LELAKI PENGGANTI

LELAKI PENGGANTI

PUTUSNYA BENANG PENGIKAT

Mencintai dengan hati dan jiwa, tak akan mengenal perpisahan. Sebab pisah hanya bagi mereka yang mencintai dengan mata.

Maira menyisir rambutnya yang masih separuh basah di depan cermin. Segaris senyum tergurat di bibir mungilnya. Wajah lonjong berkulit cerah tampak sumringah. Seakan ada hal yang membuat dunianya tampak lebih benderang.

"Bundaaa ...."

Satu panggilan halus mengusik lamunan Maira.

"Aaaa..., jagoan bunda sudah bangun rupanya!" seru perempuan itu.

Segera Maira beranjak dari duduk, menghampiri anak laki-lakinya yang masih mengucek-ucek mata di atas ranjang.

"Ayah mana...?" tanya si anak laki-laki.

Maira meraih anak yang berumur hampir 5 tahun itu dalam pelukan. Dielus rambut ikal dan tebalnya dengan penuh kasih sayang. "Semalam ayah kan, sudah pamit sama Oza. Ayah berangkat tugas sebelum subuh tadi. Jadi ...."

"Ayaaah...Oza masih pengen main sama ayah....huhuhuhuu...!"

Kata-kata Maira terputus oleh rengekan Oza.

"Sttt...cup... cup... cup, Oza ganteng ndak boleh nangis. Masak calon prajurit Garuda cengeng, sih?" hibur Maira sambil mengelus punggung anaknya.

Oza masih terisak di pelukan Maira. Anak itu masih belum puas menikmati kebersamaan dengan ayahnya. Setelah hampir dua bulan mereka berpisah, pertemuan yang hanya dua hari terasa hanya seperti mimpi.

"Sekarang Oza ambil wudhu terus sholat, ya," saran Maira sambil menegakkan tubuh anaknya. "Doakan ayah supaya terjunnya lancar, selamat, dan sukses. Oke?"

Tatapan Maira lekat pada anaknya. Senyum tak lepas dari bibir. Kedua tangannya diletakkan di bahu Oza. Kekuatan penuh cinta mengalir lewat sentuhan hangat seorang ibu pada anaknya.

Sruuut...! Oza menarik ingus yang terlanjur keluar dalam satu tarikan nafas. Lalu tangan mungilnya sibuk mengelap hidung yang merah. Anak itu mengangguk sebelum beringsut ke tepi ranjang.

***

Sepanjang hari dilalui Maira dengan bermalas-malasan. Diajaknya Oza bermain dalam kamar. Anak itu asyik memainkan legonya di sudut ruangan. Sedangkan Maira sendiri rebahan di ranjang dengan gawai tergenggam di tangan.

Kadang perempuan itu tersenyum-senyum sendiri, melihat gawainya. Hampir seharian ini dia chat wa dengan Galang suaminya.

Tring.

[Sudah makan belum, Yang?] Wa dari Galang.

Maira tersenyum sambil mengetik balasan. [Sudah. Mas sendiri sudah isi perut belum?]

[Nasi goreng di kereta. Mahal dan gak seenak buatanmu]. Emoticon sedih dilampirkan Galang.

Maira membalas dengan emoticon tersenyum dan pipi merona. Ditambah banyak lambang cinta berwarna merah.

[Masak apa hari ini, Yang?]

[Gak masak. Males, gak ada yang dimasakin]

[Lhah, si Garuda kecil kamu kasih apa? Kok gak masak?]

[Beli Sop di Bu Fajar]. Emoticon nyengir mengiringi.

[Dasar, malas!]. Ditambah emoticon marah.

[Capek, tauuk...! Semalam kan, lembur]. Ada emoticon mata berkedip satu, nakal.

[Heleh, segitu aja capek. Gimana nanti kalau aku cuti selesai sekolah. Seminggu, lhoo.... KUAT?]

Maira tergelak.

"Bunda, kenapa?" Oza terusik dengan suara tawa Maira.

"Ndaaak..., Ini lho, si ayah."

"Ayah...ayah...,.Oza mau ngomong sama ayah!" seru anak itu sambil berlari mendekati Maira.

Seraut wajah bergaris tegas muncul di layar gawai Maira. Senyumnya lebar, ketika Oza menyapa.

"Ayah...ayah..., ayah sampai mana?"

"Sampai mana ya, ini. Emmm...sampai di sawah-sawah," jawab Galang sambil mengalihkan kamera gawainya ke arah luar. Pemandangan sawah yang hijau tampak sekilas di layar gawai Maira.

"Sawah, ayah? Tempat main layang-layang ya, yah?"

"He em."

"Kapan ayah ajak Oza main layang-layang?"

"Emmm..., kapan, ya." Tampak Galang pura-pura menggaruk kepala kebingungan. "Nanti kalau ayah selesai sekolah, ya. Ayah dapat cuti, trus kita pulang ke rumah Eyang. Nanti kita main layangan sepuasnya di sana."

Mata Oza berbinar. "Bener, yah?"

Galang mengacungkan jempolnya.

"Jangan bohong lho, ya!" Telunjuk Oza menunjuk ke layar gawai. Bibirnya bersungut lucu.

"Ya, ndak lah. Masak bohong," jawab ayahnya sambil tertawa.

"Soalnya ayah sering bohong. Bilang mau pulang, tapi ndak pulang!"

Maira tertawa melihat kepolosan anaknya, dan Galang yang salah tingkah. "Ayah ndak akan bohong, sayang. Kalau ayah sering ndak jadi pulang, itu karena negara lagi butuh ayah. Kan, ayah Oza penjaga negara kita," jelas Maira, sambil mengelus rambut anaknya. Diciumnya ubun-ubun Oza dengan lembut dan sepenuh jiwa.

Jika orang terdekatmu adalah tentara, maka yang terdekat bagi dia bukan kamu, tapi negara.

***

"Bu Maira sakit?" tanya seorang anak perempuan berseragam TK. Rambut kuncir duanya bergoyang-goyang mengikuti gerak kepala.

"Oooh..., Kanya. Ndak..., ibu ndak sakit, kok," elak Maira sambil membetulkan letak duduknya.

"Soalnya dari tadi ibu diam saja. Mama Kanya kalau lagi sakit juga diam."

Analogi polos seorang anak usia TK membuat Maira tersenyum simpul. Dielusnya kepala anak itu.

"Kanya, kok ndak main sama temannya?" tanya Bu Diah yang sudah berdiri di samping tempat duduk Maira.

Kanya, murid Maira yang paling lincah itu mengangguk. Sejurus kemudian dia sudah berlari menuju ke arah teman-temannya yang bermain ayunan.

Maira menggeser duduk, memberi tempat untuk bu Diah, rekan kerjanya.

"Tapi, bener Bu Maira ndak sakit?" tanya Bu Diah. Tatap matanya menyelidik. Memandang wajah Maira dari samping. "Bu Maira terlihat pucat hari ini."

Maira tersenyum, menoleh pada Bu Diah. "Agak pusing sih, bu. Mungkin karena kurang tidur saja," jawabnya, sambil membetulkan letak jilbab.

Bu Diah bergeser mendekati Maira. "Memangnya om Galang ada di rumah?" bisiknya di telinga Maira. Mata Bu Diah mengerling penuh arti.

Maira tertawa kecil. "Ih, Bu Diah ini!" katanya, sambil mencubit pelan paha Bu Diah. "Aku memang bangunnya kepagian, gara-gara Mas Galang telpon jam tiga pagi. Padahal baru saja aku mau tidur lagi habis tahajud. Jadi ndak bisa tidur sampai pagi, Bu."

"Kangen, diaaa...!" goda bu Diah. "Masih sekolah terjun di Bandung, kan?"

Maira tersenyum sambil mengangguk. Matanya menerawang, menatap anak-anak didik yang bermain di halaman sekolah. Ingatannya melayang pada telepon Galang pagi buta tadi.

"Nanti aku loncat lagi, Yang," kabar Galang.

Maira menguap. "Heem...iya...." jawabnya sambil menahan kantuk.

"Eh, masih ngantuk, ya?" tanya Galang dari seberang sana. "Bangun, sholat tahajud dulu!"

"Sudaaah...! Ini lagi mau balik tidur lagi."

"Eits, jangan!" cegah Galang. "Ndak baik balik tidur lagi. Ngaji Qur'an sana!"

"Ini masih jam tiga, maas...," Maira merajuk. "Besok aku harus ngajar. Bisa ngantuk di kelas nanti."

