BAB 3

Malam semakin larut. Kini waktu menunjukkan tengah malam. Dhea baru saja selesai membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Tapi tiba-tiba tuk,, tuk,, tuk,, ada yang mengetuk jendela kamarnya dengan sangat lembut.

"Siapa sih? Ah aku tahu. Pasti si Aksa! Dia mau apa lagi sih? Udah larut juga!" ucap Dhea sambil bangkit untuk memeriksanya.

Dhea membuka tirai dan tidak ada siapapun disana. Takut Aksa mengerjai, Dhea membuka jendela kamarnya dan memeriksanya. Tidak ada siapapun disana.

"Apa ini? Kenapa sepi sekali?" ucapnya. Lalu lekas kembali menutup jendela dan menutup tirai.

Ia mematikan lampu dan bersiap untuk tidur. Lagi-lagi hal aneh mengejutkan Dhea. Terdengar reketan pintu, seolah ada yang masuk kedalam kamarnya. Matanya kembali terbuka lebar dan bangkit duduk. Ia kembali menyalakan lampu.

Dhea dapati pintu kamar yang setengah terbuka entah karena apa? Terpaksa ia bangkit untuk menutup kembali pintu kamarnya. Setelah ia menutup pintu, ia jadi merasa merinding seketika. Apalagi, setelah menonton flm horor tadi.

Tapi, ah masa bodo. Walau memang hantu itu memang ada, asal tidak mengganggu tidak masalah. Lagi pula tidak ada yang perlu ditakuti. Pikir Dhea.

Dhea hendak saja akan kembali tidur. Tapi tiba-tiba lampu padam dengan sendirinya. Dhea mulai merasa panik dan takut. Di kegelapan ia merasa seolah melihat sesuatu yang melintas didepannya. Dhea mulai bergidik takut.

"Apa-apaan ini? Hei, jangan bercanda! Aku tahu ini kerjaanmu, kan? Aksa?" ucap Dhea tetap berpikir kalau ini semua ulah Aksa.

Tapi, tidak mungkin Aksa. Dia kan sangat takut sama hantu. bathin Dhea.

Dhea berjalan perlahan dan menyapa-nyapa mencari tombol untuk menyalakan kembali lampu kamarnya. Namun, ia tersandung sesuatu sehingga terjatuh.

"Aduhh!! Sakit sekali! Hei, ini gak lucunya! Keluar jika memang kamu berani!" seru Dhea mulai kesal, karena ini semua sangat menyusahkan dia disaat rasa kantuk benar-benar mulai menyerang hebat dikedua matanya.

Dhea sangat terkejut saat seseorang mencolek punggungnya beberapa kali. Ia mulai benar-benar takut. Adegan ini sama seperti di flm horor yang ia lihat tadi. Dhea perlahan berbalik untuk melihat sosok yang mencolek dirinya tadi. Dan....

Aaarrggghhhh!!!!

Dhea menjerit ketakutan saat Aksa mengejutkannya dengan senter yang hanya menyinari wajahnya yang disorotkan dari bawah dagunya.

Aksa tertawa renyah dan sangat puas telah berhasil menakuti Dhea yang sok pemberani itu. Saking lucu baginya, ia bahkan sampai terbahak-bahak sambil mendongak keatas, lalu berguling dilantai tidak kuat menahan tawanya.

"Aksa?! Lo benar-benar keterlaluan!" seru Dhea, amarahnya meledak dan sehingga membuat api dalan sorotan matanya untuk Aksa.

Aksa tidak bisa berhenti tertawa, dan masih terbaring dilantai karena tidak kuasa ingin melepaskan tawanya. Sementara Dhea kini berdiri dengan tangan terkepal kuat. Ia berniat untuk membalas Aksa dengan memukulinya, tapi karena gela lagi-lagi ia tersandung saat melangkah. Sehingga ia jatuh diatas tubuh Aksa.

Aksa terkejut karena itu, sehingga tawanya memudar dan langsung terhenti. Karena wajah mereka yang saling berdekatan sangat dekat sehingga bibir mereka hampir berciuman. Mata mereka terbelalak lebar saling menatap. Detakan jantung Dhea terdengar begitu cepat, sehingga Aksa bisa mendengarnya.

Dhea berniat bangkit dari tubuh Aksa. Namun, Aksa menahan punggungnya hingga Dhea kembali dalam dekapannya.

"Lo bilang gak takut sama sekali. Tapi, kenapa lo teriak tadi?" tanya Aksa meledek Dhea dengan senyum simpul.

"Lo bener-bener yah? Gua bukannya takut, gue terkejut!" seru Dhea menyangkalnya.

"Benarkah? Tapi yang gue lihat dan perhatikan gak seperti itu?" kekeh Aksa terus memprovokasinya.

"Tahu ah!" Dhea kembali mencoba bangkit lagi. Tapi lagi-lagi Aksa menekan punggungnya sang kuat hingga tubuh mereka benar-benar merapat.

"Hei! Apa yang lo lakuin? Lo jangan macem-macem sama gue yah? Lo gak tahu apa ini, udah sangat larut. Jika ada yang datang bagaimana?" berontak Dhea mencoba lepas.

Tapi, walau bagaimana pun juga, kekuatan lelaki itu lebih kuat dari perempuan. Sekuat apapun Dhea, ia tetap merasa kesulitan jika hal seperti itu terjadi. Lalu, Aksa mendekatkan mulutnya ke telinga Dhea dan membisikkan sesuatu padanya.

"Lo masih ingat taruhan kita, bukan?" ucap Aksa mendadak menanyakan hal itu.

"Kenapa lo menanyakan itu?"

"Karena taruhannya dimulai besok. Gue hanya mengingatkan saja," balas Aksa tersenyum meremehkan.

Dhea segera bangkit setelah mendapatkan celah karena dekapan Aksa yang merenggang.

"Ciih.. Tentu saja gue ingat. Lo gak usah khawatir karena dalam taruhan ini, gue yang akan menang."

"Ok, kita lihat saja nanti," balas Aksa merasa percaya diri, bahwa Dhea gak akan bisa memenangkan hati lelaki lain, dalam waktu satu minggu saja. Ia sangat yakin karena Dhea bukan tipe cewek manis atau lembut, lelaki mana yang akan menyukai sikap kasar Dhea, selain dirinya yang sudah mengenalnya selama 14 tahun ini.

Aksa tersenyum dan bangkit duduk. Sementara Dhea menyalakan lampu agar lebih nyaman dan tidak canggung.

"Lo balik gih! Gue mau tidur!" usir Dhea mendorong tubuh Aksa agar pergi.

"Iyah ini juga gua mau balik! Awas, nanti ada hantu yang meluk nemenin kamu tidur. Ho.. ho.." goda Aksa berbisik pada Dhea, dan terus saja memprovokasinya.

"Apaan sih? Yang ada tuh hantu bakal terus ngikutin lo. Secara lo, kan penakut!" balas Dhea tidak mau kalah. "Udah ah! Gue udah ngantuk, mau tidur! Lo gak lihat apa? Lingkaran hitam dimata gue ini?"

"Iyah iyah. Gue pergi!" Aksa keluar dengan mengendap-endap agar tidak membangun siapapun yang ada didalam rumah.

"Tuh anak kekanak-kanakan banget deh! Whoaaa!! gue gak kuat lagi."

Karena rasa kantuk yang sangat, akhirnya Dhea langsung tidur dengan lelapnya.

Sementara Aksa kini tengah berjalan pulang. Yah, rumah mereka memang tidak terlalu jauh. Hanya terhalang oleh dua rumah. Hanya perlu berjalan sedikit kedepan.

Aksa masih sangat ingat ekspresi Dhea yang ketakutan. Memikirkan hal itu membuat ia tidak bisa berhenti tersenyum dan meng geleng-geleng kepalanya pelan.

"Si Dhea itu.. Saat dia takut, dia terlihat sangat manis sekali," gumamnya tidak bisa berhenti tersenyum.

Diluar saat tengah malam begini, terlihat sangat menakutkan. Aksa jadi bergidik takut saat mengedarkan pandangannya dan melihat lingkungan yang sangat sepi dan hening. Ia pun mempercepat langkahnya agar segera tiba dirumah.

Tiba-tiba ia mendengar suara langkah yang diseret seperti orang pincang. Aksa menjadi takut sendiri. Ia teringat dengan flm horor dengan judul "Si kaki pincang," yang pernah ia tonton bersama Dhea dulu.

Hanya dengan memikirkannya saja, ia merasa sangat ketakutan. Tanpa berbalik ia berlari terbirit-birit dan masuk kerumahnya dengan ribut. Ternyata sosok yang ia takuti itu adalah suara langkah kaki penjaga kebun Pak Tono yang tengah menyeret sekarung sampah untuk dibuang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!