Kia bersenandung saat keluar dari kamar mandi, masih dengan jubah mandinya dan handuk yang melilit di kepalanya. Kia sendirian di kamar ini, karena sang pemilik kamar sudah berangkat pagi-pagi sekali ke kampus.
Kia mengambil kopernya dan membukanya di lantai, ia mencari baju yang kemarin belum sempat ia rapikan. Saat ia sibuk berusaha memilih baju yang akan ia kenakan, Kia merasa ada yang sedang mengawasinya. Reflek, Kia menoleh ke arah pintu. Pintunya tidak tertutup rapat, Kia pun menghampiri dan akan menutup pintu itu sebelum muncul Erik dan langsung masuk ke kamar Shila.
"Kak Erik," panggil Kia. "Ada perlu apa ya, kak?" tanya Kia.
"Aku ingin bicara sama kamu," jawab Erik.
"I-iya, tapi ijinkan aku untuk berganti pakaian lebih dulu," ucap Kia halus, meski merasa sedikit takut. Erik memang pemilik rumah ini, tapi bukankah ini tidak sopan ketika ia masuk ke kamar orang lain tanpa ijin.
"Aku hanya sebentar," jawab Erik.
"Baiklah," ucap Kia.
"Aku serius dengan ucapanku semalam, aku bisa membantumu untuk membebaskan kakakmu dan juga perusahaan ayahmu untuk bangkit lagi."
"Benarkah, lalu imbalan apa yang kakak minta?" tanya Kia to the point. Kia merasa Erik tidak tulus membantunya, dia pasti menginginkan sesuatu dari Kia.
Erik menyunggingkan senyumnya. "Kamu gadis yang cerdas," puji Erik. "Karena kamu sudah bertanya, tentu saja aku harus menjawab." Erik kembali tersenyum miring.
"Kamu bisa jadi wanitaku, dan aku akan membantumu secara finansial untuk membayar pengacara demi membebaskan kakakmu," ucap Erik tenang.
Kia menarik nafasnya dalam. "Aku rasa aku tidak butuh bantuan dari orang seperti mu, aku akan menyelesaikan masalahku sendiri," tolak Kia tegas.
Erik melangkah maju mendekati Kia, sementara Kia mulai memundurkan langkahnya hingga ia tersudut di meja rias milik Shila.
"Apa kamu yakin bisa menyelesaikan masalahmu, sementara kamu tak memiliki apa pun," ucap Erik dengan nada menghina.
"Aku mungkin tak memiliki apa pun, tapi aku tidak akan menjadikan diriku j*langmu," geram Kia.
Erik tertawa mendengar ucapan Kia, seolah merendahkan. "Aku suka gadis sepertimu, yang menjunjung tinggi harga diri." Erik semakin mendekat dan menarik pinggang Kia, begitu dekat jarak antara Erik dan Kia, bahkan tubuh mereka hampir menempel. Dengan cepat Kia mendorong tubuh Erik, saat pria itu hendak menciumnya.
Satu tamparan Kia layangkan ke wajah kakak dari sahabatnya itu. Sangat keras, hingga pipi Erik memerah. Erik menggeram marah, bukan karena panas dan sakit di pipinya, tapi gadis di depannya ini sudah melukai harga dirinya sebagai laki-laki.
Erik menarik lengan Kia dan menghempaskannya begitu saja ke atas ranjang. Erik berusaha menindih Kia. Dengan segala cara, Kia melakukan perlawanan. Menolak Erik yang hendak menciumnya. Kia berusaha mendorong tubuh Erik, namun tangannya tak cukup kuat untuk membuat laki-laki itu menjauh dari tubuhnya. Tangan Kia berusaha meraih benda yang ada di atas nakas samping tempat tidur. Berharap menemukan sesuatu. Hingga tangannya menggapai benda keras yang langsung ia ambil dan ia pukulkan ke kepala Erik.
Erik mengerang kesakitan, karena pukulan dari miniatur patung liberty yang tadi Kia ambil. Erik memegangi kepalanya yang berdarah akibat pukulan Kia, sementara Kia tak melewatkan kesempatan ini untuk kabur.
Masih dengan jubah mandinya, Kia berlari menuruni tangga rumah itu. Berusaha untuk keluar. Kia menghentikan taksi yang melintas di depan rumah Shila. Tanpa Kia sadari, Kia menyebutkan alamat kantor firma hukum milik Satria, dan meminta supir taksi mengantarnya ke sana. Kia menangis sepanjang perjalanan. Bagaimana tidak, dia hampir saja dilecehkan oleh kakak dari sahabatnya.
"Sudah sampai, Mbak," ucap Pak supir menyadarkan Kia.
Kia melihat keluar jendela, terpampang gedung pencakar langit yang menjulang di depannya. Kia bingung kenapa dia diantar ke sini.
"Maaf, Pak, kenapa saya diantar ke sini?" tanya Kia bingung.
"Tadi Mbak sendiri yang menyebutkan alamat ini saat masuk mobil," jawab pak supir tak kalah bingung. Bagaimana bisa penumpangnya ini lupa, bahwa tadi saat memasuki mobil, penumpangnya menyebutkan alamat ini dan meminta membawanya ke sini.
Melihat wajah supir yang bingung, Kia pun hanya bisa mengulum senyum. Mungkin memang tadi dia mengucapkannya, karena kondisinya yang kalut.
"Terima kasih, Pak," ucap Kia yang akan keluar dari mobil.
"Mbak," sergah pak supir saat Kia memegang handle pintu hendak keluar.
Kia pun menoleh.
"Mbak belum membayar argonya," ucap pak supir kemudian.
Kia melirik ke arah argo taksi tertera, dan sadar ia tak membawa apa pun dari rumah Shila.
"Maaf, Pak, bisa tunggu sebentar nggak. Saya akan meminta uang dulu sama calon suami saya, dia bekerja di gedung ini," ucap Kia.
Pak supir itu memperhatikan Kia dengan seksama. Dengan jubah mandinya, tadi penumpangnya ini keluar rumah. Menghentikan taksinya, dan meminta diantarkan ke gedung perkantoran elite. Dan, sepanjang perjalanan penumpangnya ini terus menangis. Pak supir itu merunut kejadian dari awal dia bertemu penumpang anehnya ini, terbersit juga dipikirannya, mungkin penumpangnya ini kurang waras.
"Pak ... Pak," panggil Kia. "Bapak mau, 'kan, menunggu sebentar, saya tidak akan kabur. Kalau Bapak tidak percaya, Bapak boleh ikut saya naik ke atas, bertemu calon suami saya," ucap Kia meyakinkan.
Akhirnya, pilihan untuk mengikuti penumpangnya menemui calon suaminyalah yang dipilih oleh supir taksi itu. Dari pada harus menunggu tanpa hasil.
Kia ditemani supir taksi mulai melangkah masuk ke gedung perkantoran itu. Banyak mata menatapnya, tapi tak ia hiraukan. Kia terus berjalan memasuki lift dan menekan angka untuk membawanya ke kantor pengacara bernama Satria.
Saat pintu lift terbuka, Kia langsung menuju ke resepsionis dan menanyakan keberadaan Satria.
"Permisi, saya ingin bertemu dengan Bapak Satria," ucap Kia pada resepsionis.
"Maaf, Mbak. Bapak sedang ada meeting, dan tidak bisa diganggu. Kalau mau, Mbak bisa menunggu," jawab resepsionis itu.
Tanpa menjawab lagi Kia langsung naik ke atas di mana ruangan pengacara terkenal itu berada.
"Mbak ...," teriak resepsionis itu sambil mengikuti Kia yang setengah berlari menuju ruangan atasannya.
"Mbak ... Anda dilarang untuk masuk, Mbak," teriak resepsionis itu lagi. Namun terlambat, Kia sudah membuka pintu ruangan Satria. Seketika semua mata tertuju pada Kia yang telah mengganggu jalannya meeting mereka.
Semua menatap heran pada wanita yang masih memakai jubah mandi, dan dengan tidak sopan masuk tanpa permisi.
"Maaf saya mengganggu, saya hanya ingin bicara dengan Bapak Satria. Sebentar saja," ucap Kia yang semakin menambah heran anggota meeting yang menatapnya.
Menyadari bahwa rekan-rekannya sangat terkejut dengan kehadiran Kia, Satria pun bangkit dan mengajak Kia untuk ke ruangan yang lain. Satria meraih pergelangan tangan Kia dan membawanya pergi dari rekan-rekannya itu.
Satria langsung menutup pintu, begitu mereka berdua masuk.
"Apa yang kamu lakukan di sini," tanya Satria heran. Matanya tak lepas menatap penampilan Kia. "Dan apa yang kamu kenakan untuk datang ke sini, hah?" sambungnya.
Kia menatap dirinya sendiri. "Aku akan jelaskan nanti, sekarang berikan aku uang," ucap Kia.
Satria terkekeh mendengar ucapan Kia. "Siapa dirimu, berani meminta uang padaku?" jawab Satria sinis.
"Aku calon istrimu bukan, jadi apa salahnya aku meminta uang padamu. Dan itu hanya untuk membayar taksi yang sudah mengantarku kemari."
Satria menyunggingkan senyum miringnya. Ia menatap Kia dari atas hingga bawah. Tak ingin memperpanjang perdebatan, ia pun mengalah. "Tunggulah di sini, dan aku akan menyelesaikan meetingku lebih dulu," ucap Satria yang langsung pergi meninggalkan Kia.
"Jangan lupa bayar taksinya," teriak Kia.
Satria memberikan uang pada supir taksi yang dari tadi menunggunya di luar bersama resepsionisnya. Dan kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan meeting nya.
❤️❤️❤️❤️❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
dari pada di perko*a kakak nya Shila , mending jadi istri nya sang pengacara ya Kia
walau istri sirrii tapi masih punya setatus
2023-06-16
1
Nuris Wahyuni
rumit
2022-12-08
1
Nero Morvion
Waduhhh,, apa nggak salah paham itu rekan kantornya.
2021-07-10
1