Bab.3

Kini Kia sudah bersiap dengan koper-kopernya. Waktu yang ditetapkan untuk ia mengosongkan rumahnya sudah tiba. Kia menatap sedih kearah rumah yang ia tinggali selama dua puluh tahun hidupnya. Banyak suka dan duka ia jalani di rumah ini bersama kakak dan ayahnya, karena memang, ibu Kia sudah meninggal ketika ia berumur sepuluh tahun. Ibu angkatnya.

"Ayo, kita harus pergi," ajak Shila yang merangkul bahu Kia.

Kia menurut pasrah pada ajakan Shila untuk masuk ke mobil. Sementara koper-kopernya sudah lebih dulu dimasukkan kedalam bagasi oleh supir keluarga Shila. Kia tak bisa menahan air matanya, ketika mobil yang ia tumpangi mulai melaju dan menjauh dari rumahnya.

"Tenanglah, semua pasti akan membaik," ucap Shila menenangkan.

Kia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban, karena Kia sendiri tidak tahu kapan semuanya akan membaik. Kakaknya masih ada di tahanan, jika kakaknya saja masih ditahan, bagaimana perusahaan ayahnya akan bangkit. Kia sudah berusaha mencari pengacara untuk kakaknya, dan ternyata benar, tidak ada yang gratis di dunia ini. Sementara dirinya sudah tak memiliki apapun untuk membayar jasa pengacara.

Perjalanan dari rumah Kia ke rumah Shila tidaklah terlalu jauh.

"Ayo turun," ucap Shila menyadarkan Kia dari lamunannya.

Kia tersenyum, lalu mengikuti Shila yang melangkah masuk kedalam rumahnya. Dengan wajah ceria, Shila kembali memperlihatkan kamarnya untuk Kia. Ini bukan kali pertama Kia menginap di rumah Shila. Karena mereka bersahabat baik, otomatis sudah sering kali Kia menginap di rumah ini. Tapi, mungkin ini akan jadi waktu terlamanya menginap di rumah sahabatnya itu.

"Shila, bener nih aku boleh numpang disini dulu?soalnya aku nggak enak sama keluarga kamu," ucap Kia saat memasuki kamar Shila.

"Kamu kenapa sih, jelas nggak apa-apa lah. Keluarga aku kan udah kenal kamu," jawab Shila menyeret koper Kia masuk ke kamarnya.

Kia memang sudah mengenal baik orang tua Shila. Shila sendiri tinggal berdua dengan kakaknya yang bernama Erik, sementara orang tuanya jarang sekali pulang ke rumah ini, karena mereka menetap di kota lain, di mana bisnis mereka berdiri.

"Kamu beneran mau sekamar sama aku, masih banyak lho kamar di sini buat kamu pilih."

"Iya, aku pengen sekamar saja sama kamu. Seperti biasa kalau aku menginap di sini, kita bisa ngobrol sebelum tidur."

Kia dan Shila sama-sama duduk di tepi ranjang.

"Jadi, kamu kapan mulai kuliah lagi?" tanya Shila.

"Aku belum tahu, sejujurnya aku belum siap dengan pemberitaan yang ada."

"Kamu sudah menemukan pengacara untuk kakakmu?"

"Sebenarnya sudah, dia pengacara yang dipilih kakakku untuk membantu masalahnya. Dia juga teman kakakku, tapi aku tidak punya cukup uang untuk membayarnya."

"Kamu bilang dia teman kakakmu, kenapa harus bayar?"

"Tidak ada yang gratis di dunia ini," ucap Kia.

Shila tertawa dengan ucapan sahabatnya itu.Tapi benar juga, mana ada pengacara gratis untuk suatu kasus. Biarpun teman, tetap harus bayar.

Kia menceritakan semua tentang pertemuannya dengan pengacara bernama Satria itu, termasuk tawaran satria untuk menjadikan Kia istri sirrinya.

"Kamu serius, pengacara itu bicara seperti itu sama kamu?" tanya Shila kaget dengan cerita Kia.

"Ya serius lah. Makanya, ini aku sedang memikirkan apakah ku terima saja tawarannya. Karena kalau aku tidak menerimanya, tidak ada yang mau membantu kakakku."

"Kenapa kamu tidak mencoba cara lain, bukan menjadi istrinya, tapi jadi pegawainya mungkin. Dengan begitu kamu bisa membayar jasanya untuk menangani kasus kakakmu."

"Biaya untuk membayar seorang pengacara tidaklah sedikit, apalagi untuk kasus berat seperti kakakku."

"Iya juga ya. Bisa-bisa seumur hidup kamu kerja sama dia buat melunasi hutang," jawab Shila terkekeh.

"Tapi kenapa harus nikah sirri?apa kamu mau dipoligami?" tanya Shila penasaran.

"Mana aku tahu, sebelum aku meminta penjelasannya, aku sudah pergi terlebih dulu. Aku tidak akan mau dipoligami untuk alasan apapun. Lagi pula, aku tidak ingin jadi orang ketiga dalam rumah tangga orang."

"Jangan bicara seperti itu, bagaimana jika memang takdirmu harus jadi istri kedua? Kamu tidak akan bisa melawan takdir," ucap Shila menakut-nakuti Kia.

Kia menepuk paha Shila dengan keras, hingga Shila mengaduh. "Jadi menurutmu, apa tidak ada jalan lain selain menjalani nikah sirri?"

"Ehm ...." Shila terdiam memikirkan pertanyaan temannya. Kia juga melakukan hal yang sama untuk mencari solusinya.

Shila dan Kia nampak berfikir, langkah apa yang akan diambil untuk menyelesaikan masalahnya. Di saat keduanya sedang memikirkan bagaimana caranya agar mendapatkan seorang pengacara untuk membantu kasus kak Keenan, asisten rumah tangga Shila memanggil mereka untuk makan siang. Katanya, kakak Shila yang bernama Erik itu sudah pulang dan menunggu mereka di meja makan.

Merekapun turun seperti permintaan kakak Shila.Ternyata memang Kak Erik pulang untuk makan siang.

"Kok tumben jam segini pulang Kak?" sapa Shila pada kakaknya.

"Tadi ada meeting di luar, terus ingat ada dokumen tertinggal di rumah, jadi mampir sekalian," jelas Erik.

Shila mengajak Kia untuk duduk bersama kakaknya. "Kak, Kia mau tinggal di sini sementara. Kakak tahu kan berita tentang kakaknya Kia dan perusahaan ayahnya?" ucap Shila yang mulai mengambil piringnya.

"Iya kak, kalau boleh saya mau minta ijin untuk tinggal di sini sementara," ucap Kia.

"Tentu saja boleh, Shila pasti akan senang kalau kamu tinggal di sini."

Nampak raut bahagia di wajah Kia dan Shila. Mereka pun makan dengan tenang tanpa bersuara.

🍁🍁🍁🍁

Di malam hari, Kia terbangun karena perutnya terasa mulas. Setelah dari kamar mandi, Kia turun untuk mengambil air hangat. Pikirnya air hangat akan bagus untuk perutnya yang baru saja menguras isinya.

Setelah meminum air hangat itu, Kia dikagetkan dengan sosok yang berdiri di belakangnya.

"Kak Erik," panggil Kia. "Sedang apa malam- malam begini?" tanyanya.

"Sama seperti mu, aku juga ingin mengambil minum."

"Oh ... kalau begitu Kia keatas dulu, kak," pamit Kia.

"Tunggu," sergah Erik untuk menghentikan langkah Kia.

Kia pun berhenti dan menoleh, di mana Erik berdiri. Erik terdiam memperhatikan Kia dari atas hingga bawah, entah apa yang ia pikirkan. Dan tatapan Erik membuat Kia menjadi risih.

"Ada apa Kak?" tanya Kia pada Erik yang tak kunjung berbicara.

"Ehm ... apa kamu butuh bantuan?" ucapnya melangkah mendekati Kia.

"Maksud Kak Erik apa?" tanya Kia yang benar-benar tak mengerti maksud pembicaraan Erik.

"Maksud ku, apa kamu butuh bantuan finansial?"

Kia bingung harus menjawab apa. Dia memang butuh bantuan finansial, tapi dia juga bukan orang yang tidak tahu diri. Sudah diterima untuk menumpang saja dia sudah senang, jadi tidak ada niatan dalam hatinya untuk meminta bantuan secara finansial.

"Tidak kak, terima kasih. Sudah diberi tempat tinggal saja saya sudah sangat bersyukur.

"Tidak apa-apa, aku akan sangat senang bisa membantumu." katanya pada Kia.

"Tidak, terima kasih kak. Maaf saya mau kembali ke kamar," pamit Kia yang langsung meninggalkan Erik. Sebenarnya Kia merasa tidak nyaman dengan pandangan Erik tadi. Erik menatapnya seolah ada niatan tidak baik yang tergambar dari tatapannya.

❤️❤️❤️❤️❤️

Terpopuler

Comments

🍁Ang❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

🍁Ang❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ

erik seperti nya jahat

2025-03-26

0

Kendarsih Keken

Kendarsih Keken

ya ampyunnn Kia ngenes bngt hidup mu

2023-06-15

1

ummy setiawati

ummy setiawati

Gadis pintar, ya gitu Kita jangan mau aja terima bantuan padahal ada udang dibalik bakwan itu.

2022-05-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!