Langit malam tampak sangat ceria dengan hadirnya para gemintang yang berhampar penuh akan gemerlap yang sangat indah. Sang rembulan tidak ingin kalah dengan bulatan penuh dan bersinar dengan terangnya.
Janji yang pernah Aksa ucapkan, ia penuhi malam ini. Menonton bersama Dhea. Kebetulan ada flm horor yang sangat ingin Dhea tonton.
"Sa, lo beli pop corn gih! Gue yang antri beli tiket," ucap Dhea.
"Yaudah, gue beli pop corn sama minuman dulu," balas Aksa seraya melangkah pergi memasuki antrian untuk membeli pop corn.
"Tumben banget bioskop malam ini ramai," gumam Aksa mengedarkan pandangannya.
Memang ada flm baru yang sedang hangat dibicarakan orang-orang dan sedang tayang dibioskop. Judulnya "The School Romance." Dari judulnya saja sudah bisa diterka. Pasti kisah cinta anak sekolahan. Flm romansa. Juga dari sekian banyaknya orang yang datang dan berpasangan, hampir anak remaja yang sedang kasmaran, menyerbu gedung bioskop ini.
Aksa berharap Dhea memilih flm romantis. Tapi sayang, Dhea bukan tipe orang yang menyukai flm seperti itu. Ia lebih suka dengan flm action atau flm horor. Padahal Dhea sudah tahu kalau Aksa itu penakut. Tapi, ia tetap saja mengajak Aksa untuk menonton flm horor yang sangat ingin ia tonton.
Namun, walau begitu Aksa tidak bisa menolak keinginan Dhea. Karena ia telah berjanji pada Dhea. Jadi, mau tidak mau ia pun harus menonton flm horor bersama Dhea, walau sebenarnya ia tidak ingin dan merasa sangat takut. Tapi, sebagai cowok ia tidak mau mundur hanya karena rasa takutnya.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Aksa mendapatkan gilirannya. Ia membeli pop corn ukuran jumbo dan dua minuman kaleng. Setelah ia membayar, ia kembali menghampiri Dhea yang sudah berada di pintu masuk 03. Ia tersenyum dan melambai pada Aksa.
"Dia terlihat begitu senang sekali," ucap Aksa tersenyum tipis dan mempercepat langkahnya.
"Ayo cepat! Flm-nya bentar lagi mau dimulai!" seru Dhea menarik Aksa masuk dengan tergesa-gesa. Karena ia tidak ingin ketinggalan cerita awal dari flm-nya.
"Iyah, gak usah tarik-tarik juga kali. Gak sabaran banget sih!" sahut Aksa dengan nada datar.
Dhea dan Aksa duduk dikursi barisan D nomor 6 dan 7. Flm-nya sudah dimulai sejak 30 detik yang lalu. Dhea begitu serius menonton flm. Ia bahkan tidak peduli pada Aksa yang terlihat begitu tegang dan ketakutan. Sesekali Aksa menutup mata dengan kedua telapak tangannya ketika hantu dalam flm muncul secara tiba-tiba.
Bukannya Dhea ingin mengabaikan rasa takut Aksa. Tapi ia sengaja melakukan itu. Dhea tersenyum puas dalam hati, melihat Aksa yang begitu ketakutan.
"Lo kenapa sih, Sa? Masih takut sama flm horor?"
Aksa tidak menggubris pertanyaan Dhea. Ia hanya mendengus kesal dan menghela nafas panjang. Ia membenarkan posisi duduknya yang semakin mendalam tenggelam kebawah.
"Yaelah Sa! Buat apa sih takut? Kan udah bilang, hantu itu gak ada. Semua hantu dalam flm itu bohongan. Gak ada di dunia nyata."
"Yah, itu kan menurut lo! Kalau beneran ada? Apa lo gak akan takut?"
"Cihh.. Gak! Gue gak takut! Cemen banget sih!"
Aksa hanya menggeleng dan menatap sinis pada Dhea yang tersenyum simpul seolah meremehkan Aksa. Lalu, terlintas pikiran licik untuk mengerjai Dhea sehabis pulang menonton.
Kita lihat saja. Apa kamu benar-benar tidak akan takut? bathin Aksa tersenyum licik.
Satu jam, empat puluh lima menit, tiga puluh dua detik telah berlalu. Akhirnya Aksa bisa bernafas dengan lega karena flm-nya sudah selesai. Mereka pun keluar dari gedung bioskop.
"Basah banget rambut lo. Mandi keringat?" ledek Dhea tertawa puas.
"Terus aja ngeledek. Ketawa aja sepuasnya. Awas aja nanti!" sahut Aksa ketus dengan sedikit memberi peringatan.
"Yah, sekali penakut tetap aja penakut," goda Dhea terus meledek Aksa yang semakin memanas dan geram ingin membungkam mulutnya.
Dhea sedikit menjauh dan terus menggoda Aksa dengan menjulurkan lidahnya. Aksa mulai tidak tahan dan mencoba mengejarnya. Tapi saat Dhea hendak untuk berbalik dan kabur dari kejaran Aksa.
Dugh!! Ia tidak sengaja menabrak punggung seorang lelaki. "Aduh!" gumam Dhea meraba jidatnya.
Lelaki itu berbalik. "Lo gak papah?" tanya lelaki itu.
Dhea mendongak dan melirik wajah lelaki bertubuh tinggi itu. Ia terbelalak kaget saat mengetahui orang yang ia tabrak ternyata kapten tim basket di sekolah nya. Lelaki berambut cokelat, dengan lesung dikedua pipinya. Dia tidak kalah gantengnya dari Aksa. Juga tidak kalah populer disekolah.
"Lo? Delan?"
"Eh, ternyata lo, Dhe?"
"Lo ngapain disini?" sambar Aksa ketus menghampiri Delan dan Dhea.
"Kalau gue ada disini, gak mungkin kan kalau gue mau main basket?" balas Delan dingin.
"Lo sama siapa disini? Gak mungkin lo sendirian, iyah kan?" sela Dhea bertanya.
"Gue sama Vera. Adik gue. Dia pengen nonton, tapi punya temen. Jadi, yah terpaksa sebagai gue temenin, daripada dia terus cemberut sepanjang hari."
"Ohh.. Lalu, Veranya mana?"
"Dia lagi ketoilet dulu. Lo berdua habis nonton juga?"
"Menurut lo? Yaiyahlah habis nonton. Lo pikir habis nonton konser!" lagi-lagi Aksa menyambar dengan ketus.
Dhea hanya menggeleng dengan sikap Aksa. Tidak lama Vera kembali dari toilet. Mendadak senyumnya mengembang ketika melihat Aksa disana, sedang mengobrol bersama Delan.
"Kak Aksa?" panggilnya dengan raut wajah gembira, dan berlari menghampiri mereka.
"Lo? Lo kan gadis yang itu.." sahut Aksa terbelalak kaget saat mendapati Vera.
"Kalian saling kenal?" sela Delan mengeryit penasaran.
"Iyah. Kak Aksa yang pernah nolongin Vera saat hampir tertabrak motor itu," balas Vera menjelaskan.
"Jadi, kamu adiknya Delan? Tapi, darimana lo tahu nama gue?" tanya Aksa penasaran. Karena seingatnya ia tidak memberitahu namanya pada Vera saat itu. Dan tidak pernah bertemu lagi setelah hari itu.
"Ahh itu.. Waktu Kakak menyelematkanku, untuk pertama kalinya ada lelaki yang menatapku dengan hangat seperti yang Kak Aksa lakukan. Dan saat Kakak tersenyum dan bertanya apa aku baik-baik saja, tiba-tiba jantungku berdegup dengan sangat cepat.
"Tapi, Kakak pergi dengan tergesa-gesa. Jadi, aku tidak sempat menanyakan nama Kakak. Dan setelah kejadian itu, Kakak selalu ada dalam pikiranku. Sehingga aku mulai penasaran, dan mencari tahu segalanya tentang Kakak secara diam-diam. Dan aku sungguh sangat senang bisa bertemu dengan Kakak hari ini secara kebetulan," terang Vera begitu panjang lebar.
"Apa dia sedang mengungkapkan cintanya?" gumam Dhea, entah kenapa merasa sangat kesal.
"Ahh.. Jadi begitu yah? Lo mencari semua tentang gue tanpa gue ketahui?" balas Aksa.
"Maaf, Kak! Aku gak bermaksud untuk..."
"Gk papah kok. Yah, walau pun gue gak suka. Tapi semua udah terjadi, kan?" sela Aksa datar.
"Tunggu, tunggu! Jadi maksudnya, cowok yang sering kamu ceritain sama Kakak itu dia?" sambar Dalen.
Vera tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hehe.. Iyah, Kak."
"Wahh parah.. Nggak nggak! Kamu gak boleh jatuh cinta sama cowok kayak dia!" seru Dalen menunjuk kearah Aksa. Vera langsung membungkam mulut Dalen rapar-rapat.
"Kakak! Kakak bicara apa sih?" bisik Vera terlihat memerah karena sangat malu. "Eh, flm-nya udah mau mulai. Kita duluan yah. Sampai jumpa lagi!" seru Vera menarik pergi Kakak nya dengan paksa tanpa melepaskan tangannya dari mulut Dalen.
"Hah! Ada-ada saja. Tuh cewek kayaknya harus periksa mata deh," ucap Dhea.
"Matanya gak salah. Yah, emang gue-nya aja yang sudah tampan dari lahir. Hanya sekali kedipan mata, para cewek langsung jatuh cinta sama gue!" balas Aksa dengan pedenya dan juga angkuh.
"Ya ya yah. Terserah lo saja," sahut Dhea seraya melangkah pergi meninggalkan Aksa. Dhea sudah malas dan bosan dengan kalimat Aksa yang terus saja memuji ketampanannya sendiri itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments