Sebelum menutup pintu kamar mandi, Bima menoleh ke arah mamanya.
" Mah...katakan pada papa dan mas Denny tidak perlu menunggu Bima, sarapan saja lebih dulu. Mungkin Bima tidak sarapan, Bima harus cepat-cepat, supaya tidak telat sampai ke sekolah. "
Mama hanya mengangguk menanggapinya dengan senyum tidak pernah lepas dari bibirnya.
Bima menutup pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Tidak lama kemudian terdengar suara kucuran shower.
Mama Andin berjalan menuju tempat tidur, dan merapikan ranjang yang berantakan, disusunnya bantal dan guling. Setelah merasa sudah rapi, mama Andin berjalan menuju pintu kamar dan keluar dari kamar tidur Bima. Mama Andin melangkah menuruni anak tangga dengan perlahan dan melangkah menuju ruang makan dimana papa Sonny dan Denny sudah menunggu untuk sarapan. Sesampainya di ruang makan.
" Mana Bima, mah...ko tidak ikut turun untuk sarapan...?" tanya papa Sonny, heran karena istrinya hanya turun sendiri saja tanpa si bungsu Bima.
" Bima sedang mandi, pah...Baru saja bangun..." jawab mama Andin sambil menarik kursi dan duduk di samping suaminya.
" Baru bangun...? Tumben sekali...? " ujar papa Sonny mengernyitkan keningnya karena merasa heran tidak biasanya Bima seperti itu. Mama Andin hanya mengangkat bahu saja karena sama tidak mengertinya dengan Bima hari ini.
" Bima tadi pesan, kita sarapan saja lebih dulu tidak perlu menunggunya. " ucap mama Andin menyampaikan yang dikatakan Bima tadi kepada papa Sonny dan Denny, anak sulungnya.
" Ya sudah..." ucap papa Sonny tanpa banyak bertanya lagi. Mama Andin mengambilkan nasi ke piring papa Sonny dan ke piringnya. Lalu Denny mengambil mangkok nasi yang di sorongkan oleh mama Andin ke arahnya. Merekapun menikmati sarapan pagi ini tanpa bersuara. Tidak lama kemudian muncul Bima menghampiri mereka yang masih menikmati santapan pagi.
Pah...mah...mas Denny...Bima berangkat ya..." ucap Bima pamit sambill mencium tangan kedua orang tuanya.
" Sarapanlah dulu, Bima..." ucap mama Andin meminta Bima untuk sarapan terlebih dahulu walau ia tahu mungkin waktunya tidak cukup mengingat beberapa menit lagi waktu jam sekolah akan dimulai. Ada kekhawatiran di wajah mama Andin.
" Bima makan dikantin sekolah saja, mah. Sudah tidak ada waktu untuk sarapan. "
" Ya sudah, hati-hati..." ujar mama Andin lagi.
" Bima berangkat ya pah...mah...mas Denny..."pamit Bima.
Papa Sonny, mama Andin dan mengangguk dan mengiyakan ketika Bima pamit. Bimapun segera pergi dengan langkah panjangnya sedikit terburu-buru menuju ruang garasi dimana motornya berada.
" Hati - hati, sayang..." ujar mama Andin setengah berteriak agar suaranya terdengar oleh Bima.
" Iya, mah..." jawab Bima setengah berteriak juga karena sempat menangkap suara mamanya.
Bima langsung menghampiri dan menaiki motornya setelah sebelumnya memakai jaket dan helmnya. Dan langsung melajukan motornya keluar dari garasi, setelah melewati pintu gerbang rumahnya dengan kecepatan tinggi ia melajukan motornya ketika sudah di jalan raya.
" Sial..karena semalaman ia tidak bisa tidur ia jadi kesiangan bangun. Entah jam berapa dirinya baru bisa memejamkan mata..." batin Bima.
*****
Sesampai di gerbang sekolah, Bima memelankan laju motornya. Di lihatnya pintu gerbang sekolah sudah di tutup.
" Sial...sudah di tutup..." gumam Bima frustrasi.
Bima melihat-lihat ke dalam dari balik gerbang sekolah, berharap penjaga sekolah berada disekitar halaman sekolah dan memohon untuk dibukakan pintu gerbang.
Bima melihat seseorang berjalan di sekitar halaman sekolah.
" Syukurlah, akhirnya ada pa Suroso..." gumam Bima bernapas lega karena ternyata orang tersebut pa Suroso salah satu penjaga di sekolahnya.
" Pa Suroso..." panggil Bima setengah berteriak berharap pa Suroso mendengar panggilannya.
Pa Suroso mencari-cari arah suara memanggil namanya, dan akhirnya ia mendapati Bima sedang berdiri di balik pintu gerbang sekolah. Ia berjalan menghampiri pintu gerbang. Setelah mendekat...
" Nak Bima..." ujar pa Suroso sedikit heran karena melihat Bima, yang dikenalnya sebagai murid tauladan di sekolah ini. Ia segera membukakan pintu gerbang walau ia tahu ini akan melanggar aturan sekolah bahwa tidak boleh membukakan pintu gerbang bagi siswa yang terlambat datang.
"Masuklah, nak Bima...dan jangan lupa ke ruangan BP dahulu supaya diberi ijin masuk kelas. " ujar pa Suroso memberi saran.
" Baik, pa Suroso. Terima kasih. " ucap Bima dengan tatapan yang penuh rasa terima kasih kepada pa Suroso. Bima tahu ini pasti akan berisiko bagi pa Suroso karena sudah melanggar aturan sekolah. Tapi Bima berjanji dalam hati akan membantu pa Suroso kalau-kalau akan berdampak dengan pekerjaan pa Suroso.
Setelah memarkirkan motornya di parkiran sekolah. Bima berjalan menuju ruang BP dan menemui Pa Suryo. Sesampai diruang BP, Bima mengetuk pintu pelan. Tidak lama terdengar suara pa Suryo dari dalam mempersilahkan masuk. Bima menekan handle pintu dan membuka pintu tersebut.
Ceklek
" Selamat pagi, pa..." salam Bima sambil tersenyum ramah setelah ia sudah masuk kedalam ruangan dan berjalan menuju meja kerja pa Suryo dimana pa Suryo sepertinya sedang mengerjakan sesuatu di komputer yang berada di atas mejanya.
" Kamu, Bima...Ada apa..." tanya pa Suryo menatap Bima dengan heran dan menghentikan aktifitas mengetiknya.
" Saya terlambat masuk pa, jadi saya menemui bapak dengan maksud ingin minta surat ijin masuk kelas " ujar Bima setelah berdiri berhadapan dengan pa Suryo yang dibatasi dengan meja dan menjelaskan maksud kedatangannya keruangan BP.
" Tidak biasanya kamu seperti ini." ujar pa Suryo lagi dengan nada heran.
" Maaf pa, saya tadi bangun kesiangan..." ucap Bima dengan merasa bersalahnya.
" Tapi maaf, Bima. Bapak tidak bisa beri ijin kamu masuk kelas pada jam pertama seperti ini. Mungkin kamu baru akan bisa masuk pada jam ketiga nanti. Tapi sebelumnya karena keterlambatan kamu, dengan alasan apapun, bapak tetap akan memberi kamu hukuman karena melanggar kedisiplinan sekolah ini. " ujar pa Suryo tegas.
" Baik, pa. Tidak apa. " ujar Bima pasrah.
Pa Suryo mengambil selembar kertas dari laci mejanya, dan menulis sesuatu di kertas tersebut.
Setelah selesai, pa Suryo menyerahkan kertas tersebut kepada Bima. Bima membaca sebentar isi dari selembar kertas yang diterimanya dari pa Suryo. Di situ tertera hukuman yang harus ia lakukan sebelum ia masuk kelas nanti dan tanda tangan persetujuan pa Suryo mengiinkan ia masuk ke dalam kelas. Bimapun pamit pada pa Suryo dan keluar dari ruangan BP.
Bima melangkah menyusuri lorong-lorong sekolah dan berjalan menuju ruangan perpustakaan sekolah. Hukumannya yang diberikan pa Suryo hanya merapikan ruang perpustakaan. Hukuman yang cukup ringan. Di depan pintu perpustakaan, Bima membuka pintu tersebut. Iapun masuk ke dalam ruangan perpustakaan, disana ia mendapati ibu Intan yang sedang piket di ruangan perpustakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments