Part 5

21:03

kamar.

"Adi, Romi, ayo makan!! " ajak Yudai setelah selesai madrasah Umul Quro.

"Iya sebentar, aku taruh kitab dulu, " ucap Romi.

"Iyaa, Yudai nggak sabaran banget," ucapku.

"Hmm kayaknya kita harus beli lauk," ucap Fahmi.

"Iya, soalnya lauknya cuman tempe sama sambel doang," keluh Yudai.

Maklum, karena harga PA yang agak murah. Kalau PA dapet makan daging sebulan sekali aja, kayaknya udah bersyukur banget.

"Hmm terserah sihh, kalau gue mahh iya iya aja," ucapku.

"Yaudah lahh, iya aja aku mahh kalau semuanya setuju," ucap Romi pasrah.

"Yaudah kumpulin duitnya!" ucap Fahmi.

Setelah selesai makan, kami duduk-duduk sebentar, karena tidak bagus jika sesudah makan langsung tidur.

Kemudian, setelah agak lama kami pun tidur, tapi tidak denganku, aku ingin ke tempat biasanya aku menyendiri, yaitu di atap pondok.

*Krreeeekkk ... 

Pintu terbuka, dan kulihat seseorang temanku,  yaitu Khoir.

"Dii, mau ketempat biasa?" tanya Khoir dengan suara setengah berbisik karena temanku yang lain sudah tertidur semuanya.

"Hmm iya, ini gue pengen kesana," ucapku.

"Yaudah ayoo!! " katanya.

"Hmm sebentar," ucapku sambil mengambil kertas yang di berikan Aina kepadaku.

"Apa itu?" tanya Khoir penasaran.

"Udahh ... gue jelasin di sana aja," ucapku sambil meninggalkan kamar.

Atap pondok.

"Di, kamu pengen berhenti mondok?" tanya Khoir membuka percakapan.

"Hmm, tadinya gue emang berpikir begitu, tapi entah kenapa, rasanya sekarang ini gue udah nggak keberatan untuk tinggal di sini, mungkin bisa dibilang gue udah betah disini," ucapku dengan nada pelan.

Seketika kami terdiam beberapa saat, tidak ada percakapan, yang ada hanya suara jangkrik yang memecah keheningan malam yang sunyi itu. 

"Umm ... kalau boleh tau, apa kamu betah karena seseorang?" tanya Khoir yang membuatku heran.

"Entahlahh," ucapku dengan tidak tergesa-gesa karena aku paham betul maksud pertanyaannya itu.

Seketika menjadi hening kembali. 

"Apakah kau benar menyukai Uus?" tanya Khoir memecah keheningan, yang membuatku paham maksud dari pertanyaannya yang sebelumnya.

"Hmm, iya bener, gue menyukainya," ucapku dengan nada datar.

"Jadi gini ..." ucapku lagi.

"Iya benar gue suka ama uus, tapi sebelumnya, gue juga udah suka ama seseorang yang memberikan kertas ini kepadaku," ucapku sambil memperlihatkan selembar kertas yang diberikan Aina kepadaku.

"Siapa?" tanyanya yang belum tahu, karena tadi sore Khoir memang tidak ikut bersamaku dengan yang lainnya.

"Aina," jawabku singkat.

"Memangnya isi kertas itu apa? Kau sudah membacanya?" tanya Khoir dengan sangat penasaran.

"Entahlahh, gue belum baca, justru gue bawa kesini untuk gue baca," ucapku menjelaskan.

"Hmm tapi, sebelum gue baca ini, gue mau nanya satu hal ke lu," ucapku lagi.

"Apa?" tanya Khoir.

"Siapa nama panjang Uus?" tanyaku dengan senyum.

"Udahh main salam-salaman, tapi belum tau nama panjangnya, gimana sihh kamu, Di," ucap Khoir mengejek.

"Hehe."

"Namanya Husnul Khatimah, dia juga sekarang baru naik kelas 8," jawab Khoir.

"Hmm berarti selisih 2 tahun dong ama gue," ucapku dengan senyuman.

"Iya. Yaudah sekarang baca dulu aja tuhh surat dari...,  dari siapa tadi yaa ... " ucapnya sambil berfikir sejenak.

"Oiya dari Aina," ucapnya dengan tersenyum sambil mengejekku.

"Apaan sihh ... " ucapku yang tidak kuat menahan tawa.

Setelah kulihat kertas itu, dan ternyata isinya seperti ini ...

Untuk : Muhammad Hardiansyah

Assalamualaikum wr. wb.

Maaf sebelumnya karena telah mengganggu waktumu hanya untuk membaca sebuah tulisan yang mungkin tidak berguna, dan aku juga minta maaf karena telah menyembunyikan perasaanku terhadap mu selama ini, sebenarnya aku sudah lama menyukaimu, mungkin aku ini terdengar lancang karena aku langsung mengatakan tentang perasaanku ini kepadamu, walaupun hanya lewat selembar kertas.

Tapi entah kenapa, rasanya aku tidak enak sendiri dengan kelakuanku yang seperti ini, bagaimana tidak? Itu karena engkau pasti sekarang dalam kebingungan untuk memilih seseorang perempuan yang engkau sukai. Iya benar, aku telah mengetahui siapa orang yang engkau sukai selama ini dari seseorang yang ternyata teman dekatmu sendiri. 

Tapi tenang saja, aku tidak seperti seorang penjahat yang akan melakukan hal bodoh semacam itu.

Oiya...  Dan satu lagi, aku juga telah mengetahui bahwa kamu tidak lama lagi akan meninggalkan pondok ini.

Maaf karena aku merahasiakan hal ini, tapi Alhamdulillah pada akhirnya aku bisa menceritakannya kepadamu.

Dan terus terang aku tidak memaksamu untuk membalas perasaanku ini.

Aku hanya ingin, semoga sementara ini kita bisa menjadi sahabat dekat. :')

^^^Dari seseorang yang menyukaimu.^^^

^^^Aina Talita Zahra^^^

...-------...

Di sisi lain Aina cemas terhadap Adi karena ia dari awal juga ragu untuk memberikan kertas itu dan ia juga merasa bersalah karena telah memberikan kertas itu kepadanya.

"Ai, kok kamu belum tidur? Kamu kenapa?" Tanya Fia kepada Aina yang masih diam dalam duduknya.

"Ahh ... Siapa? Ohh iya ... ma-maaf membuatmu cemas, aku ngg-nggak apa apa kok," ucap Aina terbata-bata karena sedikit terkejut sebab Fia memanggilnya dengan tiba-tiba.

"Heh? kalian belum tidur?" ucap Salwa yang terbangun dari tidurnya.

"Nggak tau tuhh si Aina, tumben jam segini dia belum tidur," ucap Fia.

"A-aku nggak apa apa kok," ucap Aina yang masih terbata-bata.

"Kamu kalau lagi ada masalah bilang dong sama kita, kitakan udah lama jadi sahabat," ucap Salwa menenangkan.

"Iyaa, emangnya kamu kenapa sihh Ai?" tanya Fia lagi.

"Hmm sebenarnya aku hanya khawatir," ucap Aina sambil menundukan kepala.

"Terhadap apa?" tanya Salwa.

"Tentang kertas yang kuberikan kepada Adi," ucapnya pelan.

"Emangnya kenapa? Bukankah itu keputusanmu dari awal?" ucap Fia.

"Iya memang benar, tapi setelah aku memberikannya, aku takut kalau dia akan semakin kebingungan atau mungkin bisa saja dia menjauhiku," ucap Aina khawatir.

"Itu tidak benar, kamu harus percaya apa yang kamu ucapin adalah yang terbaik untukmu sekarang. Kan yang kamu katakan hanya untuk sekedar menjadi sahabatnya bukan memaksanya untuk menerima perasaanmu itu," ucap Fia meyakinkan Aina.

"Iya Ai, kalau memang seperti itu, dia tidak akan menjauhimu, bahkan sebaliknya, kamu mungkin bisa menjadi lebih dekat dengannya," tambah Salwa untuk meyakinkan Aina.

"Benarkah begitu?" tanya Aina kembali mengangkat kepalanya.

"Tentu saja," ucap mereka berdua berbarengan.

"Hmm baiklah jika menurut kalian memang seperti itu, terima kasih, Fia, Salwa, kalian emang sahabat terbaikku," ucap Aina terharu, karena memiliki sahabat yang baik seperti mereka.

"Sama-sama Ai," ucap mereka berdua.

"Yaudah sekarang kita tidur, takutnya besok nggak bisa bangun buat shalat Shubuh," ucap Fia.

"Ok," ucap Salwa dan Aina hampir berbarengan.

.........

Setelah lama aku membaca surat itu berulang-ulang kali, aku pun menjadi lebih bingung dari biasanya, maksudnya kepikiran.

"Apa yang harus kulakukan untuk selanjutnya...?"

Karena Khoir heran melihatku yang hanya diam merenung saja seperti itu, ia pun bertanya kepadaku.

"Adi kamu nggak apa apa? Apa isi surat itu? " tanya Khoir.

"Bukan apa apa kok, isinya kayak seperti untuk menjadikanku sebagai sahabatnya," ucapku hanya menjelaskan bagian bawahnya saja.

"Ohh yaudah," ucap Khoir.

"Yaudah gue tidur duluan yaa, hmm ... nomong-ngomong lu nggak mau tidur? ucapku.

"Nanti juga aku ketiduran disini," ucapnya sambil tersenyum.

"Yaudah hati hati nanti jatuh, kalau jatuh, besok tahlilan dehh ... " ucapku sambil senyum.

"Jangan gitu dong," ucap Khoir.

"Iya iya bercanda," ucapku sambil meninggalkan Khoir yang masih di atap.

Sesampai di kamar aku melihat kembali kertas itu, akan tetapi setelah kulihat kembali, dibagian belakang kertas, aku menemukan beberapa nomer, yang mungkin sebanyak 12 nomer.

"nomer telponnya kah? " gumamku.

"Hmm lebih baik gue simpen aja sampai pulangan nanti," ucapku pelan sambil menaruh kertas itu di dalam lemari.

"Hmm baiklah, sudah kuputuskan untuk sementara ini gue akan menganggapnya sebagai sahabatnya dulu," ucapku pelan dengan sangat yakin akan keputusanku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!