Indah telah sampai di depan kantor perusahaannya bekerja, dengan menumpang kendaraan ojek online. Bergegas dia masuk ke bangunan bertingkat itu. Dia sudah hampir terlambat, karena bangun kesiangan akibat tidak dapat tidur semalam. Ucapan kak Dino menghantuinya sepanjang malam. Hingga menjelang subuh mata Indah bisa tertidur.
Tapi tak beberapa lama, matanya kembali terbuka. Suara azan shubuh menarik tubuhnya bangun untuk mengerjakan sholat. Setelah sholat, Indah ingin mengulang tidurnya kembali. Dia pun tertidur, lalu terbangun menatap langit-langit kamar dipenuhi cahaya matahari. Dia sontak bangun dan melompat turun dari tempat tidur. Menyadari dirinya telah kesiangan dan akan terlambat masuk kerja.
“Tunggu-tunggu, jangan tutup.” Indah menjerit sambil berlari masuk ke dalam lift.
Mata Indah melotot saat kakinya berhenti tepat dengan wajah berhadapan ke wajah Denny. Kedua mata mereka saling menatap. Denny dapat melihat jelas manik hitam bulat. Wajahnya terlukis di sana. Terasa nafas Denny berhembus ke wajah Indah.
Rombongan Denny telah lebih dulu masuk. Karena mendengar suara seseorang, tangan Iqbal menahan pintu lift. Dan secara mendadak Indah langsung masuk. Hampir tabrakan terjadi kedua kalinya. Langsung Indah membalikkan tubuh.
"Mengapa bisa berjumpa lagi dengan laki-laki ini, Indah?" Hatinya mengutuk untuk kesekian kalinya mengenang peristiwa semalam.
Rasa gemetar kembali menyerang tubuh Indah. Itu tidak dapat disembunyikan. Denny dapat melihat jelas gadis di depannya berdiri dengan tubuh gemetaran.
“Dasar ceroboh, gadis ini memang hobi berlari.” Gerutu Iqbal.
Walau pelan Iqbal berujar, Denny dapat mendengar dengan jelas kata-katanya. Awalnya, dia tidak mengerti maksud ucapan itu. Tapi seketika dia terpikirkan tentang kata ceroboh yang diucapkan Iqbal. Denny pun teringat peristiwa tadi malam yang membuat bokongnya terasa sakit belum hilang sampai sekarang.
Terdengar irama denting lift pun berhenti dan terbuka, Indah langsung bergegas melangkahkan kaki ke luar.
Melihat sikap Indah, Iqbal menggeleng-gelengkan kepalanya. Denny tidak memperdulikan, pintu lift kembali tertutup. Melanjutkan perjalanan menuju ke tingkat selanjutnya.
Sampai di ruangan, Iqbal melaporkan beberapa pertemuan yang harus di lakukan hari ini hingga malam.
“Malam, jam berapa?” tanya Denny.
“Mereka minta jam sebelas, karena pesawat mendarat di bandara pukul sepuluh.” Jawab Iqbal.
“Kenapa malam sekali mereka tiba?” tanya Denny heran.
“Investor yang datang kali ini bukan perwakilan tapi bosnya. Setelah pertemuan di London, langsung terbang kemari.” Jelas Iqbal.
“Seserius itukah mereka pada proyek ini?” Wajah Denny dingin.
“Ini langkah awal pembuka mereka ke Indonesia kalau berhasil membujuk kita.”
“Persiapkan dengan benar, jangan ada kesalahan sedikit pun.” Perintah Denny.
“Baik,” Iqbal menjawab dengan mantab.
Denny menyandarkan tubuh ke kursi kerjanya dengan mengeluarkan napas berat.
“Ada masalah apa tuan?” Tanya Iqbal cemas.
Denny tidak menjawab pertanyaan Iqbal, pikirannya sepintas terbayang wajah gadis yang bertemu di lift. Denny berdiri dan meraba-raba bokongnya yang masih terasa sakit. Lalu berjalan ke luar, dengan pandangan heran Iqbal mengikutinya.
“Kita mau ke mana tuan?” tanya Iqbal bingung melihat sikap diam bosnya.
“Sudah ikuti saja aku.” Perintah Denny.
Sampailah Denny dan Iqbal di ruang keamanan. Di sana terdapat banyak monitor dan diawasi beberapa petugas keamanan. Semuanya berdiri dan membungkuk hormat tatkala Denny mendadak masuk ke ruangan.
Iqbal pun menggerakkan jari telunjuknya, bertanda mereka sudah boleh kembali bekerja.
Denny mendatangi seorang petugas pengawas kontrol monitor. Berbisik ke telinga petugas, berbicara sesuatu.
Petugas pun langsung berdiri dan pergi ke ruangan lain. Denny terlihat mengedarkan pandangan serius memerhatikan monitor. Matanya berhenti pada sebuah monitor dan menatap serius. Iqbal memperhatikannya dan terlihat jelas apa yang dicari oleh bosnya itu. Senyum tipis mengaris di bibir Iqbal. Dia paham apa keinginan bosnya.
Tak lama petugas keamanan datang dan menyerahkan sebuah benda kecil.
“Ini Pak.” menyodorkan tangan.
Denny mengambilnya dan melangkah pergi meninggalkan ruangan. Para pengawal mengikuti Denny dari belakang. Sedangkan Iqbal masih di sana dan membisikkan sesuatu kepada petugas yang diperintah Denny. Petugas itu seketika berwajah pucat mendengar bisikan Iqbal dan tertunduk dalam. Lalu Iqal beranjak pergi meninggalkan ruangan.
Di ruangannya, Denny menatap layar laptop dengan tangan memegang dagu. Dia sangat serius menatap yang ada di layar tersebut. Ternyata mata Denny memperhatikan hasil rekaman tatkala dirinya jatuh ditabrak seorang gadis. Dia melihat keanehan di rekaman tersebut. Tatkala Indah menangis sejadinya setelah sepeninggalannya.
Pertanyaan menggantung di kepalanya. Kenapa Indah menangis seperti itu, sedangkan yang merasakan sakit adalah dirinya. Denny merasa sangat heran.
Terdengar pintu diketuk dan Iqbal melangkah masuk lalu duduk di sofa.
“Apa harus aku buat surat pemecatan untuk dirinya?” tanya Iqbal dengan santainya.
“Jam berapa kita mulai rapat?” tanya Denny
“Sepuluh menit lagi.” Menjawab sambil melihat jam di tangan.
“Oke, kumpulkan semua divisi termasuk team gatekeeper.” Berjalan melangkah ke luar ruangan.
Iqbal menggelengkan kepala melihat sikap bosnya yang tidak bisa dia tebak. Lalu bangun dan berjalan menyusul Denny.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments
Syahfitri Selamet
kayaknya seru
2020-05-21
0