Bab 2 Kakak Lelaki yang Menyusahkan

Di ruang direktur, Denny duduk di belakang meja kerjanya. Beberapa dokumen menjadi perhatian dengan menatap lama. Kemudian pandangannya beralih ke laptop dan jari-jarinya bermain di sana. Seseorang mengetuk pintu dan pintu terbuka lebar. Tampak Iqbal berdiri lalu melangkah masuk.

Melihat Denny sibuk dengan laptopnya, Iqbal pun tidak ingin mengganggu. Dia lebih memilih duduk di sofa dan juga membuka laptop mengerjakan pekerjaannya.

Ruangan sepi dan hanya terdengar hentakan jari menari-nari di atas papan laptop. Selang tiga puluh menit berlalu, Denny terlihat lelah dan merenggangkan tubuhnya dengan mengangkat kedua tangan ke atas. Iqbal melirik dan menutup laptopnya. Lalu berjalan ke luar ruangan. Kemudian kembali dengan membawa dua cangkir kopi di tangannya.

"Apa itu Bal?" tanya Denny saat ingin melangkah ke arahnya.

"Kopi tuan, kelihatannya tuan akan lembur lagi malam ini. Aku bawakan kopi, sekalian juga untukku. Karena aku akan menemani tuan di sini."

"Yah, letakkan di meja itu, aku akan ke sana." Menunjuk meja yang ada di sofa.

Iqbal mematuhi perintah atasannya, dia meletakkan cangkir kopi di atas meja lalu kembali duduk di sofa.

Denny berjalan mendekat dan duduk di sofa sambil melepaskan nafas beratnya.

"Tuan, besok investor dari **** jadi datang, setelah kita membatalkan kedua kali perjanjiannya."

Tatapan Iqbal khawatir memandang Denny.

"Ya, aku tahu, mereka memang sangat gigih." Jawab Denny sambil menyeruput cangkir kopinya.

"Apa perlu kita tunda saja?" tanya Iqbal.

"Mereka sudah merubah semua dokumen sebagai usaha membujukku, mereka kira aku tidak tahu? Biar saja mereka datang, kita lihat usaha mereka kesekian kalinya." Pandangan tajam ke depan.

Di lain sisi, Indah berada di ruang kerjanya. Beberapa kali dia melirik jam melingkar di pergelangan tangannya, sudah menunjukkan jam sebelas malam. Tapi pekerjaannya menyeleksi beberapa informasi sebagai sumber berita belum selesai. Sedangkan informasi itu akan disiarkan besok pagi. Sepertinya malam ini dia akan lembur. Di seberang meja kerja yang lain, Indah melihat masih ada Hendrik. Pria yang diusirnya minta duduk bersama saat makan siang. Mereka teman satu tim.

"Ngaaah," Indah pun menutup mulutnya menahan reaksi kantuk yang ke luar.

"Ini minum, kita sama lemburnya malam ini," Yanti menyodorkan secangkir kopi.

Indah melihat sobatnya itu dan mengambil cangkir kopi dari tangannya.

"Terima kasih" ucap Indah.

Lalu bersama menyeruput kopi hangat.

"In, kamu sudah baikkan sekarang?" tanya Yanti khawatir.

Indah hanya menganggukkan kepalanya.

"Oke, kalau sudah kelar, Kita pulang sama ya? Aku antar kamu," Yanti melempar senyum.

"Yan, terima kasih ya?" senyum kecil tergambar di bibir Indah.

Yanti melihat wajah Indah dan tersenyum, lalu kembali ke meja kerjanya.

Saat Yanti duduk di kursi kerja, Hendrik datang menghampirinya.

"Kenapa Indah, Yan? Wajahmya kelihatan sangat bersedih begitu, apa putus sama pacarnya?" Hendrik bertanya dengan suara pelan merapatkan wajahnya kepada Yanti.

" Jangan urus masalah orang, kerjakan pekerjaanmu. Sebentar lagi kami akan pulang? Kamu mau sendirian di sini?" Ucap Yanti dengan mata melotot.

"Huh, ngak enak kamu Yan, ngak bisa diajak curhat.

"Hikk-hikk- hikk, " Yanti tertawa melihat wajah kesal Hendrik melangkah pergi meninggalkannya kembali duduk ke tempatnya.

