Bab 5
Sepeninggal Bik Aini, Nia berjalan melihat-lihat kamarnya sendiri. Kamar yang cukup luas namun sangat mewah baginya. Lihatlah tempat tidurnya saja, sping bed mahal dengan sprei indah. Ditambah lagi pendingin ruangan alias air conditioner yang tergantung di atas dinding dekat jendela kamar.
Nia berjalan mendekati meja rias dan duduk di kursi bulat yang ada di situ. Dipandanginya wajah sendiri di depan cermin rias. Wajahnya tampak agak lelah dan pucat setelah menempuh perjalanan jauh. Ditambah dengan kejutan-kejutan baru yang dilaluinya tadi.
Melihat pertama kali kota Medan yang besar dan megah sebagai ibukota provinsi, melalui jalan-jalan besar yang macet dan padat arus lalu lintas. Berbagai jenis kendaraan yang saling berlomba dengan klakson tak sabar saat ada kendaraan yang lebih lambat sedikit bergerak. Lalu sampai di villa mewah milik Om Wisnu, menginjakkan kaki ke rumah besar yang di dalam mimpinya pun tak pernah dia pikirkan.
Bertemu dengan Bik Aini yang menceritakan tentang Ardian, Om Wisnu, dan Tante Siska yang jarang di rumah dan sibuk setiap hari. Semua itu amat berbeda dengan kehidupan tenang dan santainya di kampung halaman.
Apakah setiap manusia yang tinggal di kota besar seperti Medan ini harus demikian sibuk setiap hari? Apakah setiap hari juga mereka harus berkutat dengan pekerjaan yang tiada habis-habisnya sampai membuat jalan raya pun tak pernah sepi dan padat seperti semuanya berlomba-lomba menuju atau mengurus hal penting? Juga tak ada kesempatan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga, sampai orangtua dan anak pun jarang bisa bersua.
Lain sekali dengan kehidupannya di rumah sendiri. Dia dan ibunya sering bercerita bersama, bersenda gurau dan tertawa lepas. Waktunya bersama sang ibu lebih dari cukup. Membantu pekerjaan di dapur, membereskan rumah, duduk-duduk bersama di beranda, semua itu adalah saat-saat dia bersama ibunya melewati hari. Kecuali saat di sekolah, pagi hingga siang memang waktunya dihabiskan di sekolah bersama pelajaran, teman, dan guru.
Nia berhenti memandang dirinya sendiri di depan cermin. Dibukanya tas besarnya yang ada di lantai. Dipilihnya satu stel baju tidur yang dibawanya dari rumah. Baju tidur warna biru muda. Dia bermaksud untuk mandi dulu sekarang, makan, dan setelah itu malamnya baru menaruh baju-bajunya di lemari seperti pesan Bik Aini tadi.
Sehabis mandi dan sisiran, Nia turun ke lantai 1 menjumpai Bik Aini. Dilihatnya, Bik Aini sedang sibuk memasak di dapur.
“Bibik masak untuk makan malam kita semua?” tanya Nia sambil melihat beraneka macam sayur dan lauk yang sedang diaduk-aduk Bik Aini di kuali dan panci.
“Iya, Non. Maunya sih semua penghuni rumah ini makan masakan yang dimasak Bibik biar hati Bibik senang. Tapi lebih seringnya yang makan cuma Bibik sendiri sama Wak Amat. Hehe.”
“Maksudnya?” tanya Nia tak mengerti.
“Maksudnya, Tuan, Nyonya, dan Nak Ardian jarang makan di rumah. Karena pulangnya malam-malam, jadi mereka sudah makan di luar bersama relasi atau di restoran yang mereka suka. Kalau Nak Ardian sih lebih banyak makan bersama teman-temannya di mal, pujasera, atau apalah namanya.”
“Wah, masakan segini banyak dan lezat cuma Bibik dan Wak Amat yang makan?” seru Nia tak percaya.
“Iyalah, Non. Habis mau bagaimana lagi? Kalau masak sedikit, tiba-tiba Tuan dan Nyonya pulang cepat dan tak ada disediakan makan malam bagaimana pula? Nak Ardian juga kadang pulang malam-malam tapi belum makan. Katanya sih bosan makan di luar, sesekali mau juga Nak Ardian bantu menghabiskan masakan Bibik. Hehe. Kalau dibuatkan sarapan pagi, biasanya Tuan, Nyonya, dan Nak Ardian memang mencicipinya.”
“Oh, begitu, ya?” angguk-angguk Nia.
“Iyalah, begitu, Non. Entar kalau Non tinggal di sini lebih lama, masakan Bibik jadi laku, deh! Non bantu habiskan, ya?” kata Bik Aini seperti memohon.
Mendapat permohonan seperti itu, tak tahan Nia pun tertawa. Bik Aini pun ikut tertawa karena merasa geli atas permohonannya sendiri.
Selesai masak, Bik Aini membereskan perkakas masak di bak cuci piring. Sementara Nia membantu Bik Aini membawa masakannya ke atas meja, menghidangkannya dengan rapi dan menarik.
“Non boleh makan dulu kalau sudah merasa lapar,” kata Bik Aini. “Tak perlu menunggu Nak Ardian karena bisa-bisa dia pulangnya larut malam. Entar Non Nia keburu lapar, deh!”
“Iyakah, Bik?” tanya Nia takjub. “Ardian kadang pulangnya larut malam juga ya, Bik?”
“Iya, tuh! Pernah hampir tengah malam baru sampai di rumah. Tapi tak sering-sering. Biasanya pukul 10 malam sudah ada di rumah Nak Ardian.”
“Oh… Kalau Om Wisnu ke mana, Bik? Tadi Nia lihat Om masuk ke ruang kerjanya? Dan Tante Siska juga?”
“Tuan langsung berangkat lagi, cuma sebentar saja di ruang kerjanya tadi.”
“Ke mana Om Wisnu memangnya?”
“Menjemput Nyonya untuk sama-sama berakhir pekan di villa yang di Berastagi. Entar kapan-kapan Non bakal diajak juga ke sana kalau Nak Ardian mau ikut. Tapi biasanya Nak Ardian tak mau. Dia nggak suka dekat-dekat dengan Nyonya walaupun Nyonya baik padanya.”
“Oh…”
“Non Nia pernah ke Berastagi nggak? Itu tempat berakhir pekan yang sangat terkenal bagi orang Medan. Letaknya di daerah pegunungan, jadi sangat dingin dan sejuk, seperti di Puncak begitulah.”
Nia menggeleng. “Baru kali ini Nia ke Medan, Bik. Jangankan ke Berastagi, ke mal yang paling kecil di kota Medan pun belum pernah. Haha.”
“Oh, pantas...,” senyum Bik Aini. “Selain Berastagi, juga ada Danau Toba yang sangat terkenal bagi orang Medan, juga terkenal di seluruh negeri.”
“Iya, Bik. Nia pernah membaca buku hikayat terjadinya Danau Toba. Danau paling terkenal di Sumatra Utara, iya, kan, Bik?”
Bik Aini mengangguk. “Makanya, Non ajaklah Nak Ardian pergi ke sana jalan-jalan bareng papa mamanya. Kasihan lho lihatnya, Tuan dan Nyonya selalu ke mana-mana berdua saja, Nak Ardian tak pernah mau ikut serta. Seperti bukan satu keluarga saja.”
Nia terdiam mendengar kata-kata Bik Aini. Dirasanya memang agak kasihan kalau keluarga Om Wisnu memang seperti itu sekarang. Ada apa dengan Ardian, kenapa dia tak suka dekat-dekat mama tirinya itu? Apakah dia masih belum bisa menerima pengganti ibu kandungnya itu walaupun sudah 10 tahun? Bukankah kata Bik Aini Tante Siska itu orangnya baik?
Selesai Nia membantu Bik Aini menghidangkan makanan di atas meja, dia duduk di kursi menghadap meja makan. Sendirian, menatapi beraneka-macam lauk-pauk yang tampak lezat dan dihidangkan panas-panas. Tapi semua itu cuma dia sendiri yang makan? Sedangkan punya Bik Aini dan Wak Amat sudah disisihkan sebagian di rantang yang dibawa ke rumah belakang. Di sanalah Bik Aini makan bersama suaminya dan tidur di situ.
Apakah Ardian akan pulang makan malam di rumah nanti? Kalau tidak, alangkah sayangnya lauk segini banyak tak ada yang bantu menghabiskan, pikir Nia.
“Non makan dulu saja,” kata Bik Aini lagi. “Tak usah menunggu Nak Ardian. Tuan dan Nyonya sudah pasti tak makan di rumah karena sudah berangkat ke Berastagi.”
“Iya, Bik,” Nia mengangguk dan mulai menyendok nasi berikut lauk yang ada di hadapannya.
Setelah piringnya terisi lumayan banyak lauk, mulailah dia menyantap makanannya dengan lahap. Maklum saja, perutnya sudah terasa keroncongan sedari tadi. Apalagi makanan di depannya ini sangatlah enak. Bik Aini pintar memasaknya hingga manis asam asin terasa di pas di lidah.
“Bibik ke rumah belakang dulu ya, Non, mau antar rantang ini ke suami Bibik biar bisa sama-sama makan kami. Non berani kan ditinggal sendiri?”
“Nggak apa-apa, Bik, pergi saja. Nia berani kok sendiri,” katanya.
Nia melihat Bik Aini berjalan keluar dari pintu utama dan berbelok ke kanan. Pastinya rumah belakang yang dimaksudnya itu ada di sisi kanan dari pintu utama rumah ini, pikir Nia.
Sehabis makan, Nia menunggu Bik Aini balik tapi tampaknya Bik Aini tak balik lagi malam ini. Buktinya sudah pukul 8 malam tapi belum ada tanda-tanda baliknya Bik Aini. Merasa kantuk, Aini membereskan piring makannya di dapur. Setelah mencuci tangannya bersih, dia beranjak naik ke lantai 2, menuju kamarnya. Rasanya lelah sekali seharian ini. Karena itu, dia pun langsung tertidur tak lama setelah masuk kamar.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
oyttigiz
like 😊
2022-01-29
1
Jungkook wife
lanjut
2021-09-03
2
coni
5 like dari Aster.
salam ANGKASA 🥰
2021-04-30
1