Ba'da maghrib ...
Setelah kejadian sore tadi aku terus kepikiran dengan perempuan itu. Iya, perempuan yang berhijab biru tua itu, yang selalu membuatku ingin tau namanya dan dimana tempat ia tinggal, namun semua sifat penasaranku itu untuk sementara aku lupakan sejenak, karena aku ingin fokus dengan kegiatanku yang masih belum selesai.
Dan seperti biasanya, setelah melaksanakan shalat fardhu maghrib, aku dan semua santri lain mengaji kitab suci Al-Qur'an kepada masing masing pengurus yang berbeda-beda, bisa dibilang seperti dibuat secara berkelompok.
Setelah mengambil kitab suci Al-Qur'an aku pergi mencari kak khoirul. Iya, dialah pengurus yang mengajarkanku mengaji selama ini.
Setelah kutemui, kemudian aku segera ikut berkumpul dengan mereka yang sudah lebih cepat sampai dariku, dan kamipun memulai pengajiannya.
1 jam kemudian ...
"Kak Rul, pulangan masih lama kak?" tanya Taufik kepada guru pembimbing kami setelah pengajian selesai.
Memang, disini yang tidak kerasan bukan hanya aku saja akan tetapi hampir semua santri ingin rasanya cepat cepat keluar dari sini atau bisa di bilang berhenti mondok.
*yaa mungkin tidak semuanya juga sihh.
"Kenapa emangnya?" tanya Kak Khoirul dengan tersenyum.
"Nggak betah kak," sambungku.
"lagi juga disini bosen, nggak boleh megang hp, terus mau keluar juga ada batesnya," kataku
Kak Khoirul hanya tersenyum melihatku.
"Emangnya kamu udah berapa lama disini Di?" tanyanya.
"Udah 3 tahun," jawabku cepat.
"Yaudah tenang aja, dikit lagi juga pulangan, sekitar 2 bulan lagi mungkin, tapi tergantung imtihanannya kapan," ucap kak Khoirul.
"Huhhh masih lama banget," keluh Arul yang duduk di sampingku.
"Yaa emang udah kayak gitu," ucap kak Khoirul sambil menahan tawa melihat tingkah anak didikannya seperti itu.
Tidak lama kemudian adzan isya pun terdengar dari masjid lain, kemudian pengurus menyuruh salah satu santri untuk adzan.
"Dia lagi?" gumamku.
Iya, yang adzan adalah pamanku sendiri, Saifullah Agustin itulah namanya, yang paling sering memenangkan lomba imtihan di tahun lalu.
Lalu semua santri pun melaksanakan kewjibannya yakni shalat fardhu isya, setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan madrasah Umul Quro yang letaknya berada di belakang masjid.
Setelah selesai kegiatan Umul Quro semua santri kembali ke kamar masing masing ada yang langsung tidur dan ada juga yang makan malam.
Seperti yang seharusnya, karena tadi balik terlalu sore kami pun terlambat untuk mengambil jatah makan untuk malam hari.
Sebelum aku sampai kamar, pamanku, Saiful memanggilku.
"Di, kamu udah makan?" tanyanya.
"Belum, ini pengen makan bareng bocah," ucapku.
"Makan bareng aku aja, nanti beli pake duit ini, nihh beli makanan di mikip," ucapnya.
"Hmm yaudah, gue bilang dulu ke bocah."
"Sip," ucapnya sambil memberikan uang selembar Rp 20.000 an.
Kamar ...
"Di, ayo beli makan, patungan duitnya, Romi ama Yudai udah duitnya tinggal kamu doang," ucap Fahmi yang ingin segera membeli makanan.
"Maaf, gue sekarang di suruh makan bareng ama Sipul, ini gue di suruh beli makanan di mikip" ucapku menolak, karena untuk sekedar menghemat duit.
"Ohh yaudah, bareng saya aja Di, beli makannya, saya juga mau beli disana," ucapnya.
.........
Lalu sesampainya di depan warung, ku lihat 3 perempuan yang tidak asing bagiku sedang membeli sesuatu, mungkin juga membeli makanan, pikirku.
"Hmm dia lagi?" ucapku pelan.
Iya, dia adalah orang yang mengambilkan makan siang tadi, yang selalu tersenyum jika bertemu denganku.
Aku dan Fahmi pun masuk dan memesan makanan 2 bungkus kepada si penjaga warung sambil memberikan uangnya.
Setelah perempuan itu menyadari akan kehadiranku dia pun seperti biasanya, membuatku tersipu malu dengan senyumannya.
"Kamu beli apa?" tanya perempuan yang hanya ku ingat wajahnya saja.
"Aku beli makanan, kamu sendiri?" ucapku.
"sejak kapan gue pake bahasa aku kamu?" gumamku.
"Ohh... Sama dong saya juga membeli makanan," ucapnya sambil tersenyum.
Aku hanya diam tidak berani mengatakan apa apa lagi kalau tidak di tanya.
"Di, kamu kenal dia?" bisik Fahmi kepadaku.
"Entahh, aku juga tidak tau," ucapku bohong tapi emang bener sihh aku tidak tau siapa dia.
"Kok, dia kayak udah kenal kamu, Di?" tanyanya lagi.
"Udahh, entar aja gue ceritain," ucapku agar Fahmi berhenti bicara.
Ketiga perempuan itu sepertinya sudah jadi makananya, dan mereka juga sudah membayarnya, tapi kok, mereka nggak kembali ke pondok? Bahkan mereka malah asyik mengobrol dengan penjaga warung itu.
Tidak lama kemudian, si penjaga warung itu ke dalam sebentar dan keluar sambil membawa 2 kantung kresek dengan makanan di dalamnya.
"Akhirnya punyaku siap juga," gumamku.
Tapi kok, si penjaga warung malah memberikan ke perempuan itu? Apa dia membeli 2 lagi? Atau jangan jangan?...
Aku melihatnya dengan jelas, dia memasukan sesuatu seperti kertas kecil kedalam kantung kresek punyaku dan setelah itu dia memberikannya kepadaku dengan tersenyum, dan satunya lagi diberikan ke Fahmi, lalu perempuan itu pergi kembali ke teman-temannya dan dia kembali ke pondoknya, Aku dan Fahmi juga sama, segera pergi kembali ke pondok sebab mereka pasti sudah lapar sekali karena menunggu makanan yang kami beli.
Karena aku tidak tau kertas tadi itu berisi apa aku langsung mengambil kertas kecil itu langsung mengantunginya, untunglah Fahmi tidak melihat kertas itu, kalau lihat, pertanyaannya akan di lanjutkan kembali.
.........
"Alhamdulillah ... kenyang juga akhirnya," ucap Saiful lemas karena kekenyangan.
"Hmm yaudah gue balik ke kamar dulu yaa," ucapku sambil berdiri.
"Iya."
Sebelum sampai di kamar aku teringat akan kertas kecil itu, setelah ku baca isinya terdapat tulisan singkat yang menimbulkan pertanyaan, isinya adalah ...
"Apa jawabanmu? :) "
Banyak pertanyaan yang timbul di benakku, apa maksud dari kata "jawabanmu?" Jawaban dari apa? Apa sebelumnya dia pernah bertanya sesuatu yang belum ku jawab?
Atau jangan jangan ...
Ini adalah lanjutan dari kertas kecil yang berada di atas makanan siang tadi yang ia berikan kepadaku, karena aku pikir itu hanya sebuah kertas yang tidak sengaja jatuh di piringku, jadi aku tidak menghiraukannya. Akan tetapi, kertas itu tidak kubuang, melainkan aku taruh di kantung.
Karena aku sangat ingin mengetahui isi kertas sebelumnya, aku langsung berlari menuju kamar dengan sangat tergesa-gesa, karena kertas itu ada di dalam kantung baju yang di gantung di luar.
Biasanya apa saja isi kantong baik celana atau baju pasti hilang di karenakan banyak santri nakal dari kamar sebelah yang suka mencari duit, sekalinya bukan duit yang di temukan pasti akan di buang.
"Doorrr....!!!"
Pintu kamar aku buka dengan sangat cepat, sampai mengejutkan teman temanku yang ada di dalam.
"Di, kamu kenapa?" tanya Yudai yang heran melihatku seperti itu.
"Huhh ... Huhh ... Ngg ... nggak ada apa-apa kok," jawabku sambil terengah-engah.
Aku langsung mencari baju itu dan setelah ku periksa kantungnya.
Alhamdulillah masih ada, itu membuatku menjadi tenang kembali.
"Di, kamu mau kemana lagi?" tanya Romi karena aku hendak keluar lagi.
"Sebentar doang nyari angin," jawabku asal.
Setelah aku buka ternyata isinya ...
"Apa kamu menyukaiku? "
Deg ...
Tiba tiba jantungku kembali berdetak lebih cepat seperti sebelumnya.
Apa kamu menyukaiku? Apa jawabanmu? :')
Setelah kusatukan pertanyaan itu, jelas sudah maksud dari kedua kertas itu.
Apa yang harus kukatakan saat bertemu dengannya lagi?
Apa benar aku menyukainya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Sudirman Dirga
n ,.n ... .
2021-05-15
2