Cinta Di Ujung Senja
* 10 Tahun yang lalu
Semilir angin berhembus menerpa dedaunan pohon yang berada di tepi pantai. Membuat siapapun tenang diterpanya, termasuk seorang gadis berambut panjang sepinggang yang tengah berbaring pada ranting pohon yang kuat.
Eresha akrab disapa keluarganya, adalah seorang anak tunggal berumur 15 tahun yang tomboy, pandai beladiri serta lihai dalam memakai senjata baik tajam maupun api.
Sejenak merasakan ketenangan senja di sore hari, yah ia dan keluarganya tengah melaksanakan liburan disela-sela tugas ayahnya yang menjabat sebagai Panglima Jendral di Indonesia.
Tiba-tiba ia mendengar isakan tangis dari seorang laki-laki, membuat ia harus membuka matanya dan melihat sekeliling dimana asal suara tersebut.
"Hei kau?!" ujarnya setelah menemukan pemilik asal suara.
Membuat seorang remaja laki-laki itu mendongakkan wajahnya, betapa terkejutnya ia melihat seorang gadis berada di atasnya dan mengetahui kalau ia sedang menangis. Segera ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.
"Kau kenapa menangis? Bukan kah kau laki - laki? Dasar c*ngeng!" tanyanya masih dari atas.
Remaja laki-laki itu masih diam menatap Eresha, membuat Eresha tidak sabar menunggu jawaban darinya. Sehingga Eresha melompat ke bawah untuk mensejajarkan posisi tubuhnya, dan kini berada di hadapan si remaja laki-laki.
"Cepat katakan padaku kenapa kau menangis?! Jangan membuatku terlalu lama menunggu jawabanmu. Asal kau tau kau telah mengganggu tidur nyenyakku, ah jadi berkurang jam tidurku." ucapnya sambil meregangkan tangan.
Remaja laki-laki itu pun masih diam memandangi Eresha. Membuat Eresha kesal dan beranjak pergi meninggalkan remaja laki-laki itu.
"Sudahlah lebih baik aku pergi, percuma saja aku berbicara dengan mulut b*tu sepertimu." belum sempat ia melangkahkan langkah keduanya, lengannya dipegang erat oleh remaja laki-laki itu.
"Jangan pergi..." pintanya dengan suara rendahnya.
"Temani aku disini, aku mohon." sambungnya dengan mata memelas.
Eresha pun mengurungkan niatnya meninggalkan remaja laki-laki itu.
"Baiklah ayo duduk." ajaknya sambil mendudukan tubuhnya di samping remaja laki - laki itu.
"Cepat katakan kenapa kau menangis?!" Eresha tidak sabar.
"I .. Ibuku baru saja meninggal..." jawabnya lirih.
"Maaf tadi aku meng*lokmu..." Eresha dengan nada bersalah.
"Tidak apa, kau belum tau alasanku menangis."
"Emm.. baiklah sebagai permintaan maaf maukah kau menjadi temanku? Besok kita akan bertemu lagi dan bermain di sini, bagaimana?" tanya Eresha.
"Benarkah?... Baiklah aku mau menjadi temanmu, besok pagi aku akan kemari setelah sarapan, bagaimana? Setuju?" jawab dan tanya remaja laki-laki itu.
"Baiklah aku setuju." jawab Eresha sambil tersenyum.
"Sebelum itu, perkenalkan aku Eresha" Eresha mengulurkan tangannya.
"Aku Aryasatya, panggil saja Arya." ucapnya sambil menyalami uluran tangan Eresha.
Begitulah perkenalan remaja laki-laki berumur 18 tahun yang bernama Aryasatya dengan Eresha. Hingga warna senja hampir menghilang mereka masih saja asik bercerita, Eresha menceritakan pengalaman lucunya kepada Arya untuk menghiburnya agar dia tidak terlalu sedih perihal ibunya yang baru saja meninggal. Arya merasa senang mendapat teman baru walau hatinya masih merasakan kesedihan.
"Arya sebaiknya kita pulang, hari sudah petang, bagaimana kalau orang tua kita khawatir?" Eresha disela obrolannya.
"Ahh yaa kau benar, aku tidak menyadari kalau hari sudah petang." ujar Arya cengengesan.
"Itu karena aku terlalu bersemangat mendapat teman baru." tambahnya.
"Baiklah baiklah besok kita bertemu lagi disini, kau jangan sampai lupa." ujar Eresha mengakhiri sore itu.
Percakapanpun berakhir mereka pulang kerumah masing-masing.
*Di kediaman Eresha
"Ayah berapa hari kita di Pangandaran?" tanya Eresha disela makan malam keluarganya.
"Mungkin 2 hari lagi kita pulang ke Jakarta nak, memangnya ada apa?" tanya ayahnya.