Akhirnya, mobil Yanti sampai di depan kontrakan Indah. Melihat Indah tertidur di sampingnya, dia tidak tega membangunkan

sobatnya itu. Yanti mengasihani Indah, karena dia tahu hidup Indah sangat sulit, dikarenakan ulah kakak laki-lakinya. Kakak yang seharusnya menjadi pelindung setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia, malah membuat susah hidup Indah.

"In..Indah, bangun, udah sampai say." Mengoyangkan tubuh Indah.

"Hemmm... udah sampai ya? Maaf aku ketiduran." Indah memicingkan matanya dan berusaha memulihkan kesadarannya.

Iya, ngak apa-apa. Mandi air hangat

ya, sebelum tidur biar segar." Senyum menatap Indah.

"Muah, sampai ketemu besok. Terima kasih." Mengecup pipi Yanti dan beranjak ke luar mobil.

Indah telah berada di dalam rumah, mengunci pintu dan menghidupkan lampu. Rumah kontrakan Indah hanya memiliki satu kamar. Tidak begitu besar, tapi nyaman bagi Indah. Dan tidak terlalu jauh dengan tempatnya bekerja.

Indah membuka sepatu dan berjalan ke kamarnya. Meletakkan tas di atas meja kecil. Membuka pakaian yang sudah sangat lengket di tubuhnya, hanya berbalut pakaian dalam saja. Indah tinggal sendiri, dia bebas tidak takut ada yang melihatnya tanpa pakaian di dalam kamar. Lalu berjalan meraih baju handuk yang tergantung di belakang pintu. Kaki jenjangnya melangkah ke kamar mandi. Indah mengguyur seluruh tubuhnya. Air hangat mengalir deras dari shower, menyirami dari kepala hingga kaki Indah. Seketika, dia teringat kembali kejadian memalukan saat terjatuh.

"Ah, sial...kenapa juga harus jatuh di tubuhnya." Guman Indah kesal.

Indah telah ke luar dari kamar mandi. Mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk. Mengenakan pakaian tidur.

Terasa perutnya lapar, dia pun melihat jam. Tidak mungkin dia memasak tengah malam begini pikirnya. Karena jam sudah menunjukkan pukul dua malam. Dia putuskan hanya meminum segelas susu sebelum tidur. Indah pun berjalan ke dapur, membuka pintu lemari dingin dan meraih kotak susu. Menghangatkannya di atas kompor. Setelah hangat menuangnya ke dalam sebuah gelas. Berjalan ke kamar kembali dengan segelas susu hangat di tangannya. Meletakkannya di atas meja. Selagi menunggu sedikit dingin, Indah meraih ponsel di dalam tas. Dan membuka beberapa pesan di laman WhatApp.

"Tidak ada yang pentintg" bisiknya.

Indah meletakkan ponsel di atas meja riasnya. Meraih susu dan meneguknya hingga habis. Indah naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuh.

"Grekk...Grekk...Grekk," suara ponsel.

Indah bangun dan meraihnya. Terlihat nama Kak Dino di layar. Indah membenamkan wajah di tempat tidur dan menutup dengan bantal. Panggilan tidak terdengar lagi. Suara pesan masuk terdengar dari ponsel. Indah pun meraih dan membaca pesan itu.

Dino: Aku tahu kau sengaja mengac

uhkan panggilanku. Kalau kau tidak menjawab panggilanku kali ini, besok aku akan datang ke kantormu dan membuat keributan.

Indah langsung menggosok-gosokkan rambutnya dengan kedua tangan. Terlihat rambut panjangnya berantakan.

"Tuhan, hilangkan dia dari muka bumi ini." Pekik Indah kesal.

Kembali ponselnya berbunyi, kali ini Indah dengan berat hati terpaksa menjawab panggilan itu.

"Apa maumu lagi, jangan ganggu hidupku?" terdengar keras suara Indah.

"Kalau kau tidak mau diganggu, turuti kata-kataku. Besok malam kau harus datang, bawakan aku uang 20 juta. Tunggu kabar dariku." Ponsel langsung terputus.

"Dasar sinting," membating ponsel ke tempat tidur dengan kesal.

Terpopuler

Comments

Sonetha

Sonetha

bagus ceritax

2020-06-18

0

Triyani Muafa

Triyani Muafa

novel yg unik ketawa kok hik hik hhhhh

2020-05-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Pertemuan Tidak Menyenangkan
2 Bab 2 Kakak Lelaki yang Menyusahkan
3 Bab 3 Rasa Penasaran Pak Direktur
4 Bab 4 Sikap Jahil Pak Direktur
5 Bab 5 Telepon Jebakan
6 Bab 6 Membawa Pergi
7 Bab 7 Kedatangan Dokter Harun
8 Bab 8 Amarah
9 Bab 9 Perasaan Malu
10 Bab 10 Tidak Diizinkan Pulang
11 Bab 11 Akibat Makan Malam di Rumah
12 Bab 12 Pusing Memilih Panggilan
13 Bab 13 Ungkapan Perasaan
14 Bab 14 Kunjungan Tamu Tak di Undang
15 Bab 15 Tempat Berbagi
16 Bab 16 Kedekatan
17 Bab 17 Ingin Pulang
18 Bab 18 Perjanjian Kesepakatan
19 Bab 19 Pria Aneh
20 Bab 20 Hari Kepulangan
21 Bab 21 Bermalam
22 Bab 22 Kembali Kerja
23 Bab 23 Sikap Acuh Pak Direktur
24 Bab 24 Kesal dan Bahagia
25 Bab 25 Perasaan Hanna dan Indah
26 Bab 26 Permainan Perasaan
27 pBab 27 Cemburu
28 Bab 28 Kejutan 1
29 Bab 29 Kejutan 2
30 Bab 30 Kejutan 3
31 Bab 31 Rasa Ingin Tahu
32 Bab 32 Tamu VIP Penggoda
33 Bab 33 Studio 2
34 Bab 34 Perasaan Terhina 1
35 Bab 35 Perasaan Terhina 2
36 Bab 36 Pertemuan Dua Wanita
37 Bab 37 Terbalaskan 1
38 Bab 38 Terbalaskan 2
39 Bab 39 Terbalaskan 3
40 Bab 40 Menghindar
41 Bab 41 Kata Cinta
42 Bab 42 Nasib Kak Dino
43 Bab 43 Kebenaran Kak Dino
44 Bab 44 Duka dibalas kegembiraan
45 Bab 45 Denny Vs Rudi
46 Bab 46 Apa arti Rudi bagi dirimu?
47 Bab 47 Persetujuan Pakde
48 Bab 48 Kekecewaan Rudi di atas Kebahagiaan Indah
49 Bab 49 Penyerahan Diri Seutuhnya
50 Bab 50 Rasa Terima Kasih
51 Bab 51 Pertemuan Makan Malam
52 Bab 52 Hati-Hati yang Luka
53 Bab 53 Awal Penolakan
54 Bab 54 Batas Kebersamaan
55 Bab 55 Pilihan Untuk Tidak Dipilih
56 Bab 56 Rahasia di Balik Sebuah Rencana
57 Bab 57 Duka Mendalam
58 Bab 58 Berusaha Tegar
59 Bab 59 Khayalan Semu
60 Bab 60 Keputusasaan
61 Bab 61 Keinginan
62 Bab 62 Suatu Ide
63 Bab 63 Penolakan
64 Bab 64 Kegelisahan
65 Bab 65 Kekacauan
66 Bab 66 Penerimaan
67 Bab 67 Kehamilan Hanna
