Kehidupan Adi Di Pesantren

Kehidupan Adi Di Pesantren

Part 1

Seperti biasanya, jika setelah menunaikan ibadah shalat Dzuhur kebanyakan para santri mengambil makanan di tempatnya masing masing, tempatnya juga tergantung pemilihan, ada kos yang dekat dengan masjid, ada juga PA (panti asuhan) yang tempatnya cukup jauh dan letaknya dekat dengan ndalem dan pondok santriwati, akan tetapi harganya relatif lebih murah dari kos dan ada juga santri yang lebih suka memasak makanannya sendiri.

"Padahal udah lulus smp, tapi kok gue masih disini mulu? Kapan gue bisa pulang ke Jakarta lagi?! " gumamku kesal.

Adi sebenarnya tinggal di Jakarta lebih tepatnya Bogor, yang membuatnya berada jauh di Madura adalah karena kesalahannya dalam memilih keputusan untuk melanjutkan smp dimana, waktu itu Adi tanpa berpikir panjang langsung memilih ikut pamannya yang sekolah di SMP/SMA/MA Sunan Ampel yang sekaligus mondok, entah apa yang memicunya langsung berpikir seperti itu.

"Adii," ucap Romi sambil membawa piring plastik yang membuyarkan lamunanku.

"Iya? Kenapa?" tanyaku pura-pura tidak tau.

"Ngambil nasi lahh... Udh laper banget nihh," ucapnya sambil memegang perutnya yang keroncongan.

"Iya iya," jawabku malas.

Aku dan teman teman sekamarku rata rata semuanya lebih memilih PA, bukan karena dekat dengan pondok santriwati, tetapi karena harganya lebih murah dari kos, walaupun begitu ada juga temanku yang memilih PA karena ingin melihat santriwati.

*mungkin aku juga ingin sedikit.

Setelah sudah dekat PA terlihat banyak santriwati berlalu-lalang, dan Romi memanggilku sambil menepuk pundakku.

"Di di, kamu aja nihh yang ngambilin nasinya saya tunggu sini, hehe," ucap Romi sambil memberikan piringnya.

"Dasar makan doang cepet tapi ngambil buat makan sendiri aja malu," kataku mengejek.

"Hehe."

Kemudian akupun berjalan perlahan menuju tempat pengambilan makan dengan kepala menunduk,

*tetapi mata tetap melirik kemana-mana

dan tanpaku sadari yang menjaga PA tersebut bukan pengurus, melainkan santriwati.

"Pengurusnya kemana semua sihh... kebiasaan banget yang jagain nggak ada mulu," gumamku sambil memberikan 2 piring plastik kepada 3 santriwati tanpa melihat wajahnya.

Setalah kulihat wajah ketiga perempuan tersebut, satu dari tiga diantaranya tidak asing bagiku.

"Hmm dia lagi?" ucapku pelan.

Hmm mungkin bisa dibilang perempuan itu tidakku kenal, bagaimana bisa di bilang kenal? nama dan tempat tinggalnya saja aku tidak mengetahuinnya, jadi aku hanya sekedar mengingat wajahnya saja.

Aku bisa ingat wajahnya karena setiap kali aku bertemu dengannya atau kalau dia yang sedang menjaga PA pasti dia akan tersenyum saat memberikan makanan itu kepadaku, tapi anehnya aku pun ikut tersenyum melihatnya seperti itu, kalau sudah seperti ini pasti teman di sampingku yang juga mengambil makan pasti langsung mengejek yang membuatku tersipu malu.

Setelah selesai disiapkan nasi beserta lauknya , perempuan yang kukenal wajahnya itu seperti biasanya, ia selalu memberikannya dengan dibarengi oleh senyuman yang membuatku malu dan ikut tersenyum, apalagi yang paling membuatku malu ketika temannya mendehem yang sengaja mereka lakukan.

Karna menahan malu akupun pergi dari situ tanpa menengok ke belakang, dan menemui Romi yang masih menunggu di dekat ndalem karena ia heran dengan sikapku yang senyum senyum nggak jelas ia pun bertanya.

"Di? Kamu kenapa? Kok senyum senyum kayak orang nggak waras gitu?" tanyanya.

"Udah nggak usah dipikirin," jawabku sambil senyum.

"Dia lagi Di?" ucapnya dengan nada mengejek.

"Nggak tau."

...3 jam berlalu......

Semua santri bersiap untuk melaksanakan shalat ashar berjama'ah, kemudian dilanjutkan dengan pengajian kitab kuning di masjid, banyak santri nakal yang tidak mengikuti pengajian, ada yang beralasan sakit lahh, dikirim lahh, dan ada juga yang mengumpat.

"Adi," ucap fahmi teman sekamarku.

"Iyaa? Kenapa?" tanyaku.

"Nanti abis pengajian selesai, jalan jalan kayak biasa ok," ucapnya sambil membuka kitab.

"Kenapa emngnya?" tanyaku dengan tidak mengharap jawaban karena aku mahh iya iya aja.

"Dari pada maen bola mulu bosen," jawabnya cepat.

"Mandinya? Kalau kamar mandi penuh repot juga nunggunya, kayak nungguin dia yang nggak peka peka." ucapku dengan nada kebucinnan

*Santri kok bucin :v

*Gk tau tuhh authornya ngarangnya kacau :v

"Udah tenang aja, kalau telat ngambil makan juga nanti kita patungan buat beli makan malem," ucapnya meyakinkan.

"Hmm yaudah terserah lahh." jawabku pura pura terpaksa.

Setelah selesai pengajian, semua santri kembali ke kamarnya masing masing untuk sekedar menaruh kembali kitab yang baru saja di pelajari.

Bisa dibilang setelah pengajian ba'da ashar adalah waktu yang kosong, walaupun cuman sekitar satu setengah jam. Biasanya para santri menggunakannya waktu itu untuk bermain main seperti main bola, volly, atau yang lainnya. Tetapi aku tidak, aku biasanya hanya menggunakannya untuk santai.

Di kamar....

"Fahmi, Romi buruan biar nggak terlalu malem baliknya! " ucap yudai yang tidak lain juga teman sekamarku.

"Sebentar ini lagi ganti baju," ucap Fahmi sambil memakai kaos lengan panjang.

"Iya ini lagi ngunci lemari," ucap Romi sambil memutar sebuah kunci.

"Yaudah yuk udah semua nihh, tapi , Di, Kopiah kamu mana?" tanya Romi kepadaku.

"Hmm... Oiyaa ketinggalan, sebentar yaa," ucapku sambil mengambil kopiah yang berada di atas lemari.

Hmm di pondok ini tidak seperti pondok lainnya, yang di pagari besi dan di kunci pula seperti sebuah penjara suci, katanya, namun di pondok ini semua santri di bolehkan keluar pondok, akan tetapi terdapat batasan batasannya, jika melanggar akan kena sanksi yaitu menjadi tuyul pondok alias botak licin,

Dan satu lagi, semua santri juga diharuskan memakai kopiah saat ingin keluar pondok.

Kami berempat pun keliling-liling walaupun sudah sering di lewati tapi tetap saja tidak ada bosannya.

Setelah lama berkeliling kami pun duduk beristirahat di warung mikip, hmm aku pun tidak tau kenapa kebanyakan santri mengatakannya seperti itu mungkin karna si penjaga warung orangnya yang kelewat besar? atau apa? aku tidak tau.

Setelah lama kami membeli makanan dan minuman kami hendak kembali ke pondok tapi hal itu tidak jadi dilakukan karena ada 2 perempuan yang datang ke warung mikip.

Yang satunya berhijab biru tua, orangnya dikatakan tinggi tidak pendek tidak, cara berpakainnya sedehana dan indah parasnya, kemudian yang satunya lagi berhijab hitam, orangnya sedikit tinggi tapi agak gemukan, mungkin parasnya di bilang biasa biasa saja.

Setelah agak dekat jarak kami dengan 2 perempuan tadi, kulihat perempuan yang berhijab biru tua itu menatapku dengan senyumnya sambil mengedipkan mata kepadaku.

Deg...

Tiba-tiba saja jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya, aku bingung karena apa yang kurasakan saat itu, walaupun rasa itu tidak asing tapi tetap menimbulkan pertanyaan.

Entah aku kesal atau tidak karena salah satu temanku, Yudai, sudah mengajak kami kembali ke pondok.

"Yuk balik ke pondok udah sore banget ini!" ajak yudai.

Aku mau tidak mau harus balik ke pondok karena memang waktu sudah hampir menjelang maghrib.

Terpopuler

Comments

Nurul Aini

Nurul Aini

up

2021-06-25

2

Muhammad Rizky Fauzan

Muhammad Rizky Fauzan

waw

2021-06-20

2

꧁Rizka♡꧂

꧁Rizka♡꧂

UwU :3

2020-10-07

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!