Get Your Love
Disudut ruangan sebuah kafe S, Gadisza duduk berhadapan dengan seorang pria tampan berpakaian rapi lengkap dengan jas hitam yang menambah kegagahannya. Ada rasa bangga dihati szasza karena pria yang dihadapannya ini adalah kekasihnya. Apalagi tidak sedikit wanita di kafe S ini sesekali melirik kagum melihat ketampanan kekasihnya ini. Szasza sangat merindukan kekasihnya karena hampir 2 minggu ia tidak pernah mendengar kabarnya. Sebelumnya hampir setiap hari kekasihnya sangatlah perhatian dengan menelpon atau mengirimkan pesan. Szasza sangat senang sekali ketika ia mendapat pesan pagi tadi dari kekasihnya meminta untuk bertemu di kafe S sepulang sekolah. Namun szasza agak sedikit heran, kenapa kekasihnya kali ini tidak menjemputnya di sekolahan seperti biasanya kalau ingin mengajaknya ke suatu tempat atau hanya sekedar mencari makan. Tapi walau demikian szasza mengiyakan dan tidak lupa mengirim pesan kepada mamanya memberi kabar bahwa ia telat pulang karena diajak makan oleh teman.
Masih dalam keterdiaman yang cukup lama, sampai akhirnya.
" Kita makan saja dulu, sza. Setelah itu ada yang ingin aku sampaikan kepadamu. " ujar kekasihnya saat pelayan datang membawa makanan- minuman yang sudah dipesan sebelumnya szasza sampai di kafe S ini. Kekasihnya sudah tahu benar makanan-minuman kesukaannya.
Setelah pelayan selesai menata pesanan diatas meja, kekasihnya mengambil sendok-garpu yang ada disisi piring sajiannya, & bersiap menyantap makanan tersebut.
Szasza hanya diam. Ia lalu menyandarkan punggungnya disandaran kursi kafe sambil menatap lurus wajah kekasihnya yang kini sedang serius menyantap makanan yang dihadapannya. Szasza merasa ada yang aneh dan beda dengan sikap kekasihnya belakangan ini. Ia melihat saat ini kekasihnya agak sedikit acuh dengan caranya menyantap makan, tanpa sedikitpun kekasihnya melihat kearahnya yang jelas-jelas szasza sedang memperhatikannya.
"Kak...apa tidak sebaiknya bicarakan saja sekarang, kalau aku harus menunggu selesai makan, aku semakin lama pulang, aku takut mama akan khawatir karena aku hanya mengatakan sedikit terlambat pulang." ujar szasza akhirnya karena tidak sabar menunggu apa yang ingin disampaikan oleh kekasihnya.
Kekasihnya meletakkan sendok-garpu yang ditangannya dan mengambil gelas yang sudah berisi air putih, diteguknya pelan-pelan.
"Sebelumnya aku minta maaf...mungkin ini akan sangat mengejutkan dan menyakitkan tapi aku harus mengatakan hal ini kepadamu. Aku ingin kita putus." ucap kekasihnya sambil menatap szasza datar.
Szasza terkejut mendengar keputusan kekasihnya itu. Ada rasa tidak percaya, ia berharap ini hanya mimpi saja. Ia mencubit lengannya. Sakit. Jadi ini bukan mimpi. Seketika ada rasa sesak di dada. Szasza menarik napas perlahan untuk membuang rasa sesak itu.
" Kenapa ?" hanya itu yang keluar dari mulut szasza karena tidak sanggup berkata-kata.
" Mantan kekasihku meminta kembali, dan aku tidak bisa menolak karena terus terang aku memang masih mencintainya."
" Baiklah kalau memang keputusan kakak seperti itu." tanpa mengatakan apa-apa lagi, szasza beranjak dari duduknya dan berlalu pergi sambil menahan airmata di kedua pelupuk matanya.
Szasza berjalan keluar tanpa dengan sedikit tertunduk. Hingga dipintu keluar ia menabrak seseorang yang ingin masuk kedalam kafe.
bukk
" Maaf..." ucap szasza pelan dan berlalu pergi meninggalkan kafe tanpa melihat lagi orang yang ditabraknya.
Szasza masih berusaha menahan agar airmatanya keluar dari pelupuk matanya. Ia tidak ingin orang lain melihat dirinya menangis.
" Kau tidak boleh menangis, sza..." batin szsza menguatkan dirinya sendiri sambil terus berjalan menuju halte bus dekat kafe. Sesampai di halte, szasza memberhentikan taxi yang kebetulan sedang lewat. Szasza langsung masuk ke dalam taxi dan duduk di kursi belakang supir. Tanpa lupa menyebutkan alamat tujuan. Airmata szasza sudah tak terbendung lagi. Ia menangis dalam taxi sambil sesekali ia memejamkan mata.
" Kenapa sesakit ini kalau putus cinta. Apakah karena aku terlalu mencintainya. Inilah kenapa dari dulu aku tidak pernah mau menjalin hubungan. Kenapa kau tega sekali kepadaku, bukankah kau yang meyakinkan aku hingga akhirnya aku mau menerimamu. Kau jahat, setelah kau dapatkan hatiku, tanpa perasaan kau ungkapkan hal yang menyakitkan itu padaku." batin szasza hingga airmatanya terus mengalir membasahi pipinya.
" Tidak, kau tidak boleh menangisi hal bodoh ini. " batin szasza sekali lagi sambil mengusap kasar pipinya yang basah karena airmata.
" Ya, aku tidak boleh menangis. Bagaimana nanti kalau mama curiga karena melihat mataku yang sembab." batinnya. Sekali lagi szasza mengusap mata dan pipinya. Ia mengeluarkan bedak Compact dalam tas, dan mengusap tipis bedak tersebut kepipinya untuk menghapus jejak airmata sambil mengerjakan matanya agar tidak terlihat sekali oleh mamanya kalau ia habis menangis. Szasza tidak ingin timbul banyak pertanyaan dari mamanya karena akan sangat sulit menjawab nantinya.
" Nona...sudah sampai." ucap sang sopir memberitahu bahwa sudah sampai, tepat di depan rumahnya.
" Ia pak. Terima kasih." szasza mengeluarkan uang dan memberikan kepada sopir.
Szasza membuka pintu taxi, dan menutup kembali pintu taxi setelah ia keluar dari taxi tersebut.
Szasza melangkah masuk kedalam halaman rumahnya, sesampai depan pintu, szasza mengetuk pintu.
" Mah ..." szasza memanggil mamanya.
Tidak lama kemudian, pintupun terbuka. Nampak mamanya tersenyum. Szasza meraih lengan mamanya dan mencium punggung lengan. Szasza melangkah masuk ke dalam.
" Papa sudah pulang, Mah ?" tanya szasza sambil menunggu mamanya menutup pintu.
" Belum. Tadi papa kirim pesan hari ini lembur jadi pulangnya agak malam. " jawab mama.
"Lalu bagaimana denganmu, apa sudah kenyang setelah di ajak makan temanmu...?" tanya mama dengan senyum menggoda.
" Sudah kenyang Mah..." jawab szasza berbohong.
" Jadi Mamah tidak perlu siapkan kamu makan kan? " ucap mama lagi.
" Tidak usah, Mah dan terima kasih..." ucap szasza tersenyum sambil mencium kedua pipi mamanya.
" Sza, mau mandi setelah itu langsung tidur ya, Mah."
" Ya sudah sana."
Szasza melangkah menuju kamarnya. Di dalam kamar, szasza meletakkan tas sekolahnya diatas meja belajarnya. Dan duduk di kursi yang ada depan meja belajar. Kembali ia teringat kejadian dan kata-kata menyakitkan yang kini menjadi mantan kekasihnya. Szasza menarik napas panjang untuk membuang rasa sesak yang masih membuncah di hatinya. Setelah cukup lama terpaku karena berkelut dengan kesedihan, szasza bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah kamar mandi. Mungkin dengan mandi akan menjernihkan pikiran dan perasaannya.
Sementara di kafe S.
Bima yang bertubrukan dengan szasza tadi sedang duduk bersama Rio dan Fatur temannya. Saat ke dua temannya bersenda gurau, sedang ia hanya terpaku diam sambil tangannya tanpa henti memainkan sedotan dalam gelas yang berisi jus.
Melihat hal itu, ke 2 temannya merasa aneh, karena sejak kejadian di pintu tadi, Bima lebih banyak diam.
" Bima...Lo kenapa sih, sejak masuk tadi diam aja. Ada apa...?" tanya Rio
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments