Di dalam mobil tiga serangkai Aurel, Frysca, dan Olivia masih merasa kesal dengan kejadian tadi. Terlebih lagi Aurel. Dari dulu dia selalu saja merencanakan banyak hal untuk membuat Rosaline kehilangan muka, tapi semua rencananya pasti gagal. Seperti halnya hari ini.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau itu adalah kakak kandungnya! Harusnya kamu selidiki dulu dengan benar. Apa disana tidak ada seorang pun yang tahu tentang hubungan mereka?! Kamu sudah membuat kita kehilangan muka di depan banyak orang. Sudah berkali-kali kamu bertindak ceroboh seperti ini. Dasar tidak berguna!" ucap Aurel dengan penuh amarah. Tangannya juga menghentak stir mobil.
"Maafkan aku Aurel, aku tidak mencari tahu dulu. Kemarin aku duduk agak jauh dari Raline dan temannya Cheryl itu, jadi aku tidak bisa mencari informasi lebih lanjut. Aku hanya menduga saja kalau om om itu adalah kekasih Raline, karena mereka berdua sangat mesra. Penampilannya juga tampan dan berkelas, tidak biasa-biasa saja seperti Raline. Tapi siapa yang sangka kalau dia itu adalah kakak kandungnya" balas Frysca dengan nada menyesal. Sekali lagi dia sudah gagal menyenangkan hati sahabatnya Aurel.
Olivia menoleh menghadap Frysca yang sedang duduk dibelakang. Dia merasa antusias untuk mengintrogasi Frysca.
"Apa kakak Raline benar-benar tampan seperti yang kamu katakan? Aku tidak menyangka jika Raline mempunyai kakak yang umurnya jauh dengannya. Lalu apa dia tampak mempesona? Maksudku, kamu tahu kan kalau Raline itu sebenarnya sangat cantik. Jadi jika dia punya saudara, sudah pasti akan sama cantiknya atau jika lelaki dia pasti tampan" Olivia mengucapkan kalimat tersebut dengan santai dan wajah tanpa dosanya.
Aurel dan Frysca melirik tajam Olivia seakan tak percaya atas omongannya barusan yang mengatakan 'Raline sangat cantik'. Dia ini sahabat mereka berdua. Tetapi kenapa sekarang malah memuji musuhnya? Tadi saja dia mencaci Rosaline tak kalah pedas dengan Frysca dan Aurel, tetapi sekarang dia kembali memunculkan sikap bodohnya.
Otak udang ini sedang berbicara apa sih? Aurel sekarang sedang kesal. Tidak bisakah dia sekali saja mencari waktu yang tepat untuk bertingkah bodoh - batin Frysca.
Aurel menjetikkan jari di kening Olivia. "Sadarlah bodoh! Bisa-bisanya kamu memuji Raline. Kamu itu berada di kubu mana?"
Kepala Olivia tersentak kebelakang. Dia mengelus bekas jentikan Aurel. "Ck! Aku jelas di kubu kalian. Kalian kan temanku. Tapi apa salahnya jika aku penasaran. Ayo jawab pertanyaanku Frys...."
"Ee-eeh emm...harus ku akui kalau kakaknya memang tampan. Bahkan aku yang duduk sejauh itu masih bisa menyadari auranya yang sangat memikat. Aku heran kenapa Raline hidupnya selalu beruntung" jawab Frysca.
"Ah sudahlah. Hentikan omong kosong kalian! Mendengar nama Raline hanya membuat telingaku sakit! Yang jelas kita harus cari cara untuk membalas perbuatannya terhadap kita hari ini" ucap Aurel dengan seringai jahatnya dan menggenggam stir mobil
🐤🐤🐤🐤🐤
Beberapa hari kemudian
• Di kampus ZXY •
"Bagaimana Angel, apa sudah ada balasan?"
"Maaf mister, Raline belum bisa dihubungi. Tadi dia sempat membalas pesan saya. Tetapi setelah saya balas lagi dia sudah tidak membalasnya. Saya telfon juga tidak diangkat. Sepertinya dia sedang ada keperluan"
"Ya sudah kalau begitu. Jika nanti Raline sudah bisa dihubungi, tolong sampaikan kepadanya untuk menemui saya besok pagi di ruangan saya pukul sembilan. Jangan lupa kamu sampaikan. Terima kasih Angel karena sudah membantu saya menghubungi Raline"
"Sama-sama mister. Kalau begitu saya permisi dulu"
Angel melangkahkan kaki keluar dari ruangan dosen. Dia mencoba lagi menghubungi Rosaline yang tiba-tiba saja menghilang setelah tadi sempat mengirim pesan balasan.
Rosaline hari ini memang tidak masuk kuliah. Karena dosen mata kuliahnya sedang tidak hadir dan tidak meninggalkan tugas.
Rosaline memang punya banyak teman, tetapi teman terbaik dan yang paling dekat dengannya adalah Angel dan Cheryl. Sebut saja mereka memang sudah bersahabat. Angel dan Cheryl sekarang sedang ada kuliah. Jadwal kuliah mereka bertiga memang tidak selalu sama. Maka dari itu, Rosaline memilih ikut kakaknya untuk pergi ke hotel miliknya. Karena dia merasa bosan jika sendirian di rumah. Ayahnya juga tadi pagi sudah pergi untuk mengurus bisnis diluar negeri.
🐤🐤🐤🐤🐤
• Di sisi lain - The Heinan Hotel •
Di sebuah ruangan kantor yang berada di dalam hotel, sedang terjadi peperangan yang cukup intens antar saudara kandung yang umurnya berbeda jauh.
Rayen berhasil merebut ponsel Rosaline. Sontak Rosaline kaget dan memprotes kelakuan kakaknya itu.
"My dear brother Rayen, hentikan kelakuanmu yang kekanak-kanakan ini. Sekarang kamu sudah bertambah umur. Penampilanmu bahkan terlihat seperti pria tua. Kebiasaan perlakuanmu padaku sekarang ini sudah sangat tidak selaras dengan umurmu. Berikan ponsel itu padaku" Rosaline mendengus kesal.
Gadis itu memang sangat senang mengejek kakaknya dengan sebutan pria tua atau om om untuk membuatnya jengkel. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penampilan Rayen. Dia masih terlihat sangat tampan dan mempesona. Wajahnya sengaja ditumbuhi bulu-bulu tipis, sehingga membuatnya tampak sangat matang dan maskulin.
"Memangnya ada apa di dalam ponsel ini hingga membuatmu takut jika aku mengambilnya" balas Rayen dengan menyeringai.
"Tidak ada apa-apa yang harus ku sembunyikan. Tetapi ponsel itu milikku. Aku hanya tidak ingin kamu berbuat yang tidak-tidak menggunakan ponselku. Setiap ponselku berada di tanganmu, rasanya aku selalu ingin menjebloskan kepalaku ke tembok karena menanggung ulahmu yang tidak masuk akal. Kamu mengunggah fotomu yang sok tampan itu di media sosialku dan membuat teman-temanku salah paham. Lalu kamu juga pernah mengunggah video kompilasi hewan-hewan yang tidak jelas. Mengangkat telfon dari temanku dan mengatakan yang tidak-tidak. Dan masih banyak lagi, apa perlu aku sebutkan semua dosa-dosamu?" ucap Rosaline kesal.
"Ros, itu salahmu sendiri karena tidak menjaga ponselmu dengan baik. Jadi jangan salahkan aku. Aku hanya memanfaatkan kesempatan yang ada saja" Rayen tertawa mengejek adiknya.
Rosaline berusaha mengambil ponsel digenggaman Rayen. Tetapi sayangnya Rayen sudah bergerak lebih cepat dan tangannya yang menggenggam ponsel sudah diangkat ke atas. Membuatnya semakin jauh dari jangkauan Rosaline.
"Kak, kembalikan ponselku. Aku sedang menunggu balasan pesan temanku. Aku tak mau membuatnya menunggu"
Rosaline berjinjit berusaha meraih ponsel yang diletakkan jauh diatas kepala kakaknya. Kakaknya yang memang sudah tinggi bahkan juga ikut berjinjit supaya bisa lebih tinggi lagi dan membuat adiknya semakin susah untuk meraih ponselnya.
