Mentari Dan Mafia
Mentari dan Mafia
Part 1
#mentari
#Addovo
Siapa yang menyangka persembunyiannya demi menghindar dari brandalan yang sedang mabuk malah membawa dia pada masalah yang lebih berat.
Mentari melihat dengan mata kepalanya sebuah pembunuhan yang terjadi malam itu di lorong di sudut kota ini.
Iya berusaha menutup mulut sekuat mungkin agar isak tangis ketakutannya tidak menimbulkan suara. Seorang lelaki yang sudah tidak berdaya tampak diseret dari ujung jalan hingga ke dalam lorong itu.
Dor!
Satu tembakan mendarat tepat di kening lelaki itu. Darah segar menyembur mengenai pakaian serba hitam yang dikenakan pria sadis tersebut.
Pria itu melangkahi mayat tersebut, berjalan dengan santai lalu masuk ke dalam mobil yang telah menunggunya.
Terlihat dua mobil jenis sedan mewah bergerak meninggalkan tempat ini. Setelah merasa cukup aman Mentari keluar dari persembunyiaan, dan iya berlari secepat mungkin menuju asramanya.
Kejadian pembunuhan itu tidak bisa hilang begitu saja dari pikiran. Masih terbayang baginya bagaimana darah-darah keluar dari luka lecet di sekujur tubuh, tentu itu sangat menyakitkan.
Mentari tidak bisa memejamkan mata sedikitpun, hanya bayang-bayang mengerikan itu menari-nari di pelupuk mata.
Segera ia mengambil gadget, membuka media sosial pribadinya. Berita pembunuhan itu sudah tersebar dengan cepatnya. Ternyata yang menjadi korban adalah seorang Agen Intelagant Negara.
"Siapa pria itu? Kenapa dia membunuh pihak hukum?" tanya Mentari setelah membaca berita tersebut.
***
Di sebuah rumah sangat mewah, yang dipenuhi para penjaga berpakaian hitam. Mobil yang dilihat Mentari tadi memasuki halaman.
Pria tinggi cukup tampan, keluar dari mobil dengan jas yang terkena bercak darah. Dia duduk bersandar di sebuah sofa dengan sandaran yang cukup tinggi. Kaki kanannya diletakkan diatas kaki kiri.
"Di tempat kejadian tadi, ada orang lain selain saya. Seorang wanita. Cepat paksa pemilik bangunan tersebut untuk menyerahkan rekaman CCTV mereka. Jika mereka menolak, bunuh saja!" perintah Addovo kepada anak buahnya.
"Baik, Tuan. Segera kami laksanankan."
Lima orang anak buahnya bergegas meninggalkan ruangan tersebut.
"Tidak sulit mencari wanita itu. Dia kelihatannya keturunan Asia Tenggara. Cari dia, bawa dia kehadapan saya dengan keadaan baik-baik saja!" ucap Addovo.
"Baik Addovo," jawab Guido.
Guido merupakan tangan kanan Addovo. Awalnya mereka hanya anak broken home yang memilih hidup di jalanan. Bertemu dengan seseorang yang saat itu memiliki kekuasaan, dan mengangkat mereka menjadi anaknya. membuat mereka tumbuh menjadi pria-pria ditakuti.
Hingga saat bapak angkat mereka mati diracuni pasangannya, semua tahta kekuasan jatuh ke tangan Addovo.
Sejak itu juga, Addovo tidak lagi memandang wanita sebagai makhluk indah yang harus dijaga. Wanita bagi dia, hanya makhluk lemah yang kapan saja bisa menjadi buas. Wanita hanya objek pemuas nafsu.
***
Pagi ini di sebuah universitas, beberapa pria berpakaian hitam memasuki halaman kampus. Matanya melihat ke sana ke mari mencari wanita yang dimaksud Addova tadi malam.
Bersyukur hari ini Mentari tidak ada jadwal kuliah. Sehingga dia dapat terhindar dari para pria tampan berhati iblis. Tetapi bagaimana dengan hari-hari berikutnya? Tidak mungkin mereka akan melepaskan begitu saja mangsanya.
Benar sekali ucapan Addovo, tidak sulit mencari wanita-wanita yang berasal dari Asia tenggara di bumi Eropa ini.
Mentari tidak menyadari bahwa bahaya sedang mengintainya. Walaupun tidak tidur semalaman dia tetap harus berangkat kerja pagi ini. Karena kerja part time-nya disesuaikan dengan jadwal kuliah.
Kuliah di negara ini dengan beasiswa dari pemerintah hanya menanggung biaya pendidikan dan asrama saja. Untuk memenuhi biaya hidup Mentari harus giat bekerja, karena jika mengandalkan uang kiriman dari orang tua itu tidak akan cukup, walaupun sudah sangat berhemat.
"Lebih baik kamu tidak usah bekerja lagi di sini!" ucap pemilik cafe.
"Salah saya apa, Tuan?" tanya Mentari heran.
Jika dia dipecat, akan sulit lagi mendapatkan pekerjaan dalam waktu dekat.
"Saya tidak mau mendapat masalah, mempekerjakan kamu di sini," terang pemilik cafe.
"Maksud Tuan?" Mentari benar-benar heran.
"Kamu tidak perlu banyak tahu, segera bereskan semua barang-barang kamu! Saran saya untuk sementara waktu jangan keluar dari asrama!"
Perkataan pemilik cafe itu tambah membuat dia bingung. Dengan berat hati dia membereskan barang-barangnya di loker, dan pergi meninggalkan cafe.
Beberapa pesangon yang dia terima cukuplah untuk memenuhi biaya hidup menjelang dapat pekerjaan baru.
Mentari berjalan sepanjang trotoar sambil memeluk kardus. Yang jadi pikirannya saat ini adalaha kata-kata pemilik cafe itu, kenapa dia tidak boleh keluar asrama.
Tanpa dia sadari sebuah mobil berhenti di sebelahnya. Satu orang turun, lalu membekap mulutnya dan membawa naik kedalam mobil. Setiap orang yang melihat tidak ada yang berani menolong. Menolong sama saja cari mati. Ya, anak buah Addovo berhasil menemukan Mentari.
"Siapa kalian?" teriak Mentari.
"Kamu tidak perlu tahu siapa kami, turuti saja jika ingin selamat!" ancam Guido yang duduk di sebelahnya.
Mentari tetap saja berteriak minta tolong dan memberontak.
"Diam!" bentak Guido.
Mentari tidak mempedulikan ucapan Guido, hal itu membuat Guido kesal. Ia mengeluarkan sebuah jarum suntik berisi cairan Benzodiazepine.
Mentari berteriak, saat benda tajam menancap di lengannya. Seketika rasa sakit itu hilang. Berganti dengan rasa ngantuk yang begitu berat, hingga tidak sadar diri lagi. Dia terkulai lemas di atas pangkuan Guido.
Pekanbaru 18 September 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Winsulistyowati
Mampir Y Thor..🖐️
2022-12-06
0
💫Sun love 💫
kisah mafia ni.... aku suka aku suka.....😊😊
2022-01-27
2