"Sore tadi aku mendapat teman baru Ayah, mungkin aku akan memberitahunya kalau aku tidak akan lama di sini." jelas Eresha.
"Kau ingatkan pesan ayah untuk tidak memberitahukan siapa keluargamu kepada temanmu?"
"Iya ayah, aku ingat, ayah tenang saja hal ini tidak akan bocor kemana-mana hanya keluarga dekat saja yang tahu." jawab Eresha.
"Kau tidak marah nak?" kini gantian ibunya bertanya.
"Tidak ibu, aku tahu ini demi kebaikanku sendiri, aku tidak akan marah pada ayah dan dan ibu." jawab Eresha sambil tersenyum manis. Membuat kedua orang tuanya merasa senang dan lega anaknya tidak merasa terkekang dengan aturan orang tuanya.
"Oh iya ayah, bukannya Paman tinggal di sekitar sini?" tanya Eresha.
"Ahh pamanmu ya, benar paman tinggal di sini, tapi terkadang ia sering bepergian keluar kota, kau tau sendiri kan pekerjaan paman seperti apa?" jawab ayahnya disela makan.
"Iya aku tau ayah, bagaimana kalau besok aku mampir ke rumah Paman yah?" pinta Eresha.
"Sebelum itu kau hubungi dulu paman sedang di rumah tidak? Yaah nak." saran Ibunya.
"Baik ibu." senyum Eresha merekah.
*Di kediaman Arya.
"Sepertinya ibu dulu mempunyai kalung dan anting pasangan, dimana ya?" ujar Arya pada diri sendiri sambil mencari-cari barang yang dimaksud pada sebuah box kayu besar.
Setelah lama mencari akhirnya ia mendapatkan apa yang ia cari. "Dapat juga akhirnya, besok aku akan memberikan ini padanya." Arya sambil tersenyum membayangkan pertemuannya tadi dengan Eresha.
*Keesokan harinya.
Setelah berpamitan pada orang tuanya, Eresha pun segera pergi ke tempat yang sudah dijanjikan dengan Arya.
"Kau sampai duluan rupanya, apa kau begitu merindukan ku?" ledek Eresha yang sudah melihat Arya dari kejauhan saat berjalan menghampiri Arya.
"Diamlah, kau ini selalu sesuka hati, kau saja yang terlambat kemari." Arya yang dibuat kesal Eresha.
"Baiklah aku minta maaf atas keterlambatanku, tapi apa yang ada di tanganmu?" tanya Eresha sambil melirik benda yang dimaksud.
"Oh ini hadiah untukmu." Arya membuka kotak perhiasan kecil di tanganya.
"Ha.. hadiah?" Ersha terkejut.
"Ini adalah kalung dan anting couple milik ibuku dan ayahku, aku hadiahkan padamu sebagai hadiah pertemanan kita." jelas Arya.
"Ini kalung untukmu bertuliskan lo dan anting nya patahan love." Arya memberikan pada Eresha.
"Dan kalung bertuliskan ve serta patahan anting yang satunya ada padaku, jika kalung ini kita satukan, maka tulisan ini akan menempel satu sama lain." ujar Arya sambil memcontohkannya.
"Kemari aku pakaikan." pinta Arya.
"Tidak terimakasih, aku bisa memakainya sendiri, kau pakai saja milikmu!" Ersha menolak membuat Arya tersenyum geli melihat sikap ketus Ersha. Biarpun ketus, tapi Eresha tidak sombong.
"Hei mau tidak kau pergi bersamaku kerumah pamanku?" tanya Eresha.
"Memangnya dekat wilayah ini?" tanya Arya balik.
"Kalau jauh untuk apa aku mengajakmu." ketus Eresha.
Arya terkekeh mendengar jawaban dari mulut Eresha. "Baiklah aku bersedia ikut denganmu."
"Kenapa tidak bilang dari tadi sih!" kesal Eresha. "Ayo ikut." ajak Eresha merangkul pundak Arya.
"Jalan kaki saja?" tanya Arya.
"Iyalah! Kau ingin memakai helikopter? Apa di sini sudah ada landasannya? Rumahnya hanya berjarak 10 meter dari sini." terangnya sambil berjalan.
Belum melangkah jauh, tiba-tiba terdengar suara tembakan tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Dor.. Dor .. Dor.. Dor...
#
Hai hai readers, ini karya aku yang pertama, semoga kalian betah yaa bacanya... 😂
Silahkan Saran dan kritiknya, dengan senang hati aku terima... 😊😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Sky Light
wow, pembalap.
2024-02-22
0
Restviani
like n fav dulu yaaa, nanti Ambu mampir
2021-10-07
0
Puan Harahap
hello, baru ketemu nih ceritanya
langsung masukkin favorit kk thor
⚘Salam Pria Idola ⚘
2021-10-03
0