"Bukan urusanku"
"Kembalikan kak Rayen..."
"No"
"Hentikan sikap kekanakamu ini pria tua"
“Pria tua ini kakakmu”
“Tapi kamu memang sudah tambah tua kakak...”
"Memohonlah dengan manja kepada pria tua ini, maka akan aku kembalikan ponselmu"
"Tidak mau, dasar cabul. Aku sedang tidak berselera menggoda om om sepertimu"
"Ya sudah"
"Kak...sini turunkan tanganmu"
"Tidak akan"
"Kenapa kamu sangat menyebalkan. Kamu akan menyesal jika sudah mengusikku"
"Kita lihat saja nanti"
Tangan kanan Rayen mulai menekan pundak Rosaline untuk mencegahnya berjinjit atau melompat. Sedangkan tangan kirinya masih direntangkan ke atas menggenggam ponsel adiknya.
Mereka berdua masih melakukan adegan saling rebut ponsel itu. Tubuh Rayen semakin mundur ke belakang karena dorongan yang diberikan oleh Rosaline. Rayen pun akhirnya terduduk di sofa dengan keadaan masih merentangkan tangan kiri keatas dan tangan kanan yang menekan pundak Rosaline.
Rosaline kini dalam posisi meletakkan lututnya di sofa, untuk menopang tubuhnya, seperti posisi berlutut. Lututnya diletakkan diantara kedua paha kakaknya yang sedang duduk. Tangannya masih berusaha menggapai ponselnya. Bahkan sesekali saat merasa lelah, Rosaline akan duduk sebentar dipangkuan kakaknya, kemudian lanjut merebut ponsel lagi. Posisi mereka bisa dibilang cukup membuat salah paham. Tetapi tentu saja itu tidak berpengaruh, karena mereka berdua adalah saudara kandung.
Rosaline kini sudah mulai benar-benar lelah. Dia memilih untuk duduk manis di pangkuan kakaknya. Kedua tangannya diletakkan di bahu kanan kiri kakaknya. Sedangkan Rayen masih setia mengangkat tangan kirinya ke atas.
"Oh God, come on brother. Aku sudah sangat lelah" ucap Rosaline putus asa.
"Maka menyerahlah baby..." jawab Rayen santai dan menunjukkan wajah jahilnya.
"Okay, alright, aku menyerah"
Rosaline menghela nafasnya. Ditatapnya lekat kakaknya. Kini Rosaline siap untuk berakting. "My dear brother Rayen... Bisakah aku mendapatkan ponselku kembali sekarang? Aku sudah menyerah. Kamu menang sayang. Aku akan menuruti apapun keinginan kakakku yang sangat aku sayangi ini" ucap Rosaline dengan nada yang sangat manja. Matanya menunjukkan tatapan yang memelas. Kedua tangan Rosaline menangkup pipi Rayen.
Kelakuan kakak beradik ini memang diluar akal sehat. Terkadang cara bercanda mereka memang sulit dipahami seperti ini.
Setelah mendengar itu, Rayen langsung menurunkan tangannya. Diletakkannya ponsel ke sampingnya, dan kini kedua tangan Rayen memeluk tubuh Rosaline.
"That's my baby girl. Senang sekali melihatmu menyerah seperti ini" Rayen mengecup sekilas kening Rosaline, lalu dia tertawa puas karena sudah berhasil menjahili adiknya.
Tiba-tiba terbukalah pintu ruangan Rayen. Terlihat sosok pria yang sangat dikenal Rayen. Pria yang sekarang sedang berdiri mematung di depan pintu itu adalah Glenn. Wajahnya terlihat sangat shock.
Rosaline dan Rayen kompak menoleh ke arah pria yang masuk ruangan tanpa mengetuk dulu itu. Posisi kakak beradik itu masih saja belum berubah. Sama sekali tak bergeming dengan kedatangan Glenn.
Rosaline dan Rayen sama sekali tidak salah tingkah atas kedatangan Glenn disaat posisi mereka seperti itu. Mereka berpikir tidak ada yang salah, toh mereka adalah kakak beradik. Jadi tidak perlu repot-repot bereaksi seperti orang yang terpergok melakukan sesuatu.
