Dhea menyembur keras nafasnya dari mulut. Ia mengurungkan niat untuk menyusul Aksa ke kantin. Dan ia malah pergi ke atap sekolah untuk meredam perasaan cemburunya pada Jessi dan Aksa yang terlihat semakin akrab dan dekat.
Dari atap Dhea bisa melihat segalanya yang terjadi dibawah. Pandangannya menatap kearah beberapa siswa yang tengah bermain sepak bola. Dan ada beberapa siswa dan siswi lainnya yang menonton dan bersorak menyemangati team yang mereka dukung.
"Waahh.. Ternyata diatas sini menyenangkan juga!" ucapnya menggeliat dan menikmati pemandangan yang ia lihat saat ini.
Ini adalah pertama kalinya Dhea pergi ke atap sekolah. Sebelumnya ia tidak ingin pergi kesana karena tidak ingin menaiki tangga yang membuat lelah kakinya. Tapi, kali ini entah kenapa hanya tempat ini yang ia pikirkan saat merasa sedih dan marah karena cemburu melihat Jessi dan Aksa.
"Gue pikir, lo mau melompat," lontar seseorang mengagetkan Dhea. Tiba-tiba sosok dari pemilik suara itu sudah ada disamping Dhea saja. Kehadirannya itu seperti hantu tanpa suara sedikit pun. Ia memandang jauh kearah lapangan, kedua tangannya ia masukkan kedalam saku celananya.
Lelaki bertubuh jangkung, memiliki rambut hitam pekat dan kulit sawo matang. Juga bola matanya tampak sangat cokelat terang ketika terkena cahaya matahari. Dhea tidak mengenalnya. Dia baru pertama kali melihatnya. Siapa dia?
"Hah? Melompat? Yang benar saja! Untuk apa gue melompat? Gila!" sahut Dhea.
Dia menoleh pada Dhea dan menatap teduh dengan tatapan lekat. Dhea merasa canggung dan tidak nyaman akan tatapan yang diberikannya itu.
"Ada apa?" tanya Dhea.
"Tidak ada. Hanya ingin memastikan sesuatu saja," jawabnya membuat Dhea mengeryit tidak paham dengan maksudnya. Kemudian ia kembali menatap jauh kearah lapangan.
"Memastikan apa?" tanya Dhea penasaran.
"Setiap melihat lo, gue selalu melihat dia di mata lo," balasnya lagi membuat Dhea semakin tidak paham siapa maksudnya.
"Apa sih, maksud dari perkataan lo itu? Melihat siapa?" tanya Dhea lagi.
Dia malah tersenyum mendapatkan pertanyaan dari Dhea terus menerus. "Ternyata lo cukup kepo juga, yah?"
"Yah, siapa suruh juga lo bicara hal yang sama sekali tidak gue pahami. Kalau lo mau curhat, sama orang yang lo kenal. Bukan sama gue, kenal lo aja nggak. Ya pastinya, gue akan terus bertanya, iyah kan?" sahut Dhea membela diri.
Lagi-lagi dia tersenyum kemudian tertawa kecil. "Yah, lo bener juga, sih!"
"Eh, ngomong-ngomong, lo kenal gue?" tanya Dhea penasaran.
"Nggak. Cuma gue sering liat lo lewat. Gue juga gak nyangka bisa bertemu lo disini bicara sama lo kayak gini," balasnya.
"Ohh.." Dhea hanya mengangguk-angguk kepalanya pelan. "By the way, nama gue Dhea! Siapa nama lo?"
"Gue Farhan! Lo bisa panggil gue Fay."
"Fay? Ok. Baiklah. Tapi, gue gak pernah liat lo sebelumnya. Lo dari kelas apa?" tanya Dhea penasaran.
"Gue dari kelas Ips, kelas 12-C yang paling ujung."
"Oh, pantesan!"
Perbincangan mereka berlanjut berbasa-basi. Pertemuan pertama mereka tidak terlalu buruk dan tidak canggung. Yah, lelaki itu cukup menyenangkan dan juga menarik saat diajak bicara. Dan mudah sekali membuat Dhea nyaman berbicara dengannya.
Sesekali tawa pecah di antara mereka ditengah-tengah perbincangan mereka yang sudah melantur entah kemana. Saking asiknya mengobrol mereka sampai lupa dengan waktu. Dan bel masuk pun sudah berbunyi dengan lantangnya, menandakan waktu istirahat telah habia dan melerai perbincangan hangat mereka saat ini.
"Ahh.. Sayang sekali. Sepertinya kita harus menunda perbincangan kita," ucap Dhea.
"Yah, sepertinya begitu. Waktu berputar begitu cepat."
"Emm.. Yaudah, yok kita kembali ke kelas?" ajak Dhea diikuti anggukan dari Fay. Mereka turun dan kembali ke kelas bersama-sama.
Fay mengantar Dhea sampai didepan kelasnya. Karena kebetulan, kelas Fay melewati kelas Dhea. Aksa tidak sengaja melihat kebersamaan Dhea dan Fay yang terlihat cukup akrab dan meyakinkan.
"Apa-apaan ini? Apa cowok itu target yang Dhea incar dalam taruhan ini? Jadi, Dhea berhasil pdkt sama cowok lain?" gumam Aksa entah kenapa merasa kesal melihat hal itu.
"Fay, terimakasih yah. Hari ini lo udah mau menjadi teman bicara gue. Kalau begitu sampai jumpa lagi," ucap Dhea hendak akan masuk ke dalam kelasnya.
"Tunggu!" cegah Fay menarik tangan Dhea dengan lembut.
"Iyah?"
"Datanglah ke atap besok! Kita makan siang bersama disana. Itu pun jika lo mau," pinta Fay dengan lembut.
Dhea sejenak berpikir. "Emm gimana yah.. Aku.." Dhea tidak sengaja melihat Aksa yang tengah memperhatikannya dengan Fay saat ini. Lalu, tanpa sengaja terlintas sebuah ide dalam pikirannya untuk menjadikan kebetulan ini, sebuah kesempatan bagus untuk membuktikan pada Aksa bahwa ia mampu memenangkan taruhannya dengan Aksa.
Dan ia juga berpikir mungkin ia bisa meminta bantuan pada Fay saat waktunya hampir tiba, agar Fay mau berpura-pura menjadi pacarnya. Yah, walau terdengar licik, tapi Dhea tidak punya cara lain. Walau ia harus memanfaatkan kebaikan Fay. Ia harus tetap melakukannya karena hanya ini cara yang ia punya saat ini.
"Baiklah Fay. Aku akan datang. Tapi, apa aku harus membawa bekal makan siang dari rumah?"
Fay tertawa karena pertanyaan Dhea itu. "Tidak perlu. Aku akan membawakan sesuatu yang enak untukmu," balas Fay.
"Benarkah? Waahh.. Kalau begitu aku akan sangat merasa senang!" seru Dhea tiba-tiba bersikap manis pada Fay.Ia sengaja melakukan hal itu agar terlihat lebih meyakinkan dan tentunya untuk membalas Aksa.
Fay mengacak pelan rambut Dhea dengan lembut dan membuat Dhea terkejut akan hal itu. Ia tidak menduga Fay akan melakukan hal itu, yang semakin membuat yakin dengan apa yang Aksa lihat. Aksa tampak cemburu dan kesal melihat apa yang baru saja ia lihat. Kedua tangannya terkepal erat menahan emosinya yang kini kian meningkat.
"Jadi, Dhea benar-benar sudah berhasil pdkt-an sama cowok itu? Kapan mereka bertemu? Kenapa mereka bisa seakrab itu? Kenapa gue tidak rela membiarkan tawa Dhea itu lepas karena cowok lain?" gumam Aksa.
Bagi Aksa suara tawa Dhea saat ini terdengar seperti sebuah anak panah yang terlepas dari busurnya dan melesat melukai hati Aksa. Sangat menyakitkan.
"Kenapa aku harus marah? Lagi pula ini hanya taruhan. Dhea tidak benar-benar menyukai cowok itu," ucap Aksa menghibur dirinya sendiri dan mencoba meredam amarahnya agar tidak terlihat oleh Dhea. Ia mencoba untuk tetap relax dan santai.
"Kalau begitu sampai jumpa besok. Jangan lupa yah!" ujar Fay berpamit diri diikuti anggukan dari Dhea dan melangkah pergi.
Dhea hanya tersenyum dan melambai manis pada Fay. Aksa menghampiri Dhea setelah Fay berlalu pergi. "Target lo?" tanya Aksa dengan ketus.
"Menurut lo?" sahut Dhea membalikkan. Ia tampak gembira karena mendapat raut kesal di garis wajah Aksa. Sambil berlenggak lenggok Dhea masuk kedalam kelas dengan hati yang sangat puas dan senang. Akhirnya ia bisa membuat Aksa terdiam tidak berkutik.
"Hah! Ini tidak bisa dibiarkan. Dhea gak boleh sampai jadian sama tuh cowok. Gue harus terus memperhatikan mereka," gumam Aksa menatap sinis ke arah koridor sekolah yang Fay tuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments