Ketika, Kau Menciumku

Ketika, Kau Menciumku

Satu

Hujan di pagi hari adalah hal yang menjengkelkan bagi gadis berusia 16 tahun yang masih mengukir mimpi di balik selimut. Ada rasa malas berlebih untuk segera bangun. sementara hujan terus bergantian menyerang pepohonan yang mulai lelah karena pengeroyokan mereka. Terkadang hujan memang sangat kejam. Tapi cobalah pikir imbasnya. Setelah menyerbu dedaunan itu bukankah akan menjadi nyawa bagi setiap tumbuhan hidup?

Hooaamm...

Selimut itu tersingkap. Mata bulatnya sudah mulai terbuka. “Jam berapa sakarang?” Matanya tertuju pada jam dinding yang tergantung di atas meja belajarnya. Masih jam enam lebih sepuluh.

“Non. Bangun udah siang...”

Suara seseorang memanggilnya dari balik pintu. Ada lap kotak kotak yang tersampir di pundaknya. Yang di dalam hanya menguap.

“Ayo Non. Udah siang.” Teriaknya lagi.

“Iya. Ini udah bangun.”

Langkahnya terhuyun huyun menuju kamar mandi yang terletak di dalam kamarnya. Dilucutinya piyama yang menempel di badannya dengan badan setengah miring tersangga pada tembok kemudian menyiram badannya dari ujung rambut hingga menjalar ke kaki menggunakan shower.

Moli Anggiana Saputri.

Itulah namanya. Seorang gadis yang manja dan sedikit bandel. Bukan kah sebagian anak remaja memang nakal? Namun bukan tanpa alasan, Ia seperti itu bukan lain karena kedua orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Kurang kasih sayang dan pengertian itulah alasannya.

Suara gemericik hujan masih terdengar memukuli atap rumah dengan pengeroyokan yang sempurna. Di ambilnya setelan seragam putih abu abu di lemari, semprot parfume kanan kiri dan bedak sekenanya. Oke beres cantik seperti biasanya. Tak lupa buku masukkan kedalam tas. Untung semalam tugas dari Bu Tiara udah dikerjain.

“Sarapan dulu Non.” Kata mbok Ijah ketika sang majikan menuruni anak tangga. Mbok Ijah adalah pembantu sekaligus pengawas Moli. Ia sudah bersama Moli sejak umur lima tahun. Awalnya si mbok hanya bekerja setengah hari, namun setelah kepergian sang Nenek, Ia ditugaskan untuk merawat Moli di rumah bak istana ini.

“Sarapan sama apa Mbok?” Moli duduk dengan tas di pangkuannya. Baju nya sedikit menyembul dari rok abu abunya ciri khas dari anak SMA katanya.

“Nasi goreng Non.” Jawab Si mbok. Tangannya masih mengelap piring yang ditumpuk di samping wastafel.

Suap demi suap tak terasa nasi goreng pun habis. Hanya tersisa dua irisan ketimun diujung piring. “Pak Ujang!” teriaknya yang sontak membuat mbok Ijah terjinjit kaget.

“Si eNon bikin kaget.”

“Pak Ujang. Lama ih dipanggil juga.” Semprot Moli ketika pak Ujang sudah berada di hadapannya.

Pak ujang yang sedang menguras air di halaman selimpungan menghampiri nona mudanya itu. “Iya Non. Maaf. Ayo berangkat.”

06.40 WIB

Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Tentu saja karena masih keburu untuk masuk sekolah. Suasana jalanan sedikit longgar namun mendungnya awan sedikit membuat pemandangan jadi sulit terlihat. Mungkin sebagian dari mereka mogok keluar rumah karena kehadiran sang Hujan. Kenapa hujan selalu jadi alasan? Kan kasihan. Menguntungkan ataukah menyebalkan?

“Pak nanti nggak usah jemput ya. Aku mau mampir ke rumah temen.” Kata Moli ketika turun dari mobilnya.

“Baik Non...”

Moli berlari dengan kepala ditutup. Ia berlari di lorong menuju kelasnya di lantai dua.

“Hi Mol...” Sapa Mia. Sahabatnya yang Ia kenal sejak kelas satu SMP. Sahabat yang penampilannya selalu seperti seorang pria. Rambutnya yang di potong cepak lebih mirip seperti cowok maco. Untung nya Dia masih mau pake rok. Kalau pakai celana bisa bisa banyak cewek yang naksir kali.

“Hi juga...” jawab Moli sambil mengibaskan baju dan roknya yang sedikit basah kena hujan.

“Nggak dianterin?” tanya Mia yang melirik Moli.

“Di anterin tapi kan Cuma nyampe depan doang.” Jelasnya sedikit sewot. Si Mia mah nggak ngerti banget deh.

“Hi gays!” Sapa Fani yang termasuk sahabat Moli juga. Ia mengenalnya ketika masuk ke SMA. Tampilannya berbeda dengan Mia. Fani jauh lebih feminim bahkan bisa dibilang terlalu feminim. Ya Itulah Fani cewek yang suka dandan. Bahkan koleksi make upnya sudah tak terhitung lagi jumlahnya.

“Lo kehujanan Mol?” Tanya Fani terkekehmelihat baju Moli yang sedikit basah.

Moli melotot dengan tangan yang tak lepas mengibaskan roknya. “Masalah?”

“Nggak sih.” Saur Fani yang langsung asik dengan cermin di tangan kanannya.

“Selamat pagi semuanya!” Sapa bu Tiara.

“Pagi, Bu.”

Bu Tiara berjalan mendekati mejanya di pojok dekat jendela. Ada buku setebal 5 cm meter di tangannya. Ia mulai mengabsen satu persatu muridnya.

“Maaf saya telat,” Ucap seseorang dari balik pintu.

“Diki? Silahkan masuk. Lain kali jangan terlambat lagi.” Kata Bu Tiara memperingatkan. Diki mengangguk dan berjalan menuju ke mejanya di barisan paling belakang.

“Psstt, dari mana kamu?” tanya Moli penasaran.

Diki menoleh. “Ada urusan tadi.”

“Ooo”

Diki adalah kekasih Moli. Hubungan mereka

sudah berjalan sekitar 4 bulan. Sampai saat ini hubungan mereka selalu baik baik saja, walau sebenarnya Moli belum juga menemukan alasan yang bisa membuatnya menerima cinta Diki.

Fani mengangkat sedikit pantatnya, tangannya meraih pundak Moli. “Mol, Nanti siang jadi kan?”

Moli menoleh malas. “Iya, Gue udah pamitan sama orang rumah tadi.”

“Sipp deh, kalau gitu Elo juga ikut ya.” sikut Fani pada Mia.

Jam pelajaran usai. Seperti halnya murid lain mereka bertiga langsung menuju ke kantin. Bunyi dari gentong berisi usus dan teman sebangsanya mulai menabuh gendang. Gemericik seperi air mengalir dari sebuah keran. Rasa lapar sudah tak tertahan kan.

“Mau ikut ngantin nggak?” Tanya Moli pada Diki yang sibuk dengan ponselnya.

“Masih kenyang.”

“Ya udah aku duluan.”

Diki masih sibuk mengotak atik ponselnya, hingga membuat Moli memanyunkan bibir tipisnya. Diki melihat sebuah pesan whatsapp nya. Entah itu dari siapa tak ada yang tahu.

Mia terlebih dulu duduk di kursi, kakinya menyilang dengan tangan menyangga dagunya. “Mol, Lo lagi nggak berantem kan sama Diki?”

Moli menoleh. “Nggak, emang kenapa?”

“Kayaknya Diki cuek banget, gue kira lagi berantem.”

Moli mendengus kemudian membenarkan kerah bajunya yang Kota Xx. “Nggak, emang biasanya kaya gini kan?”

“Bener juga si.” Mia manggut manggut. Kemudian berpaling pada satu mangkok soto yang baru saja di antar ke mejanya oleh Ibu kantin. “Tapi terlalu cuek sih menurut gue.”

Fani yang sedari tadi masih sibuk memainkan ponselnya tiba tiba menyikut lengan Moli. “Lo pacaran sama Diki tapi nggak ada mesra mesranya kayaknya.”

“Ye! lo kira kemesraan harus di umbar gitu?” semprot Moli.

Emang suka nyebelin nih si Fani. Kan jadi sedikit tersindir karena memang sebenarnya pacaran mereka jauh dari kata mesra sih. Tapi itu kan lebih baik, biar nggak terjadi hal yang aneh aneh. Ya kan? Selama Diki setia dan sayang, kenapa harus di permasalahkan?

“Tapi ya Mol, kalau gue jadi elo, gue nggak bakal betah pacaran sama Diki, terlalu adem kaya kulkas di rumah gue.”

Cerocosannya Fani terkadang emang banyak benernya sih. Banyak gadis di luar sana yang lebih memilih mengakhiri sebuah hubungan karena pasangannya terlalu cuek. Bagi wanita yang paling di inginkan adalah sikap lembut dan sebuah perhatian. Apakah Moli menerima ke dua itu dari Diki?

Moli tak menghiraukan ocehan Fani yang sedikit menyinggungnya. Ia tak akan pernah bisa marah pada sahabatnya itu. Karena sebagian omongannya memang selalu benar. Mungkin hati ini saja yang terlalu apa adanya yang lebih memilih lanjut dari pada berhenti hanya karena satu alasan tak penting.

“Yang jalanin si Moli, Elo yang ribet.” Semprot Mia sambil menjitak kepala Fani dengan sendok bekas untuk menyuap soto.

“Ihh... kotor tahu! Jorok lo mah!”

“Makanya diem! Nyerocos mulu kaya tetangga gue.”

Moli tertawa melihat tingkah kedua sahabatnya. Ini lah kenapa Moli tak pernah bisa marah jika salah satu dari mereka menyindir atau menyinggung perasaannya, karena mereka yang hampir setiap selalu menemaninya. Walaupun jika hanya di luar istananya dan kembali sepi jika Ia kembali di rumah hampa itu.

Beberapa langkah sebelum sampai di Mobil Fani, seseorang menegurnya dari belakang.

“Pulang bareng yuk.” Ajak Diki.

“Eh Diki.”Moli setengah berjinjit. “Sory. Aku udah janji mau main ke rumah Fani.”

Diki memanyunkan bibirnya. “Yahhh, Pulang sendiri dong.”

“Nggak papa ya.” Moli memegang lembut tangan Diki.

“Iya deh. Besok pagi aku jemput ya.”

“Oke.”

Diki berlalu pergi ke tempat Mobilnya terparkir. Moli kembali pada kedua sahabatnya yang sedang menunggunya di dalam mobil.

“Lama deh ah!” Celetuk Fani ketika Moli sudah duduk di dalam mobilnya. Moli mencibir kemudian merogoh ponsel di saku kirinya melihat notifikasi di akun instagramnya.

“Sebenarnya kita mau ngapain sih ke rumah elo?” tanya Mia yang memilih berbaring di jok belakang.

“Nemenin gue jalan nanti malam.”

“Gue kan nggak bawa pakaian ganti Fan." Protes Moli.

“Gue juga.” sambung Mia.

“Allahuakbar!” Teriak Fani tiba tiba ketika menabrak seseorang yang sedang menyebrang jalan di hadapan mobilnya. Moli yang sedang tertunduk langsung tersungkur menabrak jok depan hingga ponselnya terpental mengumpat di bawah jok. Sementara Mia terjatuh dari jok hingga ke bawah karena posisinya yang tiduran. Kepentok juga kan kepalanya, Fani emang ceroboh!

“Turun ayo! Lihat siapa yang kita tabrak.” Kata Moli yang langsung turun dari mobil melihat sosok yang ditabrak.

Pria itu mencoba berdiri dan mengangkat kembali sepedanya yang roboh.

“Lo nggak papa?” tanya Moli sambil membantu pria itu berdiri. Lututnya berdarah dan ada goresan di bagian lengannya.

“Heh bocah! Lihat lihat dong kalau jalan.” Semprot Fani dengan nada tinggi. Ia tak merasa bersalah atas apa yang menimpa bocah itu.

Moli mencubit lengannya dengan mata melotot. “Apaan sih lo? Tolongin kek.”

Fani masih cuek dan membuang muka.

“Bocah SMP ugal ugalan!” semprot Fani lagi.

“Fani!” pelotot Mia dan Moli. Fani mendengus dan balik masuk ke mobil.

“Lo duluan. Biar gue yang tolongin Dia.” Kata Moli pada Mia yang masih berdiri disamping-Nya.

Moli mengajak pria tersebut ke pinggir trotoar. “Mau gue anterin ke rumah sakit?” tanya Moli sambil mengelap darah dilutut pria tersebut dengan sapu tangan yang di bawanya.

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-08-29

0

W.Willyandarin

W.Willyandarin

Keren thor cerita nya 👍👍👍

Jangan lupa mampir di cerita saya yang berjudul Cinta Abdinegara dan Putih Abu-Abu di tunggu feedback nya 🤗🤗🤗

Terimakasih 🙏🙏🙏

2020-08-17

0

Muhammad Ari

Muhammad Ari

bagus thor... ijin promo ya, jgn lupa baca novel dg judul "MY CLICK GIRL" ya 🙏😇

2020-08-01

0

lihat semua
Episodes
1 Satu
2 Dua
3 Tiga
4 Empat
5 Lima
6 Enam
7 Tujuh
8 Delapan
9 Sembilan
10 Sepuluh
11 Sebelas
12 Duabelas
13 Tigabelas
14 Empatbelas
15 Limabelas
16 Enambelas
17 Tujubelas
18 Delapanbelas
19 Sembilanbelas
20 Duapuluh
21 DuapuluhSatu
22 Duapuluhdua
23 Duapuluhtiga
24 Duapuluhempat
25 Duapuluhlima
26 Duapuluhenam
27 Duapuluhtuju
28 Duapuluhdelapan
29 Duapuluhsembilan
30 Tigapuluh
31 TigapuluhSatu
32 Bonus Chapter! Yoga dan Moli
33 Pengumuman!
34 Season 2. 1. (MOLI)
35 2. Bertemu seseorang
36 3. Dimana kamu?
37 4. Mereka masih egois!
38 5. Kehidupan baru Yoga
39 6. pertemuan yang terulang
40 7. di tabrak
41 8. Tidak mengenali Moli
42 9. Bertemu Tante Santi
43 10. Percepat tunangannya.
44 11. Mencari tahu
45 12. Meyakinkan Yoga
46 13. Bertemu teman lama
47 14. Terakhir bertemu
48 15. Bercerita
49 16. jadi papa tahu?
50 17. Yang terjadi waktu itu
51 18. Yoga di rumah sakit
52 19. Ingatannya kembali
53 20. Harusnya sudah siap
54 21. Bertemu Diki
55 22. Kalian Jahat!
56 23. Moli pingsan.
57 24. Dijemput paksa
58 25. sebuah tuduhan
59 26. menangis setiap hari
60 27. Malas bertemu Anton
61 28. Khawatir
62 29. Anton lagi
63 30. Nasehat Mama
64 31. Sarah
65 32. menjelaskan
66 33. perjodohan masih berlanjut
67 34. seperti peliharaan
68 35. Ada apa?
69 36. Ada apa? 2
70 37. Gibran mengamuk
71 38. Dibohongi
72 39. kembali ke Cinta. (End)
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Satu
2
Dua
3
Tiga
4
Empat
5
Lima
6
Enam
7
Tujuh
8
Delapan
9
Sembilan
10
Sepuluh
11
Sebelas
12
Duabelas
13
Tigabelas
14
Empatbelas
15
Limabelas
16
Enambelas
17
Tujubelas
18
Delapanbelas
19
Sembilanbelas
20
Duapuluh
21
DuapuluhSatu
22
Duapuluhdua
23
Duapuluhtiga
24
Duapuluhempat
25
Duapuluhlima
26
Duapuluhenam
27
Duapuluhtuju
28
Duapuluhdelapan
29
Duapuluhsembilan
30
Tigapuluh
31
TigapuluhSatu
32
Bonus Chapter! Yoga dan Moli
33
Pengumuman!
34
Season 2. 1. (MOLI)
35
2. Bertemu seseorang
36
3. Dimana kamu?
37
4. Mereka masih egois!
38
5. Kehidupan baru Yoga
39
6. pertemuan yang terulang
40
7. di tabrak
41
8. Tidak mengenali Moli
42
9. Bertemu Tante Santi
43
10. Percepat tunangannya.
44
11. Mencari tahu
45
12. Meyakinkan Yoga
46
13. Bertemu teman lama
47
14. Terakhir bertemu
48
15. Bercerita
49
16. jadi papa tahu?
50
17. Yang terjadi waktu itu
51
18. Yoga di rumah sakit
52
19. Ingatannya kembali
53
20. Harusnya sudah siap
54
21. Bertemu Diki
55
22. Kalian Jahat!
56
23. Moli pingsan.
57
24. Dijemput paksa
58
25. sebuah tuduhan
59
26. menangis setiap hari
60
27. Malas bertemu Anton
61
28. Khawatir
62
29. Anton lagi
63
30. Nasehat Mama
64
31. Sarah
65
32. menjelaskan
66
33. perjodohan masih berlanjut
67
34. seperti peliharaan
68
35. Ada apa?
69
36. Ada apa? 2
70
37. Gibran mengamuk
71
38. Dibohongi
72
39. kembali ke Cinta. (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!