68 Bab 68 Kedatangan Rudy
69 Bab 69 Hanna Sakit?
70 Bab 70 Berkorban?
71 Bab 71 Rasa Bersalah
72 Bab 72 Kepedihan Denny dan Ketertarikan Iqbal
73 Bab 73 Harapan Keajaiban dan Amarah Yanti
74 Bab 74 Yanti Vs Iqbal
75 Bab 75 Kebahagian Yanti dan Duka Hanna
76 Bab 76 Kehadiran Sang Pengagum
77 Bab 77 Cinta itu Hilang?
78 Bab 78 Serangan ke dua bagi Hanna dan Yanti
79 Bab 79 Permohonan
80 Bab 80 Kepergian Hanna
81 Bab 81 Kenyataan Baru
82 Bab 82 Perjalanan
83 Bab 83 Perkenalan Nia
84 Bab 84 Indah?
85 Bab 85 Bukan Halusinasi
86 Bab 86 Kemenangan
87 Bab 87 Kau Puas?
88 Bab 88 Tidak Merindu apalagi Mengharapkan Kembali 1
89 Bab 89 Bersama Papa?
90 Bab 90 Kemarahan Denny
91 Bab 91 Terjebak
92 Bab 92 Tidak akan Memaafkan
93 Bab 93 Dirundung Kecemasan
94 Bab 94 Mengharap Kejujuran
95 Bab 95 Kecemasan yang Menghujam
96 Bab 96 Rasa Sakit yang Tersembunyi
97 Bab 97 Tersakiti Berkali-kali
98 Bab 98 Hiduplah dalam Takdirku
99 Bab 99 Sebenci itukah Kau Melihat Wajahku?
100 Bab 100 Aku hanya ingin Dia membenciku
101 Bab 101 Ada apa denganmu?
102 Bab 102 Pikir dan Putuskan
103 103 Harapan Pupus
104 Bab 104 Saka Menghilang?
105 Bab 105 Kau Juga Ikut Bertanggungjawab
106 Bab 106 Aku hanya ingin Saka, bukan Dia
107 Bab 107 Atau Dia Pura-pura tidak Tahu?
108 Bab 108 Menunggu Jawaban
109 Bab 109 Pertemuan Jesika dan Elisa
110 Bab 110 Kenangan Elisa 1
111 Bab 111 Kenangan Elisa 2
112 Bab 112 Sikap Prihatin
113 Bab 113 Jesika digantungi Pertanyaan
114 Bab 114 Rencana Denny
115 Bab 115 Pancingan yang Disengaja
116 Bab 116 Membawa Pulang
117 Bab 117 Panggilan Pak Jung
118 Bab 118 Tingkah Bik Surtik
119 Bab 119 Pemberian Denny
120 Bab 120 Kelumpuhan
121 Bab 121 Keputus asaan
122 Bab 122 Cerita Dania I
123 Bab 123 Cerita Dania 2
124 Bab 124 Cemburu?
125 Bab 125 Harun Vs Jesika
126 Bab 126 Rencana Sanga Mama
127 Bab 127 Satu-satunya pilihan?
128 Bab 128 Kehangatan Yang dirindukan
129 Bab 129 Penolong Dania?
130 Bab 130 Mengambil Paksa 1
131 Bab 131 Mengambil Paksa 2
132 Bab 132 Keadaan Di luar Ruang Operasi
Episodes

