Bang Altar bukanlah tipe cowok yang ingin kukencani, tapi entah mengapa selalu membuatku terpikat untuk berlama-lama menikmati wajah seksinya. – Dandelion –
Dandelion merebahkan tubuhnya di sofa ruang tamu begitu sampai rumah. Sedang Altar memutuskan untuk langsung pamit saat melihat mobil Putra belum terlihat di garasi. Sudah pukul 09.30 malam. Sebagian lampu sudah dipadamkan. Menyisakan teras rumah dan ruang keluarga yang dibiarkan menyala karena ayah dan bunda masih menonton TV berdua. Menonton acara talk show yang menjadi favorit mereka.
Cewek itu merasa tubuhnya remuk setelah hampir seharian beraktivitas di kampus. Bukan berarti semester tua lantas bisa berleha-leha. Justru semester tua membuatnya semakin sibuk di kampus. Untung ia telah melewati masa-masa KKN. Jadi bisa fokus pada perencanaan skripsinya. Meski kenyataannya Dandelion sering sekali di-PHP oleh dosen pembimbingnya.
Kata Altar sih, itu karena kesalahannya sendiri. Sering menunda-nunda pekerjaan hingga menyebabkan dirinya terseok-seok. Padahal ia sudah berusaha datang tepat waktu sesuai jam janjian dengan dosen pembimbing. Yah, walaupun tak bisa Dandelion pungkiri bahwa sebelumnya ia memilih pergi kencan dengan Kevin – pacarnya.
Huffttt... Altar hanya tidak tahu saja bagaimana usahanya selama ini mengejar ketinggalan.
Suara tawa ayah dan bunda terdengar dari ruang tamu saat Dandelion memutuskan untuk berpindah tempat. Tubuhnya benar-benar butuh diistirahatkan. Besok ia pun harus ke kampus pagi-pagi demi mengikuti kelas Sastra Bandingan. Terlebih kelas yang diikuti sering kali membuat otaknya panas. Apa lagi dosennya – Bu Ambar – selalu memberi tugas esai setelah membandingkan karya sastra yang dibahas di kelas.
“Malam Ayah, Bunda, aku pulang,” sapa Dandelion tak bersemangat saat melewati ruang keluarga. Bunda yang lebih dulu menyadari kehadirannya menengok ke belakang putri semata wayangnya.
“Loh sendirian Mbak, Mas Putra mana?” tanya Bunda saat menyadari Dandelion pulang seorang diri. Padahal tadi bunda berpesan pada anak sulungnya untuk menjemput adiknya sekalian.
“Mas Putra masih sibuk tadi Bun.”
“Terus kamu pulang sama siapa?” kali ini Ayah ikut nimbrung dan melupakan sejenak acara TV yang mereka tonton.
“Om Altar, siapa lagi sih Yah yang bakal dipercaya Mas Putra buat jemput aku. Punya pacar juga nggak diizinin ngantar pulang sama Mas Putra,” protes Dandelion karena selalu dianggap seperti anak kecil di rumah ini. Padahal ia masih punya seorang adik yang kini duduk di bangku SMA. Yah, sekali pun dia tidak tinggal di rumah ini karena diasuh oleh adik ayah sejak kecil sih. Kan tetap saja ia bukan sosok paling kecil di keluarga ini.
“Kok kamu manggilnya om sih, Jani?” Ayah masih memburu Dandelion dengan pertanyaan.
Keluarganya memang memanggil Dandelion dengan nama belakang. Jani, Senjani. Jika dipikir-pikir memang hanya Altar yang memanggil nama depannya. Katanya nama itu cocok dengan karakternya yang ceria dan selalu
ingin bebas tanpa terkekang. Seperti bunga Dandelion yang terbang tertiup angin.
Dan cewek itu tak masalah orang mau memanggilnya apa. Dulu ia juga pernah dipanggil Sastra oleh teman-temannya. Apa lagi saat cewek itu sering mewakili sekolah untuk mengikuti lomba baca puisi maupun penulisan. Sedang bunda memanggilnya mbak untuk menggantikan saudara bungsunya.
“Mbak, kok ngelamun sih. Ditanya Ayah juga,” suara Bunda membuyarkan lamunannya.
“Eh iya Ayah, kenapa?”
“Duh Jani, jangan kebanyakan ngelamun kamu. Bahaya. Jadi kenapa itu, Altar kamu panggil Om?” ulang Ayah karena Dandelion tak mendengar ucapannya.
“Ya habisnya, jambangnya dibiarkan lebat gitu. Kayak om-om kan jadinya.”
“Terus mana sekarang, kok nggak diajak masuk dulu Altarnya?” Kali ini bunda yang menimpalinya dengan pertanyaan lain.
Dandelion membuang napas panjang. Ia capek, ingin segera tidur. Tapi sepertinya kedua orang tuanya itu masih ingin menahannya berlama-lama di ruang keluarga.
“Udah pulang Bunda, Jani capek mau istirahat. Makanya dia langsung pulang.”
“Kamu usir ya?” tanya Bunda membuat mata Dandelion melotot. Bagaimana mungkin ibunya menanyakan pertanyaan ajaib seperti itu.
Memang bunda paling sayang dengan teman Mas Putra yang satu itu. Bukan tanpa alasan. Sosok Altar selalu mengingatkan bunda dengan mediang sahabatnya, Om Baskoro. Makanya bunda selalu senang jika Altar menyempatkan mampir setelah mengantar Dandelion pulang atau sekadar ngumpul bersama Putra dan kawan-kawan lainnya.
“Bunda jangan mulai deh. Mana mungkin sih Jani main usir aja.”
“Terus kenapa tuh kok langsung pulang nggak mampir dulu?”
“Ish, Bunda nih. Mana aku tahu. Udah ah aku mau tidur, capek.” Pamit Dandelion tanpa memedulikan bunda yang memanggilnya.
“Gimana sih kok malah kabur?”
Masih terdengar samar suara bunda yang mempertanyakan sikap Dandelion.
***
Ekspektasinya, Dandelion akan segera tidur saat sampai di kamar. Realitanya, cewek itu masih tafakur memainkan layar gawai. Tangannya berselancar di media sosial untuk mengetahui hiruk-pikuknya dunia.
Sebenarnya ada hal lain yang mengusik perasaan Dandelion. Sejak pulang dari kampus, Kevin – cowok yang sedang ia kencani saat ini hingga melalaikan jadwal bimbingan perencanaan skripsinya – belum juga membalas pesan yang ia kirimkan sejak tadi. Padahal status di jendela obrolan mereka menunjukkan jika cowok itu sedang online. Membuat mood Dandelion yang buruk semakin parah saja.
Kevin <3
Kevin, kamu kemana sih?
Hallooo...
Kevin
Kevin
Dandelion mengirim serangan chat agar mendapat perhatian dari cowok itu. Kenyataannya tak satu pun pesannya yang dibalas. Dandelion bisa menduga, Kevin sedang PDKT dengan cewek lain. Sejak awal pun ia tak berharap banyak dengan hubungan mereka. Dandelion hanya penasaran bagaimana rasanya pacaran dengan seorang playboy. Bahkan Nenti – sahabatnya – menganggapnya gila karena suka bermain-main dengan perasaannya sendiri.
Lelah menanti, Dandelion membuka ruang obrolan dengan Altar. Tapi tak ada tanda-tanda cowok itu sedang online. Apa mungkin cowok itu meneruskan lukisannya? Tadi Altar bilang ingin meneruskan lukisannya yang sempat terbengkalai karena ia kehilangan mood.
Iseng, Dandelion membuka photo profile sahabat kakaknya itu. Foto setengah badan yang mengekspos wajah Altar dengan goresan ketegasan di pipinya itu, entah mengapa membuat Dandelion tersipu malu.
Altar bukanlah tipe cowok yang ingin dikencaninya, tapi entah mengapa ia selalu terpikat untuk berlama-lama menikmati wajah seksinya. Apalagi sepasang mata coklat yang dinaungi alis lebat yang tercetak sempurna di wajah Altar. Juga bibir yang entah bagaimana bisa selalu merah meski cowok itu perokok berat. Belum lagi rambut ikalnya yang dibiarkan memanjang. Terkadang Dandelion lupa untuk bernapas jika sudah terlena dengan pahatan Tuhan yang maha indah itu. Bahkan kini pun ia selalu terpikat untuk melihat wajah Altar lebih lama lagi.
Dandelion ingat bagaimana pertemuan pertama kali dengan Altar. Orang tuanya mengundang salah satu teman lama yang tinggal tidak jauh dari rumah mereka – Om Baskoro – saat mereka baru saja pindah ke Surabaya. Lelaki seumuran orang tuanya itu mengajak serta anak lelaki semata wayangnya yang ternyata teman Mas Putra di sekolah. Saat itu Dandelion masih kelas 3 SD.
Sejak pertama kali bertemu Altar, Dandelion selalu terpana melihat ketampanan cowok itu. Bahkan ketika masih SMP sekali pun Altar sudah memiliki garis-garis tegas yang membuatnya terlihat misterius. Membuat imajinasi masa kecil Dandelion ingin menikahinya jika kelak sudah dewasa. Seiring berjalannya waktu dan mengenal istilah cinta, Altar bukan lagi sosok yang ingin dinikahi, tapi tetap tak bisa menolak pesona cowok itu untuk berlama-lama menikmati wajahnya.
Kevin calling...
Perhatian Dandelion teralihkan. Tanpa berminat, Dandelion menekan tombol volume untuk mengubah mode diam gawainya. Setelah telepon dari Kevin berhenti, ia segera mematikan ponsel dan lampu kamarnya. Membiarkan tubuhnya tenggelam oleh rasa kantuk yang diam-diam menguasainya. Tak lagi peduli tentang Kevin dan pesannya yang belum terbalas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Fitria Handayani
sukkaaaaaaaaaaaak
2021-01-04
0
bluuocean__
bahasa dan penulisan kamu selalu rapih thot bikin betah bacanya
2020-11-07
0
Violet Agfa
kereennn acH..... visuaal thoorrr
2020-08-04
0