Pukul 20.00, di ruang makan, Bima, papa Sonny, mama Andin dan mas Denny sedang menikmati makan malam.
" Bima bagaimana sekolahmu ?" tanya mama disela santapannya
Bima yang sedang memasukkan makanan dari sendok kemulutnya seketika mengangkat wajahnya dan melihat ke arah mamanya.
" Baik, mah..." jawab Bima setelah terlebih dahulu memasukkan makanan dan mengunyahnya.
" Beberapa bulan lagi ujian akhir semester kan..." tanya mama lagi
" Iya, mah..."
" Mama dan papa ada rencana setelah kamu lulus sekolah, kamu harus melanjutkan studymu ke luar negeri seperti mas Denny dahulu. Supaya kamu bisa membantu mengelola perusahaan papa bersama mas Denny. " ujar mama menjelaskan rencana studynya.
" Baik, mah. Bima nurut saja rencana mama dan papa. " ucap Bima sambil tersenyum.
Mendengar hal itu papa Sonny dan mama Andin tersenyum senang karena keinginan mereka untuk meminta Bima melanjutkan study keluar negeri diterima dengan baik oleh Bima.
" Bagaimana denganmu, Denny. " kini papa yang bertanya kepada mas Denny yang sejak tadi hanya diam.
" Bagaimana dengan perusahaan cabang saat ini. " lanjut papa
" Semua berjalan dengan baik, pa..." jawab mas Denny
" Pesan papa, kamu harus jaga dengan baik perusahaan-perusahaan yang sudah menjalin kerjasama dengan perusahaan kita. Lakukan yang terbaik agar perusahaan-perusahaan tersebut merasakan kenyamanan dan saling menguntungkan. Dengan demikian perusahaan kita akan berkembang dengan baik. Papa percayakan itu kepadamu. " ujar papa.
" Iya, pa. Denny janji tidak akan mengecewakan papa dan mama. " ujar mas Denny tersenyum penuh keyakinan.
" Mama juga ada rencana setelah Bima lulus nanti, mama ingin berhenti bekerja." ujar mama.
" Sudah waktunya mama beristirahat dan menghabiskan waktu di rumah, mama sudah kangen ingin berkebun. Lagipula sudah ada Denny yang membantu menangani perusahaan papa, iyakan pa..." lanjut mama tersenyum simpul sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah papa.
Melihat hal itu, papa Sonny tertawa.
Sementara Bima dan mas Denny tersenyum.
" Iya, mah. Mama kalau mau berhenti
sekarangpun boleh tanpa perlu menunggu Bima lulus ko, mah. " ujar papa disela tawanya.
" Justru papa lebih senang mama diam di rumah menjadi nyonya Sonny. Papa kan tidak pernah memaksa mama supaya ikut bekerja mengurus perusahaan kita, mama saja yang bersikeras ingin bekerja, dengan alasan bosan di rumah. " lanjut papa lagi meledek mama.
Sementara mama hanya menutup wajahnya dengan kedua tangannya ketika mendengar seloroh papa.
" Papa nih..." ujar mama malu.
Kamipun tertawa bersamaan menambah kehangatan suasana ruang makan.
Selesai makan, Bima kembali ke kamarnya. Sedang papa dan mas Denny ke ruangan kerja sekaligus perpustakaan keluarga. Mungkin ada hal pekerjaan yang ingin dibicarakan oleh papa dan mas Denny. Sementara mama ke dapur membuatkan kopi dan kudapan untuk papa.
Di kamar, Bima mengambil hpnya yang terletak diatas nakas. Dan ia berjalan menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di atas sofa.
" Siapa wanita itu..."batin Bima masih mengingat kejadian di kafe sore tadi sambil melihat apakah ada notifikasi yang masuk di hpnya.
Entah kenapa ada perasaan beda ketika melihat wajah wanita itu. Hingga sampai saat ini bayangan wajahnya tidak lepas dari pikiran dirinya.
Bima bangun dari sofa, dan ia mengambil remote home theatre yang berada diatas meja disisi sofa. Tidak lama kemudian terdengar alunan musik kesukaannya dari home theatre tersebut.
Kembali Bima membaringkan tubuhnya di atas sofa sambil memejamkan matanya dan menikmati alunan musik.
" Bisakah aku bertemu dengannya lagi, tapi dimana. Apa aku harus ke kafe itu lagi nanti dan mungkin aku bisa bertemu dengannya lagi. Sepertinya wanita itu suka ke kafe itu. Ya, sepulang pertandingan besok, aku akan mampir ke kafe tersebut. Siapa tahu aku bisa bertemu lagi dengannya. Dan aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berkenalan dengannya. Tapi bagaimana kalau tidak bertemu lagi, apakah aku bisa melupakannya atau pikiranku bisa jadi gila karena memikirkannya. "batin Bima lagi.
" Aahhh..." desis Bima karena frustrasi akibat pikirannya yang berkecamuk oleh wanita tersebut.
Iapun bangun dari sofa dan berjalan menuju ranjang tidurnya. Dengan kasar, ia menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang. Dengan posisi telentang menatap langit-langit kamar, Bima mengambil guling yang ada disisinya dan menutup wajahnya dengan guling tersebut.
Bima terus membolak-balik tubuhnya diatas ranjang, ia sudah berusaha untuk tidur tapi rasanya sulit sekali untuk memejamkan mata. Pikirannya masih terus berkecamuk oleh rasa penasaran.
Bima melihat jam yang diatas nakas. Pukul 01.30.
" Sudah sepagi ini, aku belum bisa juga tidur. "
Bima bangun dari ranjang dan duduk di sisi ranjang. Ia mengusap wajahnya kasar. Ia beranjak dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Ia membasuh wajahnya dengan air di wastafel. Dan ia menatap wajahnya sendiri pada kaca wastafel sambil menghela napasnya pelan untuk mengusir kegundahan hatinya. Tak berselang lama, Bima mengambil handuk kecil yang tersampir di sisi wastafel. Bima keluar dari kamar mandi dan menutup kembali pintu kamar mandi. Dan kembali membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
" Bima...Bima...Bima..." panggil mama Andin berulang-ulang sambil mengetuk pintu kamar Bima.
Mamapun menekan handle pintu setelah beberapa kali memanggil nama Bima tapi tidak ada sahutan dari dalam kamar. Pintupun terbuka karena tidak dikunci oleh Bima.
ceklek
" Pintunya tidak dikunci.." gumam mama sambil mengerutkan keningnya.
Mama berjalan masuk ke dalam kamar dan mendapati anaknya masih terlelap dengan tidurnya. Mama menggelengkan kepalanya dan berjalan menghampiri ranjang tidur Bima. Dan duduk di sisi ranjang.
" Bima bangun...Sudah siang..." ujar mama sambil menepuk bahu Bima pelan.
" Bangun Bima, nanti kamu terlambat ke sekolah. "
ujar mama lagi masih tetap menepuk-nepuk bahu Bima.
Bimapun terbangun. Matanya agak menyipit dan mengulekkan tubuhnya dengan posisi kedua tangannya keatas kepala. Setelah pandangannya sudah sempurna, ia melihat ke arah mamanya yang masih duduk di sisi ranjang yang sedang tersenyum memandang anaknya.
" Mama..."
" Ayo cepat bangun, sudah siang, dan lekas mandi setelah itu turun untuk sarapan. Papa dan mas Denny sudah menunggu di ruang makan." ujar sambil beranjak dari sisi ranjang sambil berjalan menuju jendela kamar. Mama membuka tirai jendela kamar. Dan matahari pagi masuk menyeruak ke dalam kamar setelah tirai jendela sepenuhnya terbuka.
Bima melihat jam di atas nakas. Pukul 06.30.
" Gawat, sudah siang..." gumam Bima langsung terlonjak bangun dari ranjang tidurnya dan dengan langkah yang terburu-buru ke arah kamar mandi. Melihat itu, mama Andin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Sebelum menutup pintu kamar mandi, Bima menoleh ke arah mamanya.
" Mah...katakan pada papa dan mas Denny, tidak perlu menunggu Bima, sarapan saja lebih dulu. Mungkin Bima tidak sarapan, Bima harus cepat-cepat, supaya tidak telat sampai ke sekolah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments