BAB 4

Pagi yang cerah untuk berlatih dan bermain basket dilapangan. Delan terlihat begitu gigih menggiring bola basketnya. Teriakan para siswi tampak begitu antusias mendukung dan menyemangati permainan keren dari Delan. Ricuh bergemuruh. Para siswi itu begitu ribut melebihi kicauan burung di pagi hari ini.

"Delan! Aku mencintaimu!" seru salah satu siswi dari team Cheerleader bersorak dengan semangat dan yang paling keras.

"Delan! Kamu keren sekali! Ayo semangat!" timpal salah satu teman cheer-nya yang lain.

Memang benar, permainan basket Delan sangat keren. Bahkan Dhea mengakui hal itu. Siapapun gadis itu, pasti akan jatuh cinta padanya. Delan tipe pria yang sangat baik, ramah, romantis dan lembut terhadap wanita. Wajar, jika para siswi di sekolah banyak yang tergila-gila pada Delan.

Tidak hanya Delan, tapi Aksa pun sama, malah lebih populer dati Delan. Dia tampan dan jenius juga satu-satunya pewaris dari perusahaan ternama. Anak tunggal dari seorang pengusaha terkenal Pak Hendra Tjutino. Ia memiliki masa depan yang sangat cerah. Cewek mana yang tidak akan berlomba-lomba untuk mendapatkan hati Aksa dengan latar belakangnya itu.

Dhea menghela nafas panjang sambil berpikir, apa yang harus dia lakukan untuk bisa menarik hati lelaki? Sejak pagi, ia hanya terduduk dan melihat permainan basket Delan dari kejauhan.

"Ada apa? Lo pasti sedang bingung sekarang, iyah kan?" lontar suara yang paling ia kenal sejak dulu.

"Apaan sih, lo? Nggak juga!" sahut Dhea menyangkal, sejenak ia menoleh pada Aksa, lalu dengan cepat ia kembali mengalihkan pandangannya pada Delan yang sedang mencetak gol yang kesekian kalinya.

Aksa duduk disamping Dhea. Tatapannya kini menuju pada Delan, mengikuti sorotan mata Dhea.

"Jadi, siapa target lo?" tanya Aksa penasaran.

"Lo gak usah tahu!" jawab Dhea singkat.

"Jangan bilang, target lo itu si Delan?" terka Aksa menunjuk pasa Delan.

"Apaan sih? Sok tahu banget sih, loh!" seru Dhea mulai memberi soda dinada bicaranya.

"Yah, kalau gue sih cuma mau ngingetin ajah. Waktu lo kan cuma satu minggu. Delan itu target yang sulit untuk dimasukin ke daftar lo. Secara dia cowok yang populer dan dikelilingi oleh banyaknya cewek cantik. Yah, menurut gue, dari sekian banyaknya para cewek itu, pasti salah satu diantara mereka ada yang Delan sukai. Aku hanya sedikit membantu saja, biar kamu sadar. Biar nantinya gak terlalu kecewa," ujar Aksa panjang lebar.

Dhea melirik tajam pada Aksa. Paham dengan maksud dari kalimat terakhirnya itu, sebuah percikan api menyulut membangun amarah dalam hatinya. Tanpa menggubris ucapan Aksa, ia melayangkan satu pukulan keras dibelakang kepala Aksa.

"Aduhh!" lirih Aksa merasa sakit.

"Lantas, bagaimana dengan Lo?"

"Gue? Maksudnya?"

"Yah, bukannya lo juga populer dan selalu di kelilingi oleh para gadis cantik, seperti Delan?"

"Terus?"

"Yah, gue mau tahu ajah, apa diantara para gadis cantik yang ngejar-ngejar lo itu, ada yang lo suka?" tanya Dhea begitu penasaran ingin tahu.

Aksa tersenyum. "Nggak ada."

"Kenapa?"

"Karena sudah ada satu nama, yang tertulis dan singgah di hati gue," balasnya seraya bangkit dari duduknya.

"Siapa gadis itu?" tanya Dhea masih ingin tahu.

"Rahasia," sahut Aksa tersenyum manis. "Jangan si Delan! Percaya sama gue, cari saja target lain," ujarnya, lalu melangkah pergi meninggalkan Dhea yang masih dihantui rasa penasaran akan siapa gadis yang disukainya.

Kecewa? Tentu saja. Ia berandai kalau gadis itu adalah dirinya. Dhea menghela nafas berat dan kembali menatap Delan yang kini tengah duduk dan tengah meneguk air mineral dipinggir lapang dan dikerumuni oleh para gadis cantik. Ia terlihat sangat lelah setelah bermain cukup lama. Para gadis itu, saling berlomba mengelap keringat Delan dengan tissue yang sudah mereka persiapkan sejak pagi.

"Gue rasa apa yang dikatakan oleh Aksa memang benar. Siapa gue? Mungkin dimata Delan, gue hanya gadis kasar dan tomboy. Secara Delan adalah cowok yang pastinya menyukai tipe cewek yang anggun dan lembut. Sepertinya, gue memang harus cari target lain," gumam Dhea menyerah bahkan sebelum ia mencobanya.

Dhea tidak cukup percaya diri, jika menyangkut soal penampilan dan sikap. Ia sadar siapa dirinya? Tetapi ia terlalu pesimis pada dirinya sendiri. Dhea bangkit dari duduknya, karena kebetulan bel masuk sudah lantang memanggil para siswa-siswi yang masih berada diluar kelas, untuk segera masuk ke kelas masing-masing. Memperingatkan bahwa kini waktunya untuk belajar.

Pelajaran pertama dan kedua berlangsung dengan lancar seperti hari-hari sebelumnya. Melihat Aksa yang begitu serius setelah berhadapan dengan buku, membuat Dhea terus menatapnya dan memikirkan siapa gadis yang di sukainya selama ini?

Sepanjang pelajaran yang Dhea ikuti selama dua jam penuh, tidak ada satu pun yang masuk dalam otaknya. Karena kini otaknya berputar bukan untuk memahami pelajaran, tapi untuk memikirkan siapa lelaki yang akan dijadikan target dalam daftar taruhannya.

Sampai waktu istirahat tidak terasa, suda tiba dan mengembalikan semangat para siswa dan siswi yang telah redup selama dua jam penuh, seusai belajar. Dhea masih belum terpikirkan siapapun setelah berpikir dua jam penuh. Tidak ada lelaki yang melintas dalam pikirannya saat ini. Tidak ada satu pun dari mereka yang Dhea kenal.

Dhea merasa putus asa dan mendekap pada meja. "Gue bisa gila kalau seperti ini. Bodoh sekali! Kenapa gue harus bertaruh dengan Aksa?" gumam Dhea menyesali apa yang telah ia putuskan dalam taruhan ini.

"Lo kenapa?" tanya Aksa.

"Gue gak papah," sahut Dhea tanpa mengangkat kepalanya. Atau pun melirik pada Aksa.

"Baiklah. Gue mau ke kantin. Lo mau ikut gak?" tawar Aksa.

"Lo duluan saja. Nanti gue nyusul," balas Dhea lesu.

"Okay," sahut Aksa singkat, seraya melangkah pergi menuju kantin. Yah walau terasa aneh bagi Aksa, Dhea menolak pergi ke kantin bersamanya disaat jam istirahat tiba. Padahal biasanya dia yang paling heboh dan paling bersemangat saat jam istirahat tiba.

Aksa berpapasan dengan Jessi saat menuju ke kantin. "Hai, Aksa!" sapa Jessi.

"Oh? Hai!" balas Aksa dengan senyum lebar.

"Kamu sendirian? Tumben sekali. Padahal biasanya kamu sama Dhea itu seperti lem. Terus nempel dimana saja," ucap Jessi sedikit menyindir.

"Ahh.. Tidak juga. Kamu mau ke Kantin denganku?" ajak Aksa.

"Boleh."

Jessi tentu saja menerima tawaran Aksa dengan senang hati. Karena inilah yang ia inginkan sejak dulu dari Aksa. Ia bahkan berharap Dhea menghilang selamanya dari hidup Aksa. Agar dia bisa mendekati Aksa dengan leluasa tanpa ada gangguan apapun.

Dhea tidak sengaja melihatnya saat berniat menyusul Aksa. Entah kenapa hatinya sakit melihat Aksa yang semakin hari semakin dekat dengan Jessi. Entah kenapa terlintas dalam pikiran Dhea, kalau gadis yang Aksa sukai itu adalah Jessi. Secara, yang ia tahu Aksa selalu bersikap baik pada Jessi selama ini.

Di tambah Jessi adalah gadis yang sangat cantik dan juga pintar. Dia sangat anggu dan ramah kepada siapapun. Ada kemungkinan besar kalau Jessi-lah cewek yang ada dalam hati Aksa saat ini. Pikir Dhea semakin berantakan. Semua emosi kini bercampur aduk dalam hatinya.

Ia merasa sedih, kesal, marah, cemburu. Tentu saja. Karena Aksa adalah satu-satunya lelaki yang selama ini ada dalam kesehariannya selama bertahun-tahun. Dan orang yang paling memahaminya dari siapapun setelah kedua orang tuanya. Tentu saja, ketika ada gadis lain yang menggantikan dirinya, hal itu membuat hati Dhea terasa sakit dan sesak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!