Meski sudah diupayakan merahasiakan pertemuan ke 4 pejabat tinggi Kerajaaan Mayapada tersebut, namun akhirnya bocor juga.
Salah seorang juru masak yang ikut menyaksikan pertemuan itu, menceritakan kejadian yang ia lihat kepada saudaranya yang bertugas sebagai anggota Pasukan Bhayangkara.
Ketika cerita tentang pertemuan rahasia itu sampai kepada Ki Petruk, segera dia laporkan kepada Hyang Parikesit.
Tidak memakan waktu yang lama, Hyang Parikesit segera mengambil tindakan. Kementrian Keamanan Negara dibekukan oleh Sang Raja. Sementara Datuk Kuala Raja mendapat tugas baru menjadi duta besar di Kerajaan Babylonia.
Sedangkan garis komando semua pasukan baik di darat maupun laut langsung dibawah Raja, sementara Perdana Menteri Ki Petruk diangkat sebagai koordinator lapangan.
Sementara dua wali negara bagian yang hadir dalam pertemuan itu dibebas tugaskan. Wali Negeri Sumatera untuk sementara dipimpin oleh Putra Mahkota, Pangeran Hyang Jayanaga. Sedangkan Wali Negeri Jawadwipa dipegang oleh kakak seperguruan Ki Petruk yang bernama Ki Gareng.
Jabatan Kepala Dewan Keadilan juga mengalami rotasi, pejabat lama yakni Datuk Buana Sakti dipensiunkan diganti pejabat yang lebih muda bernama Datuk Kemuning.
Perombakan pemerintahan yang berlangsung mendadak ini, tentu saja mengagetkan para petinggi istana. Mereka sadar Ki Petruk tidak bisa dianggap sebelah mata, kedekatannya dengan Hyang Parikesit bisa menjadi senjata untuk menghantam lawan-lawannya.
Tugas awal yang dijalankan Ki Petruk sebagai Perdana Menteri adalah memenuhi permintaan Kerajaan Mesir agar dapat segera mengirim rempah-rempah ke negaranya.
Dengan berkoordinasi dengan Menteri Perdagangan antar bangsa, tugas berat ini dapat diselesaikan Ki Petruk. Ada sekitar 15 Kapal yang penuh bermuatan rempah-rempah berhasil di kirim ke Negeri Mesir.
Tidak hanya itu, Negeri Mayapada juga mengirim sebanyak 8 Kapal bermuatan rempah-rempah ke Babylonia melalui teluk Persia. Dan sebanyak 7 Kapal lagi ke wilayah benua Hindia melalui wilayah pelabuhan Sind.
Ki Petruk juga mencoba masuk pasar Asia Timur, sekitar 10 Kapal bermuatan rempah-rempah dikirim ke kepulauan Formosa, dan selanjutnya akan diedarkan ke daerah Shin (Tiongkok), Korea dan Jomon (Jepang).
Keberhasilan Ki Petruk kembali memulihkan perdagangan rempah-rempah mendapat banyak pujian dari rakyat Mayapada, terutama di kalangan saudagar. Mereka berharap, Ki Petruk dapat membangkitkan kembali perekonomian Mayapada yang sempat terpuruk.
Keberhasilan Ki Petruk di bidang ekonomi, ternyata tidak di-iringi keberhasilan di bidang keamanan negara.
Sekelompok orang menyatakan diri menolak kepemimpinan Ki Petruk. Mereka berhasil membakar gudang rempah-rempah di pulau seram (maluku) dan membunuh wali negara bagian Nusantara yang bertempat di daerah itu.
Kaum pemberontak ini mengaku sebagai pengikut setia Datuk Kuala Raja, mereka memprotes kebijakan pemerintah pusat yang menyingkirkan Datuk Kuala Raja secara zholim.
Selain di Pulau Seram, di wilayah Jawadwipa sebelah timur juga muncul pemberontakan. Mereka berhasil merebut benteng pertahanan yang berada di daerah itu, dan mengangkat pemimpin mereka sebagai Raja Jawadwipa.
Di Sumatera juga terjadi pergolakan, kali ini dipimpin oleh putra sulung Datuk Kuala Raja yang bernama Datuk Kuala Perak. Mereka berhasil merebut pelabuhan Barus dan mengusir Syahbandar beserta keluarganya dari daerah itu.
Sementara di sekitar Kalimantan dan Sulawesi muncul gerombolan perompak (bajak laut). Mereka menyerang dan menjarah rumah-rumah penduduk yang berdiam di daerah pesisir.
Menghadapi berbagai ancaman keamanan negara yang muncul dari beberapa tempat ini, Ki Petruk mengadakan pertemuan khusus dengan para stafnya.
Hadir dalam pertemuan itu diantaranya Kepala Dewan Istana Pangeran Hyang Jayanaga yang merangkap wali negeri Sumatera, kemudian Ki Gareng pejabat wali negeri Jawadwipa, lalu dihadirkan juga Guru Ki Petruk yang merupakan pemimpin Padepokan Punakawan bernama Hyang Ismaya atau dikenal sebagai Ki Semar.
"Gusti Pangeran, apa pendapat tuan terkait gangguan keamanan yang muncul akhir-akhir ini" kata Ki Petruk memulai pembicaraan.
"Terima kasih Perdana Menteri" ucap Pangeran Hyang Jayanaga.
"Setelah saya pelajari, ada 2 kelompok pemberontak yang merupakan pengikut paman Datuk Kuala Raja, yakni pemberontak di Pulau Seram dan di pelabuhan Barus."
"Untuk pemberontak di pulau seram, karena telah banyak memakan korban wajib kita kejar pelakunya, sedangkan yang di pelabuhan Barus masih kita bisa ajak bermusyawarah."
"Pemimpin pemberontak di pelabuhan Barus masih terhitung keluarga, jadi melalui pertemuan ini saya minta agar diijinkan berkomunikasi dengan mereka atas nama negara" lanjut Pangeran Hyang Jayanaga.
Meski terhitung masih muda yakni sekitar 25 tahun, Pangeran Hyang Jayanaga telah menunjukkan memiliki pemikiran yang logis dan matang. Hal ini dipengaruhi gembelangan pendidikan yang sangat ketat yang dilakukan oleh ayahnya Hyang Parikesit.
Setelah mendapatkan pendidikan khusus istana dari ayahnya dan beberapa sesepuh kerajaan, di usia 12 tahun Pangeran Hyang Jayanaga dikirim ayahnya ke Babylonia untuk menjalani pendidikan disana.
Pada usia sekitar 19 tahun, pangeran muda ini meneruskan pendidikannya di negeri Mesir dan baru pulang kembali ke Mayapada ketika usianya mencapai 23 tahun. Sesampai di tanah air, Pangeran Hyang Jayanaga mengemban tugas sebagai putra mahkota sekaligus Kepala Dewan Istana.
Ki Petruk sangat mengenal sifat dan kelakuan Sang Pangeran, karena Ki Petruk terhitung sebagai pengasuh Sang Pangeran ketika masih belia.
Bagi Ki Petruk, Sang Pangeran sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri, bahkan dalam suasana non formal anak-anak Ki Petruk memanggil Sang Pangeran dengan sebutan "Kakanda Pangeran" bukan "Gusti Pangeran" sebagaimana panggilan masyarakat Mayapada umumnya.
"Saya pribadi, sangat setuju dengan pendapat Gusti Pangeran, bagaimana Tuan Guru Hyang Ismaya apa ada nasehat terkait persoalan ini?" ucap Ki Petruk.
"Terima kasih Perdana Menteri, saya sama dengan Tuan Perdana Menteri, Pendapat Gusti Pangeran menurut kami sangat luar biasa dan patut didukung" ujar Hyang Ismaya.
"Namun meskipun demikian, kewaspadaan harus tetap dijaga, carilah tempat pertemuan yang aman. Memang benar antara Gusti Pangeran dengan pemimpin pemberontak adalah keluarga, akan tetapi harus di ingat mereka adalah kelompok pemberontak yang berbahaya" kata Hyang Ismaya lagi.
Hyang Ismaya sebenarnya masih terhitung kakek dari Pangeran Hyang Jayanaga. Hal ini dikarenakan kakek kandung Sang Pangeran yang bernama Hyang Abimayu adalah adik dari Hyang Ismaya. Namun karena ibu Hyang Ismaya adalah seorang selir, maka tahta kerajaan diberikan kepada adiknya yang berasal dari rahim pemaisuri.
Hyang Ismaya juga sempat diangkat menjadi Menteri Keamanan Negara di masa Hyang Abimayu berkuasa. Selepas berhenti menjadi pejabat negara, Hyang Ismaya membuka padepokan yang di beri nama Padepokan Punakawan.
"Terima kasih atas sarannya kakek guru" ungkap Pangeran Hyang Jayanaga setelah diberi kode Ki Petruk untuk berbicara.
"Saya percaya, apa yang dilakukan sepupu saya Datuk Kuala Perak hanyalah amarah sesaat saja."
"Saya sangat mengenal sifat Datuk Kuala Perak, karena pernah sama-sama mengikuti tugas belajar di Babylonia" kata Pangeran Hyang Jayanaga dengan yakin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Ace Blue Charlotte
Hai kak...mampir dicerita ku ya
2020-11-09
1