketika sudah berada di hadapannya.
“Eh Mol. Elo semalam pulang duluan? Gue cariin nggak ketemu juga.” Dengus Fani sambil memainkan ujung poni nya yang sedikit berantakan.
“ lo, lo pada bakal nggak percaya sama apa yang gue alami semalam.” Moli duduk di kursinya dengan tangan di lipat di atas meja. Wajahnya terlihat serius. Mia dan Fani saling pandang. Kemudian mereka ikut duduk menatap wajah Moli.
“Kenapa emang semalam?” tanya Mia.
“Gue hampir jadi pelampiasan lelaki hidung belang. Ngeri nggak tuh!” jelas Moli dengan tatapan tajam nya.
“Maksudnya?” Fani mengerutkan dahi. Tanda bahwa Ia belum mengerti ucapan Moli.
Mia menjitak kepala Fani. “Dasar ****'. Gitu aja nggak paham lo.”
“Ye... emang gue nggak ngerti kok.” Semprot Fani. Dasar si Fani emang orang nya agak lola sih. Perlu di jelasin lagi kalau nggak dia nggak akan pernah bisa paham.
“Kok bisa si Mol? Tuh cowok muncul dari mana bisa sampai deketin elo?” tanya Mia penasaran.
“Gue nggak tahu. Tiba-tiba waktu gue keluar dari toilet tuh Cowok udah ada di situ.” Jelas Moli setengah bergidik mengingat apa yang hampir di perbuat pria tersebut.
“Maksudnya lo hampir di perkosa?” ceplos Fani tiba tiba yang langsung membuat seisi kelas menoleh kepada nya dengan tatapan aneh.
“Ck! Pelan-pelan dong!” gerutu Moli jengkel. Fani menutup mulutnya.
“Sory. Kebablasan.” Kebiasaan emang Fani. Orang nya suka grusa grusu. Nggak pernah lihat sikon.
“Terus gimana lanjutannya?” Mia menatap tajam wajah Moli yang masih terdiam. Kemudian mulut mungilnya mulai bergerak.
“Untungnya sih ada yang nolongin gue. Jadi gue belum sempat di bawa tuh orang songong.” Jelasnya sambil memainkan pulpen di atas meja.
Mia dan Fani manggut-manggut. “Siapa yang nolongin lo? cewek atau cowok?” tanya Fani. Kenapa juga harus cewek atau cowok. Bisa jadi yang nolongin pak satpam kan?
“Cowok. Dia yang waktu itu kita tabrak.”
Mereka berdua saling ternganga. “Maksud lo bocah SMP itu?” celetuk Mia.
Moli mengangguk menandakan perkataan dua sahabatnya itu benar. Kalau nggak ada Yoga bisa hancur masa depan Moli karena di lecehkan pria hidung belang.
“Sstt, diam! Ada Diki.” Kata Moli ketika Diki masuk kedalam kelas. Kedua sahabatnya langsung terdiam di bangku masing-masing.
Pelajaran sudah dimulai. Suasana kelas menjadi hening ketika Bu Demora masuk kedalam kelas. Suara langkah sepatunya terdengar jelas menusuk telinga. Guru bhs.inggris satu ini memang paling menakutkan seantero sekolahan. Satu yang kadang bikin nyengir sendiri, tampilannya lebih sering menirukan gaya tahun sembilan puluhan. Nggak banget kan? Secara ini tahun berapa bro?
“Hari ini kita ulangan...” kata Bu Demora yang membuat keadaan kelas sedikit gaduh.
“Sial gue belum belajar!” celetuk Fani kebingungan.
“Kok ulangan sih?” suara dari kursi belakang.
“Sama...”
Mereka saling bersahutan.
“Diam! Dan kerjakan!” Bu Demora menggebrak meja dengan telapak tangannya. Kemudian membagikan lembaran kertas ulangan ke setiap masing-masing siswa.
Ck! Memang selalu bikin panik guru yang satu ini. Nggak bisa lebih selow apa?! Seisi kelas hanya diam meratapi kertas ulangan yang tergeletak di atas meja masing- masing.
“Pst! Bagi jawaban dong Mol...”
Moli menoleh pada seseorang yang duduk di belakangnya. “Apa sih lo! Kerjain sendiri!” semprotnya lirih.
Moli manyun. Sementara Mia yang duduk di samping Moli sudah memulai mengerjakan ulangannya. Fani hanya asal asalan kalau urusan pelajaran bahasa Inggris, mau belajar sampai kapan pun tetap nggak ada cerdasnya kalau memang dari awal emang udah nggak suka sama mata pelajaran bahasa inggris.
Satu jam kemudian ulangan telah usai. Semua murid berhamburan menuju kantin mencari pengganjal perut. Fani masih bertekuk muka. Ia benar-benar payah dalam pelajaran bhs. Inggris. Ia memainkan pensil nya dengan wajah bertelungkup pada ke dua tangannya. “Pasti jelek deh nilai gue...”
“Santai sob... kan udah biasa lo dapet nilai jelek...” Mia tertawa dengan satu tangan memegang perut nya yang gatal.
“Resek Lo!!”
“Moli. Mau ke kantin nggak?” ajak Diki mendekati Moli yang masih ngobrol dengan Kedua sahabatnya.
“Ayo... gue duluan ya...”
Moli dan Diki berpaling dari mereka berdua. Melenggang menghampiri Diki yang sudah melangah di depan pintu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments