NovelToon NovelToon

Cinta Di Ujung Senja

Prolog

* 10 Tahun yang lalu

Semilir angin berhembus menerpa dedaunan pohon yang berada di tepi pantai. Membuat siapapun tenang diterpanya, termasuk seorang gadis berambut panjang sepinggang yang tengah berbaring pada ranting pohon yang kuat.

Eresha akrab disapa keluarganya, adalah seorang anak tunggal berumur 15 tahun yang tomboy, pandai beladiri serta lihai dalam memakai senjata baik tajam maupun api.

Sejenak merasakan ketenangan senja di sore hari, yah ia dan keluarganya tengah melaksanakan liburan disela-sela tugas ayahnya yang menjabat sebagai Panglima Jendral di Indonesia.

Tiba-tiba ia mendengar isakan tangis dari seorang laki-laki, membuat ia harus membuka matanya dan melihat sekeliling dimana asal suara tersebut.

 

"Hei kau?!" ujarnya setelah menemukan pemilik asal suara.

Membuat seorang remaja laki-laki itu mendongakkan wajahnya, betapa terkejutnya ia melihat seorang gadis berada di atasnya dan mengetahui kalau ia sedang menangis. Segera ia mengusap air mata yang mengalir di pipinya.

 

"Kau kenapa menangis? Bukan kah kau laki - laki? Dasar c*ngeng!" tanyanya masih dari atas.

Remaja laki-laki itu masih diam menatap Eresha, membuat Eresha tidak sabar menunggu jawaban darinya. Sehingga Eresha melompat ke bawah untuk mensejajarkan posisi tubuhnya, dan kini berada di hadapan si remaja laki-laki.

"Cepat katakan padaku kenapa kau menangis?! Jangan membuatku terlalu lama menunggu jawabanmu. Asal kau tau kau telah mengganggu tidur nyenyakku, ah jadi berkurang jam tidurku." ucapnya sambil meregangkan tangan.

Remaja laki-laki itu pun masih diam memandangi Eresha. Membuat Eresha kesal dan beranjak pergi meninggalkan remaja laki-laki itu.

 

"Sudahlah lebih baik aku pergi, percuma saja aku berbicara dengan mulut b*tu sepertimu." belum sempat ia melangkahkan langkah keduanya, lengannya dipegang erat oleh remaja laki-laki itu.

"Jangan pergi..." pintanya dengan suara rendahnya.

"Temani aku disini, aku mohon." sambungnya dengan mata memelas.

Eresha pun mengurungkan niatnya meninggalkan remaja laki-laki itu.

"Baiklah ayo duduk." ajaknya sambil mendudukan tubuhnya di samping remaja laki - laki itu.

"Cepat katakan kenapa kau menangis?!" Eresha tidak sabar.

"I .. Ibuku baru saja meninggal..." jawabnya lirih.

"Maaf tadi aku meng*lokmu..." Eresha dengan nada bersalah.

"Tidak apa, kau belum tau alasanku menangis."

"Emm.. baiklah sebagai permintaan maaf maukah kau menjadi temanku? Besok kita akan bertemu lagi dan bermain di sini, bagaimana?" tanya Eresha.

"Benarkah?... Baiklah aku mau menjadi temanmu, besok pagi aku akan kemari setelah sarapan, bagaimana? Setuju?" jawab dan tanya remaja laki-laki itu.

"Baiklah aku setuju." jawab Eresha sambil tersenyum.

"Sebelum itu, perkenalkan aku Eresha" Eresha mengulurkan tangannya.

"Aku Aryasatya, panggil saja Arya." ucapnya sambil menyalami uluran tangan Eresha.

Begitulah perkenalan remaja laki-laki berumur 18 tahun yang bernama Aryasatya dengan Eresha. Hingga warna senja hampir menghilang mereka masih saja asik bercerita, Eresha menceritakan pengalaman lucunya kepada Arya untuk menghiburnya agar dia tidak terlalu sedih perihal ibunya yang baru saja meninggal. Arya merasa senang mendapat teman baru walau hatinya masih merasakan kesedihan.

 

"Arya sebaiknya kita pulang, hari sudah petang, bagaimana kalau orang tua kita khawatir?" Eresha disela obrolannya.

"Ahh yaa kau benar, aku tidak menyadari kalau hari sudah petang." ujar Arya cengengesan.

"Itu karena aku terlalu bersemangat mendapat teman baru." tambahnya.

"Baiklah baiklah besok kita bertemu lagi disini, kau jangan sampai lupa." ujar Eresha mengakhiri sore itu.

Percakapanpun berakhir mereka pulang kerumah masing-masing.

 

*Di kediaman Eresha

"Ayah berapa hari kita di Pangandaran?" tanya Eresha disela makan malam keluarganya.

"Mungkin 2 hari lagi kita pulang ke Jakarta nak, memangnya ada apa?" tanya ayahnya.

"Sore tadi aku mendapat teman baru Ayah, mungkin aku akan memberitahunya kalau aku tidak akan lama di sini." jelas Eresha.

"Kau ingatkan pesan ayah untuk tidak memberitahukan siapa keluargamu kepada temanmu?"

"Iya ayah, aku ingat, ayah tenang saja hal ini tidak akan bocor kemana-mana hanya keluarga dekat saja yang tahu." jawab Eresha.

"Kau tidak marah nak?" kini gantian ibunya bertanya.

"Tidak ibu, aku tahu ini demi kebaikanku sendiri, aku tidak akan marah pada ayah dan dan ibu." jawab Eresha sambil tersenyum manis. Membuat kedua orang tuanya merasa senang dan lega anaknya tidak merasa terkekang dengan aturan orang tuanya.

"Oh iya ayah, bukannya Paman tinggal di sekitar sini?" tanya Eresha.

"Ahh pamanmu ya, benar paman tinggal di sini, tapi terkadang ia sering bepergian keluar kota, kau tau sendiri kan pekerjaan paman seperti apa?" jawab ayahnya disela makan.

"Iya aku tau ayah, bagaimana kalau besok aku mampir ke rumah Paman yah?" pinta Eresha.

"Sebelum itu kau hubungi dulu paman sedang di rumah tidak? Yaah nak." saran Ibunya.

"Baik ibu." senyum Eresha merekah.

*Di kediaman Arya.

"Sepertinya ibu dulu mempunyai kalung dan anting pasangan, dimana ya?" ujar Arya pada diri sendiri sambil mencari-cari barang yang dimaksud pada sebuah box kayu besar.

Setelah lama mencari akhirnya ia mendapatkan apa yang ia cari. "Dapat juga akhirnya, besok aku akan memberikan ini padanya." Arya sambil tersenyum membayangkan pertemuannya tadi dengan Eresha.

 

*Keesokan harinya.

Setelah berpamitan pada orang tuanya, Eresha pun segera pergi ke tempat yang sudah dijanjikan dengan Arya.

 

"Kau sampai duluan rupanya, apa kau begitu merindukan ku?" ledek Eresha yang sudah melihat Arya dari kejauhan saat berjalan menghampiri Arya.

"Diamlah, kau ini selalu sesuka hati, kau saja yang terlambat kemari." Arya yang dibuat kesal Eresha.

"Baiklah aku minta maaf atas keterlambatanku, tapi apa yang ada di tanganmu?" tanya Eresha sambil melirik benda yang dimaksud.

"Oh ini hadiah untukmu." Arya membuka kotak perhiasan kecil di tanganya.

"Ha.. hadiah?" Ersha terkejut.

"Ini adalah kalung dan anting couple milik ibuku dan ayahku, aku hadiahkan padamu sebagai hadiah pertemanan kita." jelas Arya.

"Ini kalung untukmu bertuliskan lo dan anting nya patahan love." Arya memberikan pada Eresha.

"Dan kalung bertuliskan ve serta patahan anting yang satunya ada padaku, jika kalung ini kita satukan, maka tulisan ini akan menempel satu sama lain." ujar Arya sambil memcontohkannya.

"Kemari aku pakaikan." pinta Arya.

"Tidak terimakasih, aku bisa memakainya sendiri, kau pakai saja milikmu!" Ersha menolak membuat Arya tersenyum geli melihat sikap ketus Ersha. Biarpun ketus, tapi Eresha tidak sombong.

"Hei mau tidak kau pergi bersamaku kerumah pamanku?" tanya Eresha.

"Memangnya dekat wilayah ini?" tanya Arya balik.

"Kalau jauh untuk apa aku mengajakmu." ketus Eresha.

Arya terkekeh mendengar jawaban dari mulut Eresha. "Baiklah aku bersedia ikut denganmu."

"Kenapa tidak bilang dari tadi sih!" kesal Eresha. "Ayo ikut." ajak Eresha merangkul pundak Arya.

"Jalan kaki saja?" tanya Arya.

"Iyalah! Kau ingin memakai helikopter? Apa di sini sudah ada landasannya? Rumahnya hanya berjarak 10 meter dari sini." terangnya sambil berjalan.

Belum melangkah jauh, tiba-tiba terdengar suara tembakan tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Dor.. Dor .. Dor.. Dor...

#

Hai hai readers, ini karya aku yang pertama, semoga kalian betah yaa bacanya... 😂

Silahkan Saran dan kritiknya, dengan senang hati aku terima... 😊😂😂

Siapa Dia ?

Dorr.. Dorr.. Dorr

Timah panas itu tepat mengenai jantung seorang laki-laki berumur 50 tahun di hadapan seorang gadis yang masih beumur 15 tahun, dan di sampingnya tergeletak seorang wanita berumur 40 tahun tidak bernyawa bersimbah darah.

"Kini tiba giliranmu gadis kecil untuk menyusul mereka ke alam baka." ujarnya dingin sambil menodongkan pistol kearahnya, sesaat ia menarik pelatuknya dan...

 

DORR...

"Aakhhh..." teriak seorang wanita bangun dari tidurnya, keringat dingin mengucur di pelipisnya.

"Kau mimpi buruk lagi Sha?" tanya seorang pria menghampiri wanita yang tengah mencoba menyadarkan diri dari mimpi buruknya.

Eresha Andriyani Permana, seorang pembalap F1 wanita. Hanya butuh 2 tahun untuk dirinya berlatih, menguasai sirkuit disetiap balapan dan menjadikannya juara dunia 8 kali berturut-turut setiap tahunnya diusianya sekarang yang menginjak 25 tahun, malangnya ia malah kehilangan ingatannya sejak 10 tahun yg lalu.

Kini ia tinggal bersama paman dan bibinya di Jakarta, Permana adalah nama pamannya, nama itu disematkan dibelakang nama Eresha bertujuan agar Eresha tidak dicurigai kalau ia adalah anak dari jendral yang meninggal karna dibunuh. Paman dan bibinya rapat-rapat menutupi penyebab kematian orang tua Eresha karena mereka tidak ingin Eresha menjadi korban selanjutnya dari musuh orang tuanya.

"Entahlah, terkadang aku mimpi buruk tapi anehnya mimpi itu sama seperti sebelumnya, padahal aku tidak tau siapa mereka di dalam mimpiku." Eresha mengusap wajahnya kasar sambil menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Itu karena kau selalu tidur di sofa! membuat tidurmu tidak nyenyak, kan sudah aku peringatkan jangan tidur di sofa. Sudah ku sediakan ranjang di basecamp hanya untukmu, kau! malah tidak memakainya. Lebih baik aku bawa saja ke rumah untukku." omel laki-laki itu duduk di samping Eresha.

"Haiiisshhh diamlah, cerewet sekali kau ini, baiklah lain kali aku tidur di ranjang." ketus Eresha.

Alvin Dika Permana, anak dari paman Eresha yang bekerja sebagai dokter mesin pribadi mobil balap Eresha, usianya hanya 2 tahun dibawah Eresha. Ayahnya adalah pengusaha produksi mobil balap, itulah kenapa Eresha masuk kedunia balap. Awalnya hal ini ditolak mentah-mentah oleh pamannya, karena Eresha memohon berkali-kali akhirnya pamannya mengizinkannya dengan syarat Alvin sebagai teknisi mobilnya.

"Apa hari ini tidak ada sesi latihan?" tanya Eresha.

"Tidak, lagi pula minggu ini tidak ada pertandingan, minggu depan baru ada." Jawab Alvin.

"Apa karena kurangnya dana?"

"Entahlah mungkin saja... Hei apa kau tidak ingin membiarkan penggemarmu mengetahui wajahmu itu?" tanya Alvin dengan raut wajah serius.

"Memangnya kenapa jika orang lain tahu wajahmu? Setiap kali naik podium kau selalu mengenakan masker hitam itu." tambahnya.

"Heiii... itu lah yang namanya karisma, orang-orang akan lebih tertarik pada hal yang misterius." jawab Eresha yang melipat tangan di dadanya sambil tersenyum menghadap Alvin.

Pasalnya hanya orang terdekat dan panitia tim penyelenggara balap mobil saja yang mengetahui siapa sosok dibalik wanita bermasker hitam itu setiap kali naik podium.

"Kau masih saja seperti ini." ujar Alvin kesal sambil membuang mukanya menghadap yang lain.

"Sudahlah, kau mau pulang tidak? Aku mau pulang makan di rumah, sepertinya bibi sudah masak untuk makan malam." Eresha membayangkan masakan bibinya membuat ia melamun sesaat namun dibuyarkan kemudian oleh Alvin.

"Perihal makanan saja kau langsung hilang kendali." ucap Alvin menepuk pundak Eresha.

"Salah siapa masakan ibumu enak." Eresha setengah kesal diejek Alvin.

"Aku akan pulang tapi kau duluan saja soalnya ada barang yang harus aku periksa dulu." ujarnya beranjak dari duduknya lalu melangkah keluar.

Tanpa pikir panjang Eresha segera turun ke lantai bawah mengambil kunci mobil serta jaket kulitnya lalu mengendarai mobil kesayangannya menuju rumah.

*Ditempat lain.

"Tuan apa tindakan tuan kali ini?" ucap seorang pria yang mengenakan jas hitam kepada bosnya yang sedang menghadap jendela luar di perusahaannya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Teruskan pencarian." titahnya tanpa menatap wajah anak buahnya.

*Eresha sebenarnya kau dimana ? mengapa kau menghilang? aku sudah berusaha mencari jejakmu dari dulu hingga saat ini, tolong muncullah di hadapanku... sampai kapan lagi kau akan terus bersembunyi dariku?"

Pria itu adalah Arya, Aryasatya Pradana Putra. Pengusaha produksi mobil dan motor terbesar di Indonesia, sudah mempunyai cabang hampir di seluruh wilayah Indonesia. Diumurnya yang sudah menginjak 28 tahun seolah ketampanannya tidak memudar bahkan seperti menambah karismanya membuat siapapun takjub memandangnya. Siapa yang menyangkan dibalik kegagahannya memimpin perusahaan, hatinya menyimpan rasa sakit yang mendalam dan belum disembuhkan hingga saat ini.

kring...kring...kring...

Bunyi ponsel membuatnya sadar akan lamunannya.

"Halo Ayah." Arya mengawali pembicaraan dengan ayahnya diseberang sana.

"Nak apa kau akan pulang malam ini?"

"Ibumu sudah masak untuk makan malam, pulanglah nak, apa kau tidak merindukan ayah dan ibu di sini?" pinta ayahnya.

"Baiklah ayah aku akan pulang." Arya mengiyakan.

*Ditempat Eresha

Saat dirinya tengah asik yang santai mengendarai mobilnya, ia harus dikejutkan oleh suasana balapan mobil liar yang tak jauh dari pandangannya. Dengan cepat ia menghampiri geng balap liar itu lalu memarkirkan mobilnya tepat di depan mobil yang hendak bertanding dan itu sukses menyulut amarah para pria yang ada di sana.

"HEI KAU WANITA!!! APA KAU SUDAH GILA? CARI MATI KAU DI SINI? CEPAT SINGKIRKAN MOBILMU!" teriak salah satu pengendara.

"MENYINGKIR KAU DARI SANA! KALAU TIDAK..."

"APA?"potong Eresha cepat sambil membuka kaca mata hitam yang dikenakannya.

"Kau pikir kami takut padamu hanya karna kau seorang wanita?!" ujar seseorang lantang.

"Kalau kau berani lawan aku di sini! Kita adakan balapan mobil, kalau aku menang kau harus menuruti perintahku dan kalau kau kalah kalian boleh mengambil mobil ku saat itu juga." tantang Eresha di depan banyak orang.

"Cih... besar sekali nyalimu! Apa kau tidak tahu siapa kami?"

"Kalau kau takut itu tandanya kalian pengecut, beraninya di jalanan!" pancing Eresha.

"Hei! Kami bukan pengecut! Kami terima tantanganmu!" ujar seorang pria menghampiri Eresha dengan gagahnya.

"Deal?" Eresha mengulurkan tangannya.

"Deal!" pria itu menyalaminya.

Beberapa menit kemudian mereka sudah bersiap di lintasan balap tinggal menunggu aba aba. Namun sebelum itu Eresha tampaknya sedang melakukan panggilan dengan seseorang di seberang sana.

"Selamat malam pak! Ini Eresha. Di jalan X sedang terjadi balap liar tapi anda tenang saja, aku akan mengatasinya dan membubarkan balap liar di sini."

"Kami percayakan tugas itu pada anda nona, semoga berhasil, bahkan jika gagal pun harap beritahu kami nona."

"Kalau pun gagal masih ada cara lain untuk menyelesaikannya pak tanpa harus meminta bantuan polisi." ujar Eresha terssnyum jahil.

"Baiklah nona, saya tunggu kabar selanjutnya dari anda." panggilan berakhir.

1... 2... 3...

Mereka melajukan mobilnya secepat dari yang biasanya, mereka merasa kesal diejek oleh Eresha tapi tidak untuk Eresha dia tetap santai mengendarai mobilnya walaupun dengan kecepatan mobil diatas mereka. Setelah 15 menit berlalu keluarlah Eresha sebagai pemenangnya membuat semua orang bertanya-tanya siapa dia sebenarnya.

"Kau menang nona, sesuai taruhan apa permintaanmu?" ujar pria yang menyalami Eresha sebelum bertanding.

"Mudah saja, gabung dengan tim pembalap ku dan kalian semua yang ada di sini boleh menggunakan sirkuit yang ada di basecampku."

"Be.. benarkah?" tanya salah satu pengendara.

"Kalau kau ingin mendengar satu rahasia dariku, kalian besok datang dan berkumpul pukul 9 ke alamat X."

Jauh dari pandangan mereka ada seorang pria yang terus memperhatikan Eresha dengan tatapan teduh.

"Eresha" panggilnya lirih.

#

Kritik dan sarannya akan aku tunggu... 😂😂

Pertemuan

"Eresha..." panggil seorang pria lirih.

"Eresha..." ujarnya lagi mendekati Eresha dan seorang pria yang tak asing baginya ada di dekat Eresha.

Terlihat Eresha tampak asik mengobrol dengan pengendara lain.

"Lalu untuk merayakan bergabungnya kalian denganku, bagaimana kalau aku sedikit menunjukan atraksi?" usulnya sambil berjalan meninggalkan pria yang ada di depannya.

"Setuju..." jawab serentak para pengendara.

Eresha pun segera memasuki mobilnya dan bersiap untuk melakukan sebuah atraksi yang mungkin belum pernah dilakukan oleh pengendara lain.

Pria yang bersalamaan dengan Eresha melihat seseorang yang menurutnya tidak asing ada di hadapannya saat ini.

"Kak? Sedang apa kau di sini?" tanyanya pada seseorang yang datang menghampirinya. Pria itu tak lain adalah Aryasatya, kakak dari seorang pria yang baru saja bersalaman dengan Eresha.

Bayu Pradana Putra, seorang pembalap pria berusia 24 tahun yang baru saja masuk dunia balap 4 tahun yang lalu, adik kandung Aryasatya.

Arya tidak menggubris pertanyaan adiknya, ia masih melihat ke arah Eresha pergi, tentu saja Arya tidak akan menyianyiakan kesempatan untuk bertemu dengan Eresha, pikirnya.

"Kak? kau mendengarkanku bukan?" ujar Bayu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Arya.

"Kak!" bentak Bayu kesal melihat tingkah kakaknya yang mengacuhkannya.

"Apa? Ada apa?" Arya tersadar akan pandangannya yang melangkah jauh memandang Eresha.

"Untuk apa kau di sini?!" ketus Bayu.

"Hey ada apa denganmu? kenapa wajahmu kesal begitu?"Arya yang bingung dengan adiknya.

"Sudahlah kak, aku tidak ingin berdebat denganmu malas aku berbicara padamu." tutur Bayu lalu melangkah pergi meninggalkan kakaknya.

"Hei dik, tunggu! Seharusnya kakak yang marah padamu kenapa kau yang sekarang marah?" tanya Arya sambil mengejar langkah Bayu.

"Hei kenapa kau tidak pulang, ayah dan ibu sudah menunggumu semenjak kau pulang dari luar negeri!"

"Dan kau bukannya langsung pulang ke rumah malah pergi ketempat seperti ini!" ujar Arya mengomel.

"Hehe... Baiklah kakak aku minta maaf untuk hal ini." jawab Bayu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Sebenarnya aku hanya mampir sebentar di sini, tapi aku malah terjebak taruhan dengan wanita itu." jelas Bayu dengan wajah memelas berharap kakaknya tidak marah.

"Taruhan?" ujar Arya sambil melonggarkan dasi yang ia pakai.

"Seperti apa?" tanyanya lagi.

"Jadi kalau aku dan yang lain kalah bertanding dengannya maka aku dan pembalap yang ada di sini akan bergabung ke dalam timnya" jawab Bayu sambil sesekali memperhatikan atraksi yang dilakukan Eresha.

Tidak ingin memperpanjang penjelasan, Bayu berinisiatif melihat lebih dekat apa yang dilakukan oleh Eresha, tanpa disadari kakaknya juga ikut serta memperhatikan Erseha membuat Bayu terheran akan tingkah kakaknya. Pasalnya selama ini kakaknya enggan untuk melihat hal seperti ini, menurutnya hal seperti ini  membosankan.

Tak berselang lama Eresha mengakhiri pertunjukannya yang disambut dengan tepuk tangan dan antusisa yang meriah dari pengendara lain, mereka semakin dibuat takjub melihat atraksi yang dilakukan oleh Eresha.

Eresha melajukan mobilnya menghampiri Bayu dan berhenti di depannya, terlihat kalau Bayu sama antusiasnya dengan yang lain.

"Jadi ingat apa yang aku katakan tadi, besok pukul 9." ucap Eresha dari dalam mobil dan melambaikan tangannya berniat meninggalkan tempat ini, namun dicegah dengan cepat oleh Bayu.

"Tunggu!" ujarnya sambil mendekat ke arah Eresha.

"Bolehkah aku bertanya siapa namamu nona? Kau belum memperkenalkan diri bukan?" tanyanya sambil membungkukan tubuhnya agar sejajar dengan wajah Eresha yang masih berada di dalam mobil.

"Cih.. bukankah kau seorang pria? Mengapa kau tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu?" Eresha menjawab dengan enteng sambil melingkarkan tangan kirinya pada bangku kemudi yang berada di belakangnya.

"Oh maaf tentang itu... Perkenalkan namaku Bayu, Bayu Pradana Putra" tuturnya sambil mengulurkan tangan.

"Eresha, Eresha Andriyani Permana" ucap Eresha menyalami uluran tangan Bayu tanpa memperhatikan pria yang ada di belakang Bayu membuat Arya dibuat heran dengan tingkah Eresha.

Arya berpikir mengapa Eresha tidak mengenalinya saat mereka kini bertemu setelah sekian lama.

"Baiklah, sampai jumpa besok" ujar Eresha mengakhiri percakapannya lalu Bayu menjauh dari mobilnya.

"Hati - hati di jalan."

"Tentu." Eresha melajukan mobilnya menjauh dari Bayu dan Arya.

"Siapa namanya?" tanpa basa-basi Arya bertanya pada Bayu.

Bayu tidak mendengar pertanyaan dari kakaknya itu karena dirinya fokus memperhatikan mobil Eresha yang melaju jauh hingga tersadar saat kakaknya menepuk pundaknya keras.

"Hah? Apa kak?" ujar Bayu tersadar.

"Siapa namanya?!" tanya Arya yang tidak sabar.

"Eh sabar kak, secepat itu kah kau tertarik pada wanita, bukankah..."

"Cepat katakan padaku!" potong Arya sambil memijit pelipisnya, menahan amarahnya agar tidak terluapkan.

"Baiklah, baiklah." ujar Bayu cengengesan.

"Namanya Eresha, Eresha Adriyani Permana." sambungnya.

"Permana?"

"Memangnya ada apa kak? Kau mengenalnya?" tanya Bayu.

"Tidak." jawabnya dingin.

"Sudahlah, ayo kita pulang." ajak Bayu.

"Permana ? Bukankah namanya dulu Eresha Andriyani Andharu?" tanya Arya dalam hati.

Mereka berdua perlahan meninggalkan tempat itu disusul oleh pengendara yang lain.

*Keesokan harinya di kediaman Eresha.

Pagi-pagi sekali Alvin sudah ada di depan kamar Eresha untuk membangunkannya.

"Hei kak, ayo bangun! Sudah pukul berapa sekarang? Bukannya kau ada janji nanti pukul 9? Cepat bangun!" teriak Alvin dari luar kamar Eresha.

"Kak kalau kau tidak segera bangun, akan aku dobrak pintu ini!" ancamnya.

"Diamlah! aku sudah bangun, jangan dobrak lagi dan berhenti berteriak! Apa kau tidak bisa bicara baik-baik tanpa harus berteriak?!" Eresha yang bangun dari tidurnya terganggu dengan teriakan Alvin.

"Itukan karena kau belum bangun kak!" ujar Alvin lirih.

"Cepatlah turun, ibu sudah menyiapkan makanan, kalau kau tidak turun akan aku habiskan semuanya." ancamnya lagi lalu segera berlari menjauh dari pintu kamar Eresha.

"Dasar Alvin." gumam Eresha. Lalu ia beranjak pergi membersihkan diri, dan segera turun untuk sarapan.

15 menit kemudian.

Eresha kini sedang mengeringkan rambutnya di depan cermin kemudian ia mengingat sesuatu yang membuatnya bergegas melakukan kegiatannya saat ini.

"Aiya, aku hampir lupa ada janji pukul 9 nanti."

Eresha bergegas turun mengenakan celana jeans hitam dan kaos putih lengan pendek sambil membawa jaket kulit berwarna coklat muda. Membiarkan rambut panjang ikalnya terurai menambah aura kecantikannya. Eresha kerap kali menggonta ganti gaya rambut, namun ia tidak pernah memotong pendek rambutnya beralasan ada seseorang yang menyukai rambut panjangnya.

"Pagi bibi." sapa Eresha melihat Bibinya yang sedang di dapur.

Pamannya memang tidak menyediakan seorang asisten rumah tangga di rumah itu untuk menjaga keselamatan Eresha, takut kalau nanti ada penyusup datang yang menyamar.

"Matahari sudah hampir naik sayang." ledek Bibinya.

"Hehe maaf bibi, aku terlambat bangun mungkin terlalu lelah kemarin." ujar Eresha sambil cengengesan.

"Sudahlah, sekarang cepat sarapan, tidak baik menunda sarapan." tutur bibinya lembut  mendekat kearah Eresha yang masih berdiri di samping meja makan.

"Baik bibi." Eresha segera menarik bangku yang ada di sampingnya.

"Bibi? Apa paman sudah berangkat?" tanya Eresha mencari sosok yang dicari dengan pandangannya.

"Sudah, 15 menit yang lalu." jawab bibinya sambil mengambilkan nasi dan lauk untuk Eresha.

"Bibi aku sudah besar tidak perlu lagi bibi mengambilkan nasi dan lauk untukku." rengek Eresha.

"Kau ini masih saja." Bibinya menggelengkan kepalanya.

"Eresha sebesar apapun kamu, walaupun kamu sudah tua pun kamu tetap anak kecