Setelah selesai mengerjakan shalat fardhu Dzuhur semua santri kebanyakan pergi ke PA ataupun kos untuk mengambil jatah makan siang mereka, dan ada juga yang membeli makanan bagi mereka yang memasak sendiri.
Di siang hari yang terik itu, kebanyakan para santri setelah makan langsung tidur siang untuk istirahat, tapi tidak denganku, setelah kami makan bersama, teman temanku semuanya pada istirahat, sedangkan aku hanya pergi jalan-jalan atau menyendiri.
Aku pergi ke dalam salah satu kelas SMP Sunan Ampel, letaknya berada di belakang masjid, iya, tempatku madrasah Umul Quro.
Menyendiri memang sudah menjadi kebiasaanku, tempat yang biasa kugunakan adalah di atas pondok atau bisa di bilang atap, karena sekarang siang hari tidak mungkin aku menjemur diri disana, untung saja kelas tidak di kunci walaupun sudah liburan kenaikan kelas, tentu saja karena kelas di pakai pada malam hari untuk kegiatan madrasah Umul Quro.
Aku terus kepikiran akan perempuan itu, perempuan yang memberikan kertas kecil yang berisi tulisan singkat namun membuatku sangat bingung untuk memilih jawaban, bagaimana tidak? aku sendiri bingung untuk memilih siapa yang aku suka, sebenarnya aku menyukai keduanya, jika saja saat itu aku tidak bertemu dengan uus mungkin aku sekarang tidak akan bingung untuk mengatakannya.
.........
Tanpaku sadari aku tertidur di dalam kelas, setelah aku bangkit dari tidurku, aku langsung melihat jam dinding yang letaknya berada di depan kelas.
14:26
"Alhamdulillah untung belum adzan," ucapku dalam hati.
Dengan segera aku kembali ke kamar untuk mengganti bajuku dan juga sekalian mengambil kitab untuk pengajian ba'da Ashar, sebelum aku sampai pondok, Khoir yang baru saja keluar dari kelasnya memanggilku.
"Di, kamu juga dapet salam dari uus," ucapnya sambil tersenyum yang membuatku ikut tersenyum juga.
"Itu orangnya," ucapnya sambil menunjuk ke arah seorang perempuan yang sedang memperhatikanku dari sebuah gubuk kecil dekat dengan madrasah itu.
Setelah kusadari uus yang dari tadi memperhatikanku, akupun langsung malu karena aku baru sadar, kalau aku baru bangun tidur, dan mungkin penampilanku agak sedikit aneh seperti rambutku yang mungkin arahnya tidak karuan.
Aku pun dengan cepat langsung lari kekamar karena tidak dapat menahan rasa malu itu.
Uus hanya bisa tertawa kecil melihatku yang bersikap seperti itu.
Tidak lama kemudian adzan Ashar pun terdengar.
Dengan segera aku bergegas pergi ke masjid yang letaknya terbilang sangat dekat.
Beberapa menit kemudian ...
"Adi," ucap Fahmi sebelum pengajian di mulai.
"Kenapa? Nanti jalan jalan?" tanyaku menebak.
"Hmm iya, tapi bukan itu yang ingin aku tanyakan," ucapnya.
"Terus apa?" tanyaku lagi.
"Tentang peremp ... " kata Fahmi yang terpotong karena salam dari seseorang.
"Assalamualaikum," ucap seseorang itu yang tidak lain adalah Ustad Hasan.
"Waalaikumsalam," ucap para santri serempak.
"Lain kali saja aku bilangnya," bisik Fahmi terhadapku.
"Baiklah," ucapku.
"Sepertinya Fahmi tadi ingin bilang perempuan, tapi siapa?" pikirku.
Pengajian pun berlangsung lebih dari 1 jam dan Ustad Hasan pun mengakhirinya dengan membaca surat Al-Fatihah dan mengucap salam lalu pergi.
Kamar.
"Fahmi, tadi lu mau ngomong apaan?" tanya ku kepada Fahmi yang sedang menaruh kitabnya.
"Hmm mungkin lain kali saja aku bilangnya," ucapnya yang membuatku heran.
"Apa yang mau dia katakan?" gumamku.
Aku semakin penasaran saja apa yang ingin Fahmi katakan kepadaku. Bagaimana tidak, aku sempat mendengar kata peremp ... yang mungkin saja, kata itu adalah kata perempuan. Kalau benar tapi, siapa? Uus? Atau jangan jangan ... ?
Untuk sementara aku lupakan saja sejenak apa yang ingin Fahmi katakan kepadaku, karena kami akan pergi jalan jalan seperti biasanya.
Kami pun keliling-liling seperti biasanya, setelah lama kami berkeliling, kami pun memutuskan pergi ke gubuk dekat sawah untuk istirahat.
Setelah kami sampai, dekat dengan gubuk itu, kami melihat 3 orang perempuan yang sedang duduk di sana.
"Itu bukannya santriwati yaa?" tanya Yudai entah kepada siapa.
"Iya benar itu santriwati," ucap Fahmi.
"Ayoo kesana!! " ajak Yudai.
Tiba-tiba saja aku merasakan sesuatu, entah itu takut, malu, atau ragu, karena ketiga perempuan itu adalah orang yang bertemu aku dan Fahmi kemarin malam, yang salah satu dari mereka adalah seseorang yang menyukaiku.
Mereka bertiga adalah perempuan yang cantik rupanya, tetapi walaupun cantik, sifat mereka pasti berbeda-beda terlihat dari cara berpenampilan mereka.
Perempuan pertama, walaupun cantik rupanya, tapi penampilannya bisa di bilang sangat mencolok, bagaimana tidak, itu semua terlihat dari beberapa perhiasan yang ia kenakan.
Aku khawatir kalau ada razia barang atau kelihatan pengurus atau Kiyai, akan di sayangkan banget jika disita.
"Mungkin anak dari pengusaha kaya," pikirku asal.
Perempuan kedua, cantik tetapi lebih tepatnya imut, karena tinggi badannya yang lebih rendah dari ketiga perempuan itu dan juga sifatnya mungkin pemalu.
Perempuan yang ketiga adalah perempuan yang aku sukai karena orangnya tidak hanya cantik, dia juga mudah senyum, baik, dan juga cara berpakaiannya yang sederhana, itulah yang aku suka darinya.
Setelah sampai gubuk kami pun mengucapkan salam.
"Assalamualaikum," ucap kami berempat.
"Waalaikumsalam," jawab mereka.
"Apa kami boleh berkenalan dengan kalian?" tanya Yudai membuka pembicaraan.
Awalnya aku agak janggal dengan perkataan Yudai itu, tapi mungkin dengan begini aku bisa mengetahui namanya.
"Hmm terserah, tapi kami harus tau nama masing-masing dari kalian terlebih dahulu," ucap perempuan pertama, yang mungkin anak dari seorang pengusaha kaya itu, mungkin.
"Baiklah, nama saya Yudai Ardiola, panggil saja aku Yudai" ucap Yudai dengan mantap.
"Nama kayak artis tapi kelakuan kayak anak kampung," gumamku.
"Lalu namaku adalah Fahmi Asyari, dan panggil saja aku Fahmi" ucap Fahmi melanjutkan.
"Lanjut Rom," ucap Fahmi lagi, sambil menepuk pundaknya Romi.
"Na-nama aku Muharromi, nama panggilanku Rom-Romi," ucapnya dengan gugup karena malu.
Romi orangnya sangat pemalu apalagi yang berhubungan dengan perempuan.
"Hmm, namaku adalah Muhammad Hardiansyah, panggil saja aku Adi," ucapku yang sudah tidak gugup ataupun malu.
"Nahh sekarang giliran kalian," ucap Yudai.
"Ok, namaku adalah Fitri Syafia panggil saja aku Fia," kata perempuan pertama itu.
"Umm ... Nama s-saya Salwa Zakiyah, dan pa-panggilannya Salwa, " ucap perempuan kedua dengan gugup pula.
"Ternyata benar dugaanku, dia orang yang pemalu?!" gumamku lagi.
"Lalu kamu?" tanya Yudai kepada perempuan ketiga, perempuan yang sudah lama aku ingin tahu namanya.
"Namaku Aina Talita Zahra," ucapnya sambil tersenyum kepadaku.
"Panggilannya?" tanyaku dengan cepat.
"Terserah kamu, tapi aku biasa di panggil Aina," jawabnya dengan senyuman.
"Kalian masih SMP?" tanya Yudai lagi.
"Kenapa sihh kepo banget, iya kami masih SMP kelas 9, tapi Aina akan segera masuk SMA," ucap perempuan pertama yang bernama Fia itu.
"Jadi kamu sekarang udah ingin masuk SMA? " tanyaku tidak percaya.
"Hmm iya," ucapnya.
Tanpaku sadari, ternyata aku dengan dia berada di kelas yang sama tetapi di ruangan yang berbeda, karena di SMP sekolah ini, anak perempuan dan laki-laki belajar di ruangan yang berbeda, tetapi di SMA tidak, melainkan di campur, bahkan sampai ada yang bilang tidak adil.
"Hmm sepertinya kita harus kembali ke pondok," ucap Fia kepada kedua temannya.
"Baiklah," ucap Aina dan Salwa hampir berbarengan.
"Oiya, Aina, berhubung dia ada di sini, kenapa kamu tidak berikan 'itu' kepadanya sekarang saja?" ucap Fia lagi kepada Aina.
"Aina ingin memberikan apa? Kepada siapa?" gumamku.
"Kau membawanya kan?" tanya Fia.
Aina menganggukan kepalanya, dan pergi mendekatiku.
"Ini, bacanya kalau lagi sempat saja," ucapnya sambil memberikan aku selembar kertas yang dilipat-lipat, dan bukan lagi kertas kecil.
Iya pun tersenyum dan segera mengajak temannya pergi.
"Kami duluan yaa," ucap Fia mengakhiri.
"Assalamualaikum," ucap mereka memberi salam.
"Waalaikumsalam," ucap kami menjawab salam.
Seketika teman-temanku langsung menanyakan apa yang di berikan Aina kepadaku.
"Kertas," ucapku singkat.
"Udahh ... Ayo balik ke pondok, kalau sekarang mungkin masih sempat mengambil jatah makan malam," ucapku sambil mengajak mereka, yang masih heran dengan sikapku, dan aku hanya senyum-senyum tidak jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
🥀◍⃟𝓐𝓻𝓲𝓶𝓪
semangat thor
2021-06-26
2
iis mayangsari
keren thor, semangat terus😊
2020-09-23
4