Bima melangkah menyusuri lorong-lorong sekolah dan berjalan menuju ruang perpustakaan sekolah. Hukuman yang diberikan oleh pa Suryo hanya merapikan ruang perpustakaan. Hukuman yang cukup ringan. Di depan pintu perpustakaan, Bima membuka pintu tersebut. Iapun masuk ke dalam ruangan perpustakaan, di sana ia mendapati ibu Intan yang sedang piket di ruangan perpustakaan.
Ia melangkah menghampiri bu Intan yang nampaknya sedang sibuk menyalin di buku besar.
" Selamat pagi bu Intan..." sapa Bima tersenyum ramah.
" Pagi..." balas bu Intan menoleh ke arah suara.
" Kamu, Bima. Ada perlu apa kamu kesini, bukannya hari ini pelajaran sedang berlangsung di kelas? " tanya bu Intan sambil mengernyitkan keningnya ketika melihat kedatangan Bima di perpustakaan pada jam pelajaran berlangsung.
Tanpa perlu menjelaskan sesuatu Bima menyerahkan selembar kertas yang diterimanya dari pa Suryo. Bu Intan meraih lembar kertas tersebut dari tangan Bima, setalah membaca sejenak isi dari lembar kertas tersebut, bu Intan menoleh kembali ke arah Bima.
" Tidak biasanya kamu seperti ini, Bima. Tapi ibu tidak akan banyak bertanya. Lakukanlah tugas dari pa Suryo ya. " ucap bu Intan sambil tersenyum bijak.
" Baik, bu Intan. " Bima mengangguk sambil tersenyum.
Bima berjalan menuju ke arah rak-rak buku perpustakaan. Ia merapikan susunan buku-buku yang terlihat berantakan. Setelah beberapa jam kemudian, akhirnya tugas Bima selesai. Ia melihat jam yang melingkar di pergelangan kanannya,
" Aku harus ke kelas..." gumamnya.
Bima melangkah menuju meja bu Intan.
" Bu Intan, tugas saya sudah selasai dan saya mohon pamit ingin ke kelas, karena sudah masuk pada jam pelajaran ketiga. " ujar Bima setelah sampai di hadapan bu Intan.
" Ia Bima..." jawab Bu Intan sambil menganggukan kepala pelan.
Bima melangkah keluar dari ruangan perpustakaan, setelah berpamitan dengan bu Intan. Kembali menyusuri lorong-lorong sekolah dan menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Sesampainya depan kelas, ia masuk ke dalam setelah sebelumnya membuka pintu kelas yang tertutup rapat. Seketika semua mata mengarah kepadanya. Bima menutup kembali pintu kelas dan melangkah santai menghampiri kursi duduknya, tanpa memperdulikan pandangan penuh pertanyaan di pikiran teman-teman sekelasnya melihat kehadirannya yang tidak biasanya seperti saat ini. Bima memang selama ini tidak pernah terlambat masuk karena termasuk murid yang disiplin penuh. Bima sudah menduduki kursinya dan meletakkan tas disisi kursinya.
" Gue pikir, lo nggak masuk hari ini..." ujar Fatur yg memang duduknya berada di sebelahnya.
" Gue kesiangan...Ya gini deh jadi telat masuk, untungnya pa Suroso bermurah hati bukain pintu gerbang buat gue. " ucap Bima sambil mengeluarkan buku dan alat tulis dari tasnya.
" Wah, pa Suroso nggak adil banget sih, kenapa lo telat dibukain, coba kalau gue atau yang lainnya telat, pa Suroso tetap nggak mau buka itu pintu gerbang walau kita merajuk minta belas kasihan. " ujar Fatur lagi dengan nada kesal mengingat betapa alotnya merayu pa Suroso agar membukakan pintu gerbang.
Mendengar itu Bima hanya tertawa.
" Tapi, kenapa lo...." kalimat Fatur menggantung ketika terlihat pintu kelas kembali terbuka. Pa Edi, guru kimia masuk ke dalam kelas.
Pa Edi, berjalan menuju mejanya dan meletakkan buku yang dibawanya di atas meja, sambil menyapa semua murid dalam kelas dan di jawab dengan kompak oleh murid-muridnya.
" Hari ini ulangan ya. " lanjut pa Edi berdiri di hadapan para muridnya.
Mendengar pernyataan dari pa Edi yang mendadak seperti itu, menimbulkan keriuhan dan protes karena ketidak siapan mereka. Hanya Bima saja diam tanpa bicara. Bukan karena ia sudah siap dengan ulangan mendadak tapi pikirannya masih berputar dengan wanita di kafe itu. Namun sebenarnya tanpa persiapan belajarpun, Bima merupakan salah satu murid yang tidak perlu diragukan kepintarannya. Tampan dan pintar merupakan nilai plus bagi Bima itulah kenapa Bima sangat di puja-puja wanita di sekolahnya.
Keputusan pa Edi untuk ulangan tidak bisa ditolak, akhirnya mereka menerima dengan hati bergumam kesal.
*****
bel jam pulang sekolah berbunyi. Nampak dari luar semua pintu kelas dari lantai 1 sampai lantai 3 terbuka semua. Semua murid-murid dan guru yang berada dalam kelas serentak keluar dari dalam ruang kelas. Keriuhan terjadi di sekitar lorong sekolah oleh suara mereka karena senang rasa penat setelah seharian berkutat dengan pelajaran akhirnya berakhir. Bahkan ada beberapa yang berlarian sepanjang lorong dan tangga menambah keriuhan sekitar sekolah. Nampak Bima keluar dari kelas beserta kedua sahabatnya yaitu Fatur dan Rio. Mereka bertiga bercengkrama dan sesekali bersenda gurau di sepanjang lorong sekolah, menuruni tangga hingga menuju tempat parkiran motor.
" Ok, sampai ketemu di gelanggang..." ujar Bima sesampainya di parkiran. Iapun mengenakan jaket dan helmnya, setelah itu ia duduk diatas motornya.
" Ok..." ujar Fatur dan Rio kompak.
Bima menyalakan motornya lalu melajukan keluar dari tempat parkir menuju pintu gerbang sekolah. Disusul oleh Fatur dan Rio.
*****
" Sza...."
Szasza menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang dimana suara itu berasal. Nampak ayu setengah berlari menghampiri szasza berdiri menunggu dirinya.
" Sza, nanti sore sekolah kita ada pertandingan basket. Kita nonton yuk, sudah lama kita tidak datang setiap ada pertandingan. " ajak ayu setelah berdiri berhadapan dengan szasza. Ayu menunggu jawaban szasza sambil menatap penuh harap. Szasza hanya diam, ada keraguan di hatinya untuk mengiyakan ajakan ayu untuk melihat pertandingan basket setingkat nasional, dimana hari ini adalah pertandingan penentuan merebut juara 1. Szasza sedang malas untuk pergi kemanapun ataupun sekedar menonton pertandingan basket yang selalu diikuti oleh szasza dan ayu, apalagi kalau sekolah mereka terlibat dalam lomba pertandingan basket.
" Sza..." ayu sedikit merajuk karena sekian detik szasza belum juga mengiyakan ajakannya.
" Aku jemput ya..." lanjut ayu sekali lagi masih berusaha membujuk szasza.
" Aku sedang tidak ingin pergi, yu..." ujar szasza malas menanggapi ajakan ayu.
" Kamu nih kenapa sih, sudah 2 bulan ini kita jarang sekali pergi bersama-sama, biasanya kau yang selalu bersemangat kalau sekolah kita sedang bertanding basket dengan sekolah lain. " ujar ayu masih dengan usahanya supaya szasza mau ikut melihat pertandingan tersebut dan kini sambil meraih dan menggenggam lengan kanan szasza.
" Baiklah, janji jemput aku ya..." ujar szasza akhirnya mengiyakan ajakan ayu.
" Siap, bos..." ujar ayu senang sambil meletakkan tangan kanan ke keningnya dengan sikap hormat.
Melihat sikap temannya ini, szasza jadi tertawa geli.
" Kamu ya..." ucap szasza disela tawanya.
Merekapun kembali berjalan keluar dari pintu gerbang halaman sekolah. Sambil berjalan beriringan, sesekali terdengar tawa diantara mereka berdua. Sesampainya depan pintu gerbang sekolah. Ayu dan szasza menghampiri mobil hitam yang terparkir di depan gebang sekolah. Nampak pa Biyan, supir papa ayu sedang berdiri di samping mobil menunggu anak majikannya pulang sekolah.
" Sza, aku duluan ya. "
" Ok..." balas szasza sambil tersenyum.
Pa Biyan membukakan pintu mobil belakang mobil. Ayu langsung naik ke dalam mobil dan duduk di belakang kursi supir. Pa Biyan segera berjalan memutari mobil dan membuka pintu depan dan duduk dikursi supir.
" Bye, sza...aku jemput nanti sore. " ujar ayu dari balik kaca mobil yang terbuka sambil melambaikan tangannya kepada szasza.
" Bye..." szaszapun membalas lambaian ayu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments