Pacarku Ternyata Bos Gangster
Episode 1
Elvina baru tiga bulan menjalin hubungan dengan Calvin—pria yang ia temui karena pesanan kopi yang salah kirim. Pria itu tenang, manis, dan selalu tepat waktu. Tapi... tak pernah mau diajak selfie. Tak pernah bisa ditelepon lebih dari dua menit. Dan selalu bilang, “Aku harus pergi,” setiap malam sebelum jam 10.
Suatu malam, Elvina menerima pesan yang membuat jantungnya berhenti sejenak.
Elvina Denindra
kamu masih kerja , sayang?
Calvin Winata
Baru beres. Maaf gak bisa kabarin kamu lebih awal.
Elvina Denindra
Gak apa-apa. Tapi kamu ngapain sih tiap malam sampe jam segini?
Calvin Winata
Dunia yang berbeda dari punyamu.
Elvina Denindra
Hah? Maksudnya?
Calvin Winata
Hehe, maksudku... beda jam kerja aja. Jangan kepikiran ya.
Elvina Denindra
Kamu gak pernah cerita soal kerjaan kamu. Bahkan kamu gak pernah bilang kerja di mana.
Calvin Winata
Aku udah bilang... aku cuma urus orang-orang.
Elvina Denindra
Tapi kenapa tadi ada yang manggil kamu "Bos" di telepon?
Calvin Winata
Kamu denger ?
Elvina Denindra
Iya. Terus dia bilang sesuatu tentang “barang udah mendarat”.
Calvin Winata
Elvina... ada hal-hal yang belum bisa aku ceritakan sekarang.
Elvina Denindra
Jadi kamu bohong?
Calvin Winata
Aku gak bohong soal perasaanku sama kamu. Tapi ya... aku gak cerita semua.
Calvin Winata
Mungkin suatu hari kamu bakal tau. Atau mungkin lebih baik kamu tidak perlu tau.
Elvina Denindra
Kamu siapa sebenernya, Calvin ?
Calvin Winata
Orang yang jatuh cinta sama kamu. Dan orang yang paling bisa ngerusak hidupmu kalau kamu tahu aku siapa.
Elvina Denindra
Kamu bercanda?
Calvin Winata
Aku harap ini semua cuma bisa jadi candaan.
Calvin Winata
Tapi kalau suatu hari aku hilang tanpa kabar... jangan cari aku, ya.
Elvina Denindra
Calvin… kamu bikin aku takut.
Calvin Winata
Aku juga takut... takut kamu lihat sisi yang aku sendiri benci.
Elvina menatap layar ponselnya lama. Chat terakhir Calvin dibaca pukul 01.32 pagi. Sejak saat itu, tak ada centang dua, tak ada "typing...". Seolah... ia sudah hilang di telan bumi
Meskipun Calvin—cowok pendiam, misterius, tapi selalu perhatian. Ia tak pernah marah, tak pernah menuntut, dan selalu tahu cara menenangkan hati Elvina.
Tapi ada satu hal yang selalu mengganjal:
Calvin... tak pernah benar-benar hadir saat dibutuhkan bahkan di saat hari ulang tahunnya Elvina , yang dimana itu hari yang sangat penting untuk dirinya .
Dan malam itu, semuanya mulai terasa aneh
Elvina Denindra
Sayang, kamu jadi datang gak hari ini? Ulang tahunku lho
Calvin Winata
Maaf banget, El . Aku nggak bisa.
Elvina Denindra
Lagi-lagi? 😕
Calvin Winata
Ada urusan mendadak. Nanti aku jelasin ya.
Elvina Denindra
Kamu sibuk terus, tapi nggak pernah bilang sibuk ngapain...
Calvin Winata
Aku nggak kerja kantoran, El. Kamu tahu itu.
Elvina Denindra
Ya tapi kamu juga nggak pernah cerita apa pun. Bahkan temen-temenmu aja aku belum pernah ketemu.
Calvin Winata
Bukan karena aku nggak mau. Aku cuma... takut kamu kecewa.
Elvina Denindra
Kecewa kenapa? Kamu jual narkoba
Elvina Denindra
HAH? JANGAN BILANG IYA!?
Calvin Winata
Nggak. Kamu kebanyakan nonton drama deh .
Elvina Denindra
Terus kenapa tiap malam kamu ngilang?
Calvin Winata
Kadang duniaku terlalu gelap buat kamu, El.
Elvina Denindra
Tapi aku pacar kamu.
Calvin Winata
Justru itu. Makanya aku jaga kamu tetap jauh dari sisi aku yang satu lagi.
Elvina Denindra
Sisi kamu...?
Calvin Winata
Udah. Nanti aku jelasin.
Elvina Denindra
Calvin, aku nemu jaket kamu tadi jatuh di kosku...
Elvina Denindra
Ada bercak merah. Kayak darah.
Calvin Winata
Jangan diapa-apain.
Calvin Winata
Simpen aja. Nanti aku ambil.
Elvina Denindra
Calvin... kamu siapa sebenarnya?
Pesan terakhir itu hanya dibaca. Tanpa balasan.
Di layar Elvina, hanya ada satu centang biru.
Dan dalam dadanya, mulai tumbuh sebuah pertanyaan yang tak ia siap untuk jawab.
Elvina Denindra
Calvin… tolong jangan diem aja.
Elvina Denindra
Aku mulai takut, tau gak?
Calvin Winata
Jangan takut.
Calvin Winata
Aku gaakan nyakitin kamu.
Elvina Denindra
Tapi kamu bohongin aku.
Elvina Denindra
Setiap hari. Setiap malam. Aku gak tahu siapa kamu.
Calvin Winata
Kalau aku bilang semua sekarang… kamu masih mau sama aku?
Elvina Denindra
Aku lebih milih tahu kenyataannya, daripada terus dibutakan.
Calvin Winata
Oke. Satu hal aja dulu.
Calvin Winata
Aku gak kerja di tempat biasa.
Calvin Winata
Dan aku gak punya nama belakang yang bisa kamu cari di Google.
Elvina Denindra
Calvin… maksudnya apa?
Calvin Winata
Maksudnya... aku bukan orang baik, El
Calvin Winata
( typing....)
Elvina Denindra
Tapi kamu... selalu baik ke aku.
Calvin Winata
Karena kamu satu-satunya hal baik yang aku punya.
(Typing stopped. 1 centang biru.)
Elvina Denindra
Kamu masih di situ?
Pesan terakhir tak kunjung dibalas.
Elvina menatap layar ponselnya dengan tangan gemetar.
Untuk pertama kalinya, ia merasa seperti sedang jatuh cinta pada seseorang… yang bisa membunuh siapa saja tanpa ampun.
Karna menunggu pesan dari Calvin tak kunjung datang, Elvina sampai tertidur dengan ponsel di tangannya. Matanya sembab karena tangis semalam, hatinya menggantung—antara percaya dan takut.
Tapi pagi itu, sekitar jam 7, suara ketukan pelan di pintu membuatnya terlonjak.
Calvin Winata
Aku di depan. Bukain pintunya.
Elvina Denindra
Hah? Kamu... sekarang?
Calvin Winata
Iya. Aku tahu kamu belum mandi. Gak apa apa. Aku cuma pengen lihat kamu.
Elvina Denindra
Kamu bahkan gak balas pesanku semalam.
Calvin Winata
Karena kalau aku balas... aku takut kamu makin takut.
Elvina Denindra
(Elvina membuka pintu. Calvin berdiri di sana, hoodie hitamnya lecek, matanya merah. Tangannya membawa kantong plastik kecil.)
Calvin Winata
Aku bawa bubur ayam. Kamu belum makan, kan?
Elvina Denindra
Kamu pikir bubur bisa gantiin jawaban?
Calvin Winata
Enggak. Tapi aku harap itu bisa nenangin kamu... sebentar aja.
Elvina Denindra
Calvin... semalam kamu bikin aku mikir hal-hal yang gak pernah aku bayangin.
Calvin Winata
Aku gak datang buat ngerayu kamu. Aku datang karena kamu berhak tahu aku gak kabur.
Calvin Winata
Aku bukan pengecut, El. Cuma... aku punya sisi gelap yang susah dijelaskan.
Elvina Denindra
Kamu nyakitin orang?
Calvin Winata
Kadang aku harus... kalau itu satu-satunya cara untuk melindungi sesuatu yang penting buatku.
Elvina Denindra
Aku itu ‘yang penting’ itu?
Calvin Winata
Lebih dari itu.
Calvin Winata
Tapi justru karena itu, aku gak bisa bawa kamu masuk ke dunia aku.
Elvina Denindra
(Diam sejenak. Elvina menatapnya lama.)
Elvina Denindra
Kalau kamu gak bisa bawa aku ke dunia kamu, kenapa kamu ajak aku jatuh cinta?
Calvin Winata
Karena aku juga gak bisa keluar dari dunia itu.
Calvin Winata
Dan satu-satunya bagian dari hidupku yang terasa normal... ya kamu.
Elvina tak menjawab.
Ia membiarkan Calvin duduk di lantai, menyodorkan bubur dalam diam.
Pagi itu, mereka duduk berdampingan. Bukan sebagai dua orang yang saling percaya, tapi dua orang yang saling menggenggam sisa-sisa keberanian... untuk tetap bertahan di antara rahasia.
Calvin Winata
Eh... kamu punya sendok gak?
Elvina Denindra
(nunjuk meja) Di situ.
Calvin Winata
Oh iya. Kirain ini sumpit, tadi hampir aku pakai buat ngaduk bubur.
Elvina Denindra
( Tersenyum )
Elvina Denindra
Itu sendok plastik transparan, Vin... Bukan sumpit.
Calvin Winata
Mirip tau... Kayaknya Aku masih ngantuk.
Elvina Denindra
Ya siapa suruh subuh-subuh nganterin bubur sambil drama jadi mafia 😒
Calvin Winata
Wah, masa aku udah drama... kamu masih nyindir juga
Elvina Denindra
Kamu drama banget. Tapi... aku apresiasi buburnya. Walau... ini ada cabenya
Calvin Winata
Emang kenapa?
Elvina Denindra
Aku gak kuat pedes.
Calvin Winata
Astaga... berarti ini buat aku dong?
Elvina Denindra
Yaudah, kamu aja yang makan. Lagian dari tadi aku curiga kamu lapar
Calvin Winata
...Jangan bongkar motifku dong
Elvina Denindra
(Elvina menutup mulut, menahan tawa. Calvin pura-pura tersinggung, tapi akhirnya ikut tertawa kecil.)
Pagi itu, tak ada jawaban tuntas.
Tapi ada tawa kecil. Ada dua orang yang mencoba tetap waras di antara rahasia dan kekhawatiran.
Dan mungkin—hanya mungkin—cinta bisa tetap tumbuh, bahkan di tanah paling berbahaya.
Comments