Updated 132 Episodes

1
Bab 1 Pertemuan Tidak Menyenangkan
2
Bab 2 Kakak Lelaki yang Menyusahkan
3
Bab 3 Rasa Penasaran Pak Direktur
4
Bab 4 Sikap Jahil Pak Direktur
5
Bab 5 Telepon Jebakan
6
Bab 6 Membawa Pergi
7
Bab 7 Kedatangan Dokter Harun
8
Bab 8 Amarah
9
Bab 9 Perasaan Malu
10
Bab 10 Tidak Diizinkan Pulang
11
Bab 11 Akibat Makan Malam di Rumah
12
Bab 12 Pusing Memilih Panggilan
13
Bab 13 Ungkapan Perasaan
14
Bab 14 Kunjungan Tamu Tak di Undang
15
Bab 15 Tempat Berbagi
16
Bab 16 Kedekatan
17
Bab 17 Ingin Pulang
18
Bab 18 Perjanjian Kesepakatan
19
Bab 19 Pria Aneh
20
Bab 20 Hari Kepulangan
21
Bab 21 Bermalam
22
Bab 22 Kembali Kerja
23
Bab 23 Sikap Acuh Pak Direktur
24
Bab 24 Kesal dan Bahagia
25
Bab 25 Perasaan Hanna dan Indah
26
Bab 26 Permainan Perasaan
27
pBab 27 Cemburu
28
Bab 28 Kejutan 1
29
Bab 29 Kejutan 2
30
Bab 30 Kejutan 3
31
Bab 31 Rasa Ingin Tahu
32
Bab 32 Tamu VIP Penggoda
33
Bab 33 Studio 2
34
Bab 34 Perasaan Terhina 1
35
Bab 35 Perasaan Terhina 2
36
Bab 36 Pertemuan Dua Wanita
37
Bab 37 Terbalaskan 1
38
Bab 38 Terbalaskan 2
39
Bab 39 Terbalaskan 3
40
Bab 40 Menghindar
41
Bab 41 Kata Cinta
42
Bab 42 Nasib Kak Dino
43
Bab 43 Kebenaran Kak Dino
44
Bab 44 Duka dibalas kegembiraan
45
Bab 45 Denny Vs Rudi
46
Bab 46 Apa arti Rudi bagi dirimu?
47
Bab 47 Persetujuan Pakde
48
Bab 48 Kekecewaan Rudi di atas Kebahagiaan Indah
49
Bab 49 Penyerahan Diri Seutuhnya
50
Bab 50 Rasa Terima Kasih
51
Bab 51 Pertemuan Makan Malam
52
Bab 52 Hati-Hati yang Luka
53
Bab 53 Awal Penolakan
54
Bab 54 Batas Kebersamaan
55
Bab 55 Pilihan Untuk Tidak Dipilih
56
Bab 56 Rahasia di Balik Sebuah Rencana
57
Bab 57 Duka Mendalam
58
Bab 58 Berusaha Tegar
59
Bab 59 Khayalan Semu
60
Bab 60 Keputusasaan
61
Bab 61 Keinginan
62
Bab 62 Suatu Ide
63
Bab 63 Penolakan
64
Bab 64 Kegelisahan
65
Bab 65 Kekacauan
66
Bab 66 Penerimaan
67
Bab 67 Kehamilan Hanna
68
Bab 68 Kedatangan Rudy
69
Bab 69 Hanna Sakit?
70
Bab 70 Berkorban?
71
Bab 71 Rasa Bersalah
72
Bab 72 Kepedihan Denny dan Ketertarikan Iqbal
73
Bab 73 Harapan Keajaiban dan Amarah Yanti
74
Bab 74 Yanti Vs Iqbal
75
Bab 75 Kebahagian Yanti dan Duka Hanna
76
Bab 76 Kehadiran Sang Pengagum
77
Bab 77 Cinta itu Hilang?
78
Bab 78 Serangan ke dua bagi Hanna dan Yanti
79
Bab 79 Permohonan
80
Bab 80 Kepergian Hanna
81
Bab 81 Kenyataan Baru
82
Bab 82 Perjalanan
83
Bab 83 Perkenalan Nia
84
Bab 84 Indah?
85
Bab 85 Bukan Halusinasi
86
Bab 86 Kemenangan
87
Bab 87 Kau Puas?
88
Bab 88 Tidak Merindu apalagi Mengharapkan Kembali 1
89
Bab 89 Bersama Papa?
90
Bab 90 Kemarahan Denny
91
Bab 91 Terjebak
92
Bab 92 Tidak akan Memaafkan
93
Bab 93 Dirundung Kecemasan
94
Bab 94 Mengharap Kejujuran
95
Bab 95 Kecemasan yang Menghujam
96
Bab 96 Rasa Sakit yang Tersembunyi
97
Bab 97 Tersakiti Berkali-kali
98
Bab 98 Hiduplah dalam Takdirku
99
Bab 99 Sebenci itukah Kau Melihat Wajahku?
100
Bab 100 Aku hanya ingin Dia membenciku
101
Bab 101 Ada apa denganmu?
102
Bab 102 Pikir dan Putuskan
103
103 Harapan Pupus
104
Bab 104 Saka Menghilang?
105
Bab 105 Kau Juga Ikut Bertanggungjawab
106
Bab 106 Aku hanya ingin Saka, bukan Dia
107
Bab 107 Atau Dia Pura-pura tidak Tahu?
108
Bab 108 Menunggu Jawaban
109
Bab 109 Pertemuan Jesika dan Elisa
110
Bab 110 Kenangan Elisa 1
111
Bab 111 Kenangan Elisa 2
112
Bab 112 Sikap Prihatin
113
Bab 113 Jesika digantungi Pertanyaan
114
Bab 114 Rencana Denny
115
Bab 115 Pancingan yang Disengaja
116
Bab 116 Membawa Pulang
117
Bab 117 Panggilan Pak Jung
118
Bab 118 Tingkah Bik Surtik
119
Bab 119 Pemberian Denny
120
Bab 120 Kelumpuhan
121
Bab 121 Keputus asaan
122
Bab 122 Cerita Dania I
123
Bab 123 Cerita Dania 2
124
Bab 124 Cemburu?
125
Bab 125 Harun Vs Jesika
126
Bab 126 Rencana Sanga Mama
127
Bab 127 Satu-satunya pilihan?
128
Bab 128 Kehangatan Yang dirindukan
129
Bab 129 Penolong Dania?
130
Bab 130 Mengambil Paksa 1
131
Bab 131 Mengambil Paksa 2
132
Bab 132 Keadaan Di luar Ruang Operasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!