Galang tertawa. "Ya, sudah. Minta doanya saja ya, Yang. Mudah-mudahan terjunku hari ini lancar."

"Ya, pastilah selalu didoakan."

"Kamu juga jaga diri baik-baik, jaga kesehatan."

"Iyaaa...!" jawab Maira masih dengan sisa jengkel. Rasa kantuk menggelayut berat di matanya.

"Nitip Oza. Jaga baik-baik Garuda kecil kita," pesan Galang. "I love you...mmuuach!"

Tak sempat Maira menjawab, Galang sudah menutup teleponnya.

Maira menghela nafas. Tak biasanya Galang telepon sepagi itu. Meskipun suaminya itu sudah bangun untuk persiapan berangkat terjun, tapi dia tak pernah mengganggu Maira dengan telepon di pagi buta. Biasanya setelah istirahat siang, Galang baru menghubungi istrinya.

Maira bermaksud melanjutkan tidur setelah mendapat telepon dari Galang. Namun hingga pagi, matanya tetap tak mau terpejam. Menyisakan rasa pening di kepala.

Semakin siang kepala Maira semakin berdenyut. Tidak biasanya dia seperti ini. Meskipun kurang tidur, Maira tak pernah merasakan sakit kepala seperti sekarang.

Perempuan itu memutuskan untuk tidak pulang ke rumah dinas tempat tinggal mereka. Dia bermaksud menghabiskan hari di rumah orang tuanya. Setidaknya di sana akan ada yang membantu mengawasi Oza saat Maira tidur untuk meredakan sakit kepala.

"Hati-hati ya, Bu Maira!" pesan Bu Diah ketika Maira mulai melajukan motornya.

Oza tampak duduk tenang di kursi khusus boncengan anak. Dia asyik memegang kincir kertas hasil kegiatan prakarya di kelas tadi. Sesekali anak itu bertanya tentang beberapa hal yang dia lihat di jalan.

Rumah orang tua Maira berada di pinggiran kota Yogyakarta. Bertetangga dengan rumah orang tua Galang juga. Tak sampai setengah jam jaraknya dari rumah dinas di komplek Lanud Adisutjipto.

"Wuaaa..., Tole cucuku kesiniii...!" seru Bu kusno, ibu Maira. "Ada apa Mai, kok ndingaren kesini?" tanyanya, sambil mengangkat Oza dari boncengan.

Maira memijit-mijit kepalanya. "Agak pusing, Bu. Aku mau numpang istirahat di sini, sekalian nitip ngawasin Oza, ya Bu."

Tak perlu diminta dua kali, perempuan tua itu segera mengajak cucunya ke dapur untuk diambilkan makanan. Kalau sudah begini, anak perempuannya sendiri terlupakan. Maira menggeleng-gelengkan kepala.

Ibunya memang sangat sayang pada Oza. Anak itu satu-satunya cucu yang dimiliki ibunya sekarang. Karina, adik dan saudara kandung Maira satu-satunya, belum menikah.

Jam 14.13, gawai Maira berbunyi. Perempuan itu masih terpejam matanya, sementara tangan meraih gawai di atas nakas.

"Haloo...," sapanya dengan suara serak.

"Mbak Mai." Suara Karina terdengar dari seberang. Adik Maira itu bekerja di Jakarta.

"Heeem...," jawab Maira malas. Matanya masih tetap terpejam.

"Mbak sudah lihat tv belum?"

"Apa, to?" Maira jengkel. Matanya masih enggan terbuka. "Aku lagi tidur ini. Kepalaku pusing dari tadi pagi. Ini aku di rumah ibu."

"Mbak...coba, mbak lihat TV dulu!"

Mau tak mau mata Maira membuka. Dia bangkit dari tidur sambil menggerutu pelan. "Opo to, yooo...kamu ini ngganggu tidur mbak saja!"

"Cepet lah, mbak!"

Maira menyeret kakinya menuju ruang tengah. Gawai masih tertempel di telinga. Namun langkah perempuan itu terhenti tepat di depan TV. Dari ruang tengah di lihatnya ada tamu berseragam loreng tentara. Ibu dan bapak tampak duduk berhadapan dengan tamu itu.

Maira mengerjapkan mata, mencoba menajamkan penglihatan. "Om Bayu?" bisiknya.

Bayu adalah teman satu letting Galang. Bahkan juga teman akrab dan sudah dianggap saudara. Lelaki itu sering ke rumah dinas Galang, dan mengajak main Oza. Meski dia sendiri sampai sekarang memang belum menikah.

"Om Bayu, ada apa kesini?" seru Maira, sambil melangkah ke ruang tamu.

Sambungan telepon dengan Karina dia putuskan. Rencana menyalakan TV juga dia urungkan.

Bayu berdiri menyambut Maira. "Apa kabar, jeng?" tanya laki-laki itu sambil mengulurkan tangan.

Maira menyambut tangan Bayu dengan raut kebingungan. Perempuan itu semakin bertambah bingung ketika melihat kedua orang tuanya terlihat sembab matanya.

"Ada apa ini?" tanyanya, semakin penasaran bercampur panik.

Bayu menghela nafas. Dibimbingnya Maira supaya duduk di kursi.

"Jeng, sudah dengar kabar belum?"

"Apaaa?" seru Maira, semakin bingung.

Kembali Bayu menghela nafas. "Anu, jeng...pesawat...yang dinaiki Galang untuk latihan terjun...kecelakaan."

Terpopuler

Comments

Aisha Nur Asyifa

Aisha Nur Asyifa

dari awal dah bagus alur ceritanya. Semangat author..💪💪💪

2021-10-04

2

Mrs.Kristinasena

Mrs.Kristinasena

mampiiirrr..semoga ga mengecewakan

2021-09-10

0

Chida

Chida

sudah lama mo baca ini... akhirnya teringat kembali... hai Thor tadi kita bertemu di FB 😂 aku lanjut baca dulu yaaaah.. jangan tungguin komen aku...tungguin like aja... bagaimana aku bisa komen kali penulis nya terfavorit di hati 😘😘

2021-03-18

1

lihat semua
Episodes
1 PUTUSNYA BENANG PENGIKAT
2 YANG PERGI TAK KAN KEMBALI
3 LEMAH RASA, LEMAH RAGA
4 KEMBALINYA HARAPAN
5 BISIK BERISIK TETANGGA
6 LAYANG-LAYANG TANPA BENANG
7 BAPER
8 BERTEMU MANTAN
9 HIGH RISK HIGH PROVIT
10 LANGKAH AWAL
11 PAKDHE JANU
12 CINCIN 1
13 CINCIN 2
14 DI ANTARA MEREKA
15 RENCANA EYANG HARTINI
16 TERJEBAK KENANGAN SEKATEN
17 INSIDEN
18 BERANGKAT TUGAS
19 PIKNIK TIPIS-TIPIS TAPI MANIS
20 PAMITAN
21 PELUANG UNTUK HANAN
22 HANAN IN ACTION
23 OZA SAKIT RINDU
24 AFEKSI SEMU
25 KECEWA
26 MENGALIHKAN KESEDIHAN
27 TERJEBAK HANAN
28 RAHASIA YANG TERBONGKAR
29 PERANG SAUDARA
30 MENUNDA BAHAGIA
31 PEMBICARAAN ANTAR LELAKI
32 SIAPA KUNCINYA?
33 BANDUNG JOGJA SALING BERPACU
34 HARAPAN JANU
35 KAMU YANG TAK PEKA, ATAU AKU YANG GAGAL MENGUNGKAP RASA
36 BERI AKU WAKTU
37 LAMARAN GANDA
38 PECUNDANG DAN PEMENANG
39 VINA
40 TERGUMUL RAGU
41 VINA UNJUK TARING
42 TAMU TAK DIDUGA
43 TRAUMA HANAN
44 MELARIKAN DIRI KE KLUB MALAM
45 JACK SPION DAN SI BLONDE
46 SELINTAS TENTANG JANU DAN UPAYA BU SINTA
47 BU SINTA BERAKSI
48 BUJUKAN BU SINTA
49 SI SEKSI RATIH
50 KEJUTAN DI PAGI BUTA
51 IJIN, BAYU MELAPOR!
52 SIAPA YANG MELAMAR?
53 PERSAINGAN
54 PENGUMUMAN
55 GAMANG MELANGKAH
56 VINA IS BACK
57 SINYAL SOS VINA
58 RASA YANG LAIN
59 BANDUNG I AM COMING
60 GODAAN DI ROOFTOP
61 PENGUMUMAN
62 KEBEJATAN YANG TERBONGKAR
63 MISI MENYELAMATKAN KEKASIH
64 MISSION COMPLETE
65 MENJINAKKAN KAIN BERENDA
66 NASI GORENG KERETA
67 TITIPAN BU HARTINI
68 LAMARAN BUKAN ABAL-ABAL
69 SIKAP PUSH UP!
70 DICIDUK
71 KONTAK BATIN
72 TAHANAN CINTA
73 LOBI TINGKAT LETKOL
74 PEREDAM ITU BERNAMA ADITYA
75 LUGUNYA CINTA, KONYOLNYA RASA
76 MAAFKAN MAMI
77 SATU PERSATU SIMPUL TERURAI
78 SANGKUR PORA, AWAL KISAH BAHAGIA
79 MENAHAN SENJATA TERKOKANG (EXTRA PART)
80 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 80 Episodes

1
PUTUSNYA BENANG PENGIKAT
2
YANG PERGI TAK KAN KEMBALI
3
LEMAH RASA, LEMAH RAGA
4
KEMBALINYA HARAPAN
5
BISIK BERISIK TETANGGA
6
LAYANG-LAYANG TANPA BENANG
7
BAPER
8
BERTEMU MANTAN
9
HIGH RISK HIGH PROVIT
10
LANGKAH AWAL
11
PAKDHE JANU
12
CINCIN 1
13
CINCIN 2
14
DI ANTARA MEREKA
15
RENCANA EYANG HARTINI
16
TERJEBAK KENANGAN SEKATEN
17
INSIDEN
18
BERANGKAT TUGAS
19
PIKNIK TIPIS-TIPIS TAPI MANIS
20
PAMITAN
21
PELUANG UNTUK HANAN
22
HANAN IN ACTION
23
OZA SAKIT RINDU
24
AFEKSI SEMU
25
KECEWA
26
MENGALIHKAN KESEDIHAN
27
TERJEBAK HANAN
28
RAHASIA YANG TERBONGKAR
29
PERANG SAUDARA
30
MENUNDA BAHAGIA
31
PEMBICARAAN ANTAR LELAKI
32
SIAPA KUNCINYA?
33
BANDUNG JOGJA SALING BERPACU
34
HARAPAN JANU
35
KAMU YANG TAK PEKA, ATAU AKU YANG GAGAL MENGUNGKAP RASA
36
BERI AKU WAKTU
37
LAMARAN GANDA
38
PECUNDANG DAN PEMENANG
39
VINA
40
TERGUMUL RAGU
41
VINA UNJUK TARING
42
TAMU TAK DIDUGA
43
TRAUMA HANAN
44
MELARIKAN DIRI KE KLUB MALAM
45
JACK SPION DAN SI BLONDE
46
SELINTAS TENTANG JANU DAN UPAYA BU SINTA
47
BU SINTA BERAKSI
48
BUJUKAN BU SINTA
49
SI SEKSI RATIH
50
KEJUTAN DI PAGI BUTA
51
IJIN, BAYU MELAPOR!
52
SIAPA YANG MELAMAR?
53
PERSAINGAN
54
PENGUMUMAN
55
GAMANG MELANGKAH
56
VINA IS BACK
57
SINYAL SOS VINA
58
RASA YANG LAIN
59
BANDUNG I AM COMING
60
GODAAN DI ROOFTOP
61
PENGUMUMAN
62
KEBEJATAN YANG TERBONGKAR
63
MISI MENYELAMATKAN KEKASIH
64
MISSION COMPLETE
65
MENJINAKKAN KAIN BERENDA
66
NASI GORENG KERETA
67
TITIPAN BU HARTINI
68
LAMARAN BUKAN ABAL-ABAL
69
SIKAP PUSH UP!
70
DICIDUK
71
KONTAK BATIN
72
TAHANAN CINTA
73
LOBI TINGKAT LETKOL
74
PEREDAM ITU BERNAMA ADITYA
75
LUGUNYA CINTA, KONYOLNYA RASA
76
MAAFKAN MAMI
77
SATU PERSATU SIMPUL TERURAI
78
SANGKUR PORA, AWAL KISAH BAHAGIA
79
MENAHAN SENJATA TERKOKANG (EXTRA PART)
80
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!