Tetapi masalahnya disini adalah Glenn sama sekali belum pernah bertemu dengan Rosaline, adik dari Rayen. Melihat foto Rosaline pun tak pernah. Glenn mulai berpikiran liar karena melihat seorang gadis berada di pangkuan Rayen.
"WHAT THE---- What are you doing Rayen?!! Apa yang sedang kalian berdua lakukan?!!" ucap Glenn histeris. Glenn menjambak rambutnya karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Apa sekarang Rayen sudah mulai sebrengs*k ini dan mulai memelihara sugar baby? - batin Glenn.
Glenn menutup cepat pintu ruangan kantor Rayen. Dia mendekat ke arah sofa, tapi dia memilih untuk tidak duduk.
"Are you crazy Rayen? Bisa-bisanya kamu berbuat seperti ini di ruangan kantormu. Bagaimana jika ada yang memergoki ulah kalian berdua?" ucap Glenn dengan nada yang sedikit pelan tetapi penuh penekanan dan geram.
Rosaline menurunkan tangannya dari pipi Rayen dan berpindah ke pundak. Dia masih bingung kenapa pria itu bereaksi histeris. Tidak ada yang salah, memang apa yang sedang dia dan kakaknya lakukan? Mereka baru saja menyelesaikan peperangan mereka.
Rayen masih saja memeluk pinggang Rosaline. Dia sebenarnya terkejut melihat Glenn. Bukan terkejut karena kepergok melakukan hal yang tidak-tidak, tetapi terkejut dengan kehadiran Glenn yang datang ke hotelnya. Dari mana orang itu tahu keberadaannya saat ini? Karena sebelumnya, Glenn sama sekali tidak mengabari Rayen.
Glenn masih saja mengoceh tidak jelas. Rosaline terheran kenapa pria itu masih saja heboh. Glenn mengucapkan banyak kata ambigu tidak jelas yang membuat Rosaline bingung. Dia hanyalah adik Rayen, tetapi pikiran pria itu terlalu liar. Kemudian perlahan dia mulai paham situasinya. Pria itu sepertinya tidak tahu kalau orang yang berada di pangkuan Rayen saat ini adalah adiknya.
"Dia bahkan masih terlihat polos. Dia lebih cocok jadi adikmu. Kamu tega sekali berbuat yang tidak-tidak dengannya seperti ini. Kamu sudah tidak waras Rayen. Apa kamu sudah merubah selera wanitamu?" Glenn menatap tajam ke arah Rayen dan Rosaline yang masih belum berubah posisinya.
Munculah ide gila di otak Rosaline. Ini adalah kesempatan bagus untuk membalas perbuatan kakaknya yang menggendongnya waktu itu dan barusan yang merebut ponselnya. Dia menoleh ke arah kakaknya, memperlihatkan senyum jahilnya. Sudut bibirnya terlihat semakin ditarik keatas dan sebelah alisnya dinaikkan keatas.
Rayen seakan paham dengan kode ekspresi wajah itu. Rayen langsung melepas pelukannya dari Rosaline. Rayen sudah mulai sadar kalau Glenn tidak mengetahui identitas gadis yang sekarang berada di pangkuannya. Dia menyadari kalau Glenn belum pernah melihat wajah Rosaline. Situasi ini sangat menimbulkan salah paham bagi Glenn. Dan adik yang berada di pangkuannya sekarang pasti akan memulai ide gilanya.
"Don't-you-dare-do-it-now" gumam Rayen penuh penekanan di hadapan wajah Rosaline.
Dua detik kemudian.
"DADDYYYY!! Who is this uncle? Why is he so noisy?" ucap Rosaline dengan nada manja dan akting seperti gadis polos.
Rayen menghela nafas dan memutar bola matanya. "Terlambat. Ide gilanya sudah sukses diluncurkan. Sekarang Ros sudah berubah ke mode gilanya" ucap Rayen dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Mulyani Asti
kasihan rayen hahaha
2020-06-07
0
Wiebiungna Chacha
lucu
2020-03-26
0
Rizky Wulan oktavia
hahaha gua ngakak nyampe sakit perut
2020-03-06
1