Meski aku tidak berniat menjadikanmu pacar, tetap saja aku tak rela jika kamu dimiliki orang lain. – Dandelion –
"Hah? Kok nggak bilang-bilang sih. Kebiasan deh, nyebelin banget sih!" Protes Dandelion begitu mendengar kabar bahwa Altar ke Jakarta. "Berapa hari?"
"Hmm, tiga hari mungkin. Bisa jadi lebih lama." Jawaban Altar membuat cewek itu semakin tak bersemangat.
"Yah, trus aku gimana dong kalau nggak ada Bang Altar?"
Hening.
Tak ada jawaban. Entah apa yang dipikirkan Altar di seberang sana. Hingga suara cowok itu membuatnya lunglai.
"Jemputanku datang, udah dulu ya Dandelion."
Tuutt...
Sambungan telepon terputus. Dandelion mendengus kesal. Pasti Mbak Gita yang menjemputnya. Ia kenal cewek itu. Dia dulu satu SMA sama Mas Putra dan Altar. Kabarnya dulu Gita dan Altar juga pernah sempat dekat, tapi belum sampai jadian. Kerena Gita memutuskan untuk kuliah seni di Jakarta. Sedangkan Altar tetap meneruskan kuliahnya di Surabaya. Sialnya setelah lima tahun berlalu Altar dan Gita dipertemukan oleh pekerjaan. Bahkan kini cewek itu menjadi manajer Altar dan mengatur semua jadwalnya. Entah mengapa Dandelion menjadi kesal. Terlebih kini tidak ada orang yang bisa menemaninya mencari buku refrensi tambahan untuk bahan skripsinya kelak.
Arghh...
Dandelion mengerang kesal. Dibantingnya tubuhnya ke atas kasur. Pesan yang dikirim ke Mas Putra juga belum mendapat balasan. Menghubungi Kevin pun percuma. Sejak insiden tadi malam – saat Dandelion tidak menjawab telepon cowok itu dan memilih tidur – mereka tidak lagi berkirim pesan. Paling juga Kevin sibuk dengan cewek lain. Dan Dandelion sudah menyiapkan cara termanis untuk memutuskan hubungan mereka.
Ting...
Kevin Alfaro
Hei, lo dimana?
Dandelion
Di rumah.
Kevin Alfaro
Bisa kita ketemu? Ada hal yang mau gue omongin? Sempatkan waktu ya.
Nggak akan lama kok.
Dandelion
Kalau lo mau ketemu gue cuma buat bilang putus, nggak usah repot-repot deh. Kita udahan aja.
Kevin Alfaro
Kok lo bisa tahu sih gue mau kita udahan?
Dandelion gemas membaca balasan Kevin. Siapa di jurusan Sastra Indonesia yang nggak kenal dia. Bahkan satu kampus pun, Dandelion yakin juga pasti mengenal cowok itu. Bukan karena tabiat baiknya, tapi predikat playboy yang disematkan di belakang namanya. Dandelion tahu itu. Dan mengorbankan waktunya demi berkencan dengan Kevin hanya karena penasaran gimana rasanya pacaran dengan playboy kampus. Toh banyak juga yang menganggapnya playgirl karena sering ganti gebetan. Jadi klopkan jika si playboy dan playgirl berkencan. Dandelion hanya menunggu waktu berapa lama hubungan mereka bisa bertahan. Dua bulan. Lumayan juga, padahal Nenti - sahabat karibnya - bertaruh hanya satu minggu.
Dandelion
Oke, berarti fine kita udahan ya.
Balas Dandelion pada akhirnya. Tidak ada balasan dari Kevin. Mungkin cowok itu kini sudah berpindah ke lain kembang dengan melancarkan rayuan gombal. Mengingat hal itu, Dandelion tertawa geli. Sebenarnya cowok itu jago juga membuat puisi yang sering kali menjadi senjata PDKT. Tampangnya juga bisa digolongkan ganteng. Ganteng banget malah. Paduan yang pas jika disandingkan hobinya berdeklamasi di hadapan para cewek. Tapi yang tak pernah Kevin tahu, semua rayuannya pada Dandelion dianggap angin lalu. Meski dulu cewek itu dengan lihainya memainkan peran seperti dimabuk cinta di depan Kevin.
Sepi.
Tak ada lagi notifikasi dari gawai Dandelion. Cewek itu mendadak bosan dan ingin menghilang dari kamarnya. Apalah daya, Altar pergi ke Jakarta dan Mas Putra belum ada tanda-tanda membalas pesannya. Mengajak Nenti pun purcuma, cewek itu pasti sedang kencan dengan Rei, pacarnya.
Dandelion memutuskan untuk membuka akun instagramnya. Hal pertama kali yang muncul di berandanya adalah postingan baru Kevin bersama seorang cewek. Maryam, anak semester tiga yang juga aktif di organisasi jurusan.
"Jeli juga mata Kevin," komentar Dandelion menahan tawa geli.
Tangannya berselancar lagi di layar gawai. Melihat postingan terbaru teman-temannya maupun beberapa akun yang diikutinya. Tiba-tiba moodnya rusak saat melihat postingan terbaru Altar bersama seorang perempuan. Gita Andromeda.
Dandelion mengutuk dirinya, mengapa harus melihat foto itu saat moodnya sedang tidak baik. Kesal, cewek itu melempar gawainya ke sembarang tempat.
***
Pukul 07.00 malam saat Mas Putra sampai di rumah. Wajahnya terlihat lelah. Dandelion yang sedang makan malam bersama ayah dan bunda bahkan tak berani menyapanya sampai tatapan mereka bertemu.
"Sori ya Dek, nggak sempat balas WA kamu. Kenapa nggak minta antar Bang Altar?"
"Sibuk, lagi ketemu cewek cantik," balas Dandelion membuat seluruh mata yang ada di meja makan menatapnya.
"Kenapa liatin aku gitu sih?"
"Itu tadi, siapa cewek cantik yang kamu maksud?" Tanya Bunda antusias. Atau mungkin terlalu kepo. Entahlah, Dandelion tak ambil pusing. Sebagai jawaban, ia hanya mengendikkan bahu. "Ih, kamu itu ngasih informasi setengah-setengah. Nanti jadi hoax loh," imbuh Bunda masih mencoba mengorek informasi dari putrinya.
"Mbak Gita," jawab Dandelion pada akhirnya. Di seberang Mas Putra hanya menahan senyum mendengar jawaban adiknya.
"Oh, kalau Gita sih bukannya cantik Mbak, tapi cantik banget," komentar Bunda pada teman masa SMA anak sulungnya. "Ya 'kan Mas? Bunda setuju kok kalau kalian pacaran lagi."
“Iya Ayah juga sependapat sama Bunda. Mau sampai kapan sih kamu gonta-ganti pacar tapi hati kamu masih buat Gita? Lebih baik kayak Altar tuh. Sekalian nggak pernah pacaran.”
“Itu sih karena Altar anak kebanggaan Ayah aja,” balas Mas Putra mengulum senyum.
Haahh?!
Pembicaraan ketiga orang dewasa itu tak dipahami oleh Dandelion. Otaknya berputar cepat menanggapi kalimat bunda. Bahkan ayah yang irit bicara sekali pun kini turut berkomentar. Bukannya tadi dia bahas tentang Altar dan Gita, ini kok malah ditawarkan ke Mas Putra? Salah skenario apa gimana? Dan bunda bilang,"setuju kalau kalian pacaran lagi." “Kalian” ini maksudnya Mas Putra sama Gita atau bagaimana? Tapi kok bisa-bisanya sih Dandelion luput dari kisah percintaan kakaknya itu? Padahal tidak ada satu pun mantan Mas Putra yang lolos dari radarnya sekali pun mereka jalan diam-diam alias backstreet.
"Ini kapan ceritanya Mas Putra sama Mbak Gita jadian? Aku kok nggak tahu sih Mas?" Tanya Dandelion demi rasa penasaran yang harus tersalurkan. Putra hanya tersenyum kecil.
"Udah dulu banget Dek, zaman masih ABG. Sebelum Mbak Gita kuliah ke Jakarta."
Tunggu, tunggu. Sebelum Gita kuliah ke Jakarta? Bukannya waktu itu Gita dekatnya sama Altar? Kok Mas Putra bilang jadiannya waktu itu?
"Jadi Mbak Gita pacaran sama Mas Putra dan Bang Altar?" Tanya Dandelion tak bisa mencegah rasa penasarannya. Pertanyaan konyol itu memancing tawa Mas Putra agak kencang. Bahkan bunda sampai memukul kepalanya akibat pertanyaan tak masuk akal yang meluncur begitu saja dari bibirnya.
"Ya nggak Dek, Altar nggak pacaran sama Mbak Gita. Kok ada pikiran kayak gitu gimana ceritanya?"
Wajah Dandelion bersemu merah muda. Entah mengapa ada perasaan lega dalam dadanya mengetahui fakta baru jika Altar dan Gita memang tak pernah dekat untuk pacaran. Dadanya menggelembung. Ada perasaan bahagia yang meletup-letup.
"Nggak, dulu 'kan sering bareng kemana-mana. Kira-kira aja. Bunda, Ayah, Mas Putra, aku ke kamar dulu ya. Makasih Bunda makan malamnya," pamit Dandelion. Cewek itu segera berlari ke kamarnya dan menyambar gawai di atas nakas. Ia menulis jendela obrolan dan menulis pesan singkat.
Dandelion
Cepat pulang, aku kangen!
Centang dua.
Biru.
Hati Dandelion melambung. Meski tidak berniat menjadikan Altar pacarnya, tetap saja ia tak rela jika cowok itu dimiliki orang lain. Nanti siapa yang akan mengantar-jemputnya demi lolos dari aturan kejam Mas Putra?
***
Ting...
Altar baru saja membuka mata saat satu pesan dari Dandelion diterima. Akibat rasa capek setelah diajak Gita ke sebuah mall demi mencari sesuatu untuk Putra, Altar memilih beristirahat di hotel. Ia menolak saat Gita mengajaknya makan siang. Alhasil, kini perutnya terasa perih akibat lapar.
Cowok itu menggulirkan layar hp. Wajahnya terasa panas saat membaca pesan Dandelion meski ia yakin cewek itu sengaja mengiriminya chat demi kepentingannya sendiri. Supaya tetap bisa jalan dengan cowoknya tanpa sepengetahuan Putra misalnya.
Meski sudah ditamparkan pada kenyataan itu, tetap saja Altar tak bisa memungkiri jika jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Memberikan efek pesta kembang api di dasar perutnya. Apa boleh Altar berharap lebih dan melupakan kenyataan pahit setelahnya.
Altar Adhyaksa
Kangen aku atau Kevin?
Alasannya hanya satu, Dandelion tak mungkin bisa keluar kampus dengan Kevin jika tak ada Altar sebagai penjamin yang akan mengantarnya pulang.
Dandelion
Udah putus gue sama dia. Nggak pantes diperjuangin. Cuma buat selingan aja.
Ada perasaan lega yang tiba-tiba tumbuh semakin subur. Mata Altar sampai melotot saat membaca balasan Dandelion. Tapi cowok itu berusaha tidak menunjukkan kebahagiaannya.
Altar Adhyaksa
E buset, itu hati apa terminal Non? Banyak banget yang datang dan pergi.
Dandelion
Bukan terminal Bang, tapi halte. Capek gue diomelin mulu sama Bang Altar kalo dia bawa pengaruh buruk.
Altar Adhyaksa
Nah gitu dong, kan cakep. <3
Dandelion
Nggak ada uang receh Bang, sori. :D
Kalo pulang traktir gue makan enak ya. Kan lo habis ngasih materi Bang. Dapat honor dong pasti.
Altar Adhyaksa
Ngasih materi aja belum, ini udah kena palak aja.
Altar tersenyum ketika mengirim balasan untuk Dandelion. Jangankan makan enak, minta ke KUA buat dihalalin pun Altar rela kok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Linggarini
mengalir...oke nih gaya bahasany
2021-06-07
0
novie lou
cool banget ya senimannya...eh bang Altar nya😱
2021-03-06
0
Violet Agfa
aseeekkkkk.....
xg kurang visual nyaaa thoorrr
2020-08-04
0