Jadi Yang Ke-2

Jadi Yang Ke-2

Bab.1

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis sebuah kantor firma hukum yang terkenal di kota itu.

"Iya, saya ingin bertemu dengan bapak Satria. Apakah beliau ada?" jawab Kia.

"Maaf, apakah sudah ada janji sebelumnya?karena beliau sedang keluar saat ini."

"Apakah akan lama? karena kalau hanya sebentar, saya akan menunggu saja disini."

"Saya tidak tahu, karena bapak Satria baru saja keluar sepuluh menit yang lalu untuk bertemu klien."

Kia sudah datang lebih awal dari waktu yang diinstruksikan kakaknya, namun nyatanya nasib baik belum berpihak padanya. Orang yang hendak ditemuinya pergi sepuluh menit sebelum kedatangannya. Satria, seorang pengacara yang ia harapkan akan bisa mengeluarkannya dari masalah.

"Baiklah, saya akan tunggu saja. Terima kasih untuk informasinya," ucap Kia sambil tersenyum ramah.

Sang resepsionis pun mempersilahkan Kia untuk menunggu di ruang tunggu. Kia berjalan menuju sofa tunggu yang disediakan kantor itu. Dengan wajah yang sedikit kecewa, Kia duduk di sofa tunggu itu. Kia mulai mengeluarkan ponselnya untuk mengisi waktu menunggunya. Dia menscroll berita yang tersaji di layar ponselnya. Tak disangkanya, berita tentang kakaknya dan kebangkrutan keluarganya tersebar begitu cepat.

Kia menarik nafasnya dalam-dalam, ia pejamkan matanya. Memikirkan hal yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Dirinya harus sampai pada situasi sekarang. Harta berlimpah, kehidupan glamor, berpesta, teman-teman sosialita, Shopping, semua seolah akan meninggalkan dirinya. Karena harta dan kuasa yang dimiliki ayahnya kini telah hilang, seiring dengan pemberitaan perusahaan yang telah dinyatakan pailit.

Tak sampai disitu, kakaknya, yang menjadi satu-satunya keluarganya, ditangkap polisi atas tuduhan kasus pembunuhan terhadap kekasihnya. Untuk semua alasan itulah, saat ini, Zakiya Alarice atau yang biasa dipanggil Kia, harus duduk di ruang tunggu ini.

Satria Anggar Buana, adalah seorang pengacara sekaligus teman dari kakaknya. Kia diminta oleh Keenan, kakaknya, agar menemui Satria untuk meminta bantuan. Agar kakaknya bisa terbebas dari tuduhan pembunuhan.

Lama juga Kia menunggu pria bernama Satria itu. Rasanya sungguh membosankan, dan membuat Kia kesal. Kalau bukan demi kakaknya dan masa depannya, Kia tak akan pernah mau repot-repot menunggu orang.

Kia bangkit dari sofa dan menuju meja resepsionis untuk bertanya, apakah orang yang ia cari sudah kembali. Jawaban resepsionis membuatnya bertambah kesal, karena sang empunya kantor ternyata belum juga kembali. Entah apa yang ia kerjakan di luar sana, hingga menghabiskan waktu hampir setengah hari.

Kia kembali ke sofa yang tadi ia duduki. Kali ini ia memilih untuk membuka-buka majalah yang ada di ruang tunggu itu. Membaca membuatnya bertambah bosan dan malah mengantuk. Kia menguap beberapa kali setelah melihat tulisan-tulisan yang ada di majalah yang ia pegang.

Tak peduli lagi sedang dimana dirinya sekarang, Kia mulai menutup matanya. Tadinya berniat mengistirahatkan matanya sejenak, agar tak lelah dipaksa untuk melihat tulisan-tulisan di majalah. Namun niat mengistirahatkan mata itu justru membuatnya benar-benar tertidur.

Lama Kia tertidur, hingga ia tergeragap saat posisi kepalanya yang miring serasa akan jatuh. Dia terbangun dari tidurnya, Kia menoleh ke sisi kiri dan kanannya. Seketika dia menutup mulutnya sendiri dengan kedua telapak tangannya.

"Ya Tuhan, di mana aku sekarang?" tanyanya pada dirinya sendiri.Kia merasa belum pernah ke tempat ini sebelumnya.

"Ok ... rileks," ucapnya kemudian, sambil mengatur nafasnya dengan gerakan tangan diangkat ke atas saat menarik nafas dan menurunkannya saat membuang nafas.

Kia teringat, kalau dirinya berada di kantor firma hukum milik teman kakaknya. Kia melirik jam tangannya, sudah jam lima sore.

"OH MY GOD!!!" teriak Kia.

Kia langsung berdiri dan menghampiri meja resepsionis lagi. Dilihatnya resepsionis yang ber-name tag Lina itu sedang berkemas-kemas.

"Maaf mbak, apakah bapak Satria sudah kembali?" tanya Kia.

"Iya, Mbak. Baru saja bapak masuk ke ruangannya, saya juga baru mau memanggil Mbak. Ternyata Mbak sudah kesini dulu. Mari Mbak, saya antar," ucap resepsionis.

Kia pun mengikuti Lina untuk naik ke lantai atas, dimana ruangan sang pengacara berada.

"Permisi, Pak. Ini tamu yang sudah dari tadi siang menunggu Bapak," ucap Lina saat memasuki ruangan bosnya.

"Suruh masuk! dan kamu boleh pulang," titah Satria.

Lina pun mengangguk dengan tersenyum, dan mempersilahkan Kia masuk. Setelahnya dia pergi meninggalkan Kia bersama pengacara itu.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satria yang tetap fokus pada laptop di depannya.

"Iya, saya butuh bantuan anda. Tapi sebelumnya bolehkan saya duduk," ucap Kia menahan kesal karena merasa tidak dihormati.

Dimana sopan santun pengacara terkenal ini, ada tamu di depannya, tapi ia justru sibuk sendiri. Bahkan tak menatap lawan bicara saat tadi ia bertanya.

"Silahkan, dan mohon tunggu sebentar karena saya sedang sibuk," ucap Satria.

Kia langsung duduk di depan Satria, memandang wajah serius pria yang tengah fokus pada layar laptopnya.

"Perkenalkan, saya Kia. Saya adalah adik dari Keenan Surya Atmadja," ucap Kia yang sudah tidak sabar menyampaikan pesan dari kakaknya.

Kia sudah terlalu lama menunggu, dan ia tak ingin lebih lama lagi menunggu. Karenanya, tanpa diminta, Kia memulai untuk memperkenalkan diri. Biarlah ia dianggap tidak sopan, karena pria di depannya berlaku sama tidak sopannya terhadapnya.

Mendengar ucapan Kia, seketika Satria mengalihkan pandangannya pada gadis yang tengah duduk di depannya.

"Kamu, adiknya Keenan?" tanya Satria menatap serius pada Kia.

"Ya, saya adik dari Keenan Surya Atmadja. Dan saya kesini karena perintah kakak saya," jawab Kia.

"Ada pesan apa dari Keenan?" tanyanya kemudian.

Kia merogoh ke dalam tasnya, mencari sebuah amplop yang tadi ia terima dari kakaknya, untuk diberikan kepada teman pengacara kakaknya. Kia mengulurkan amplop putih itu kepada Satria. Setelah membaca pesan yang tertulis di dalam amplop itu, Satria paham akan masalah yang di hadapi temannya.

Satria menatap wajah Kia dengan intens, memperhatikan dengan seksama adik dari temannya itu.

Sementara Kia jadi merasa tidak nyaman dengan tatapan pria yang ada di depannya ini. Ada sedikit rasa takut, saat pria di depannya ini tidak juga mengalihkan pandangannya.

"Bagaimana, apakah anda bersedia membantu kami?" ucap Kia agar pria didepannya sadar akan perbuatan tidak sopan nya.

Satria tersenyum tipis. "Imbalan apa yang akan aku dapat jika aku membantu kalian," tanya Satria yang langsung membuat Kia tak percaya.

Kata Keenan temannya ini sangatlah baik, dan pasti akan bersedia membantunya dan kakaknya.bTapi yang Kia lihat sekarang justru berbeda, pengacara ini terang-terangan meminta imbalan.

"Bagaimana kalian akan membayar ku jika kalian saja sudah tidak memiliki apapun?" ucap Satria.

"Aku bukan pekerja sosial yang akan memberikan jasaku secara gratis," sambungnya.

"Anda sudah tahu kami tak memiliki apapun, lalu untuk apa anda bertanya tentang imbalan apa yang bisa kami berikan," jawab Kia.

Satria justru tertawa mendengar jawaban Kia.Dia berdiri dari kursi kebesarannya, dan berjalan mendekati Kia. Pria itu menghentikan langkahnya saat berdiri tepat di belakang Kia.

❤️❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

Erni Fitriana

Erni Fitriana

tergiur dari "aku bukan cinderella" thor😘😘😘😘😘

2023-11-18

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

Hallo mb author aq mampir

2023-06-15

1

Mirfatin Khanani

Mirfatin Khanani

aku bayangin satria pengacara nya...emmm ji chang wok di suspicious partner deh

2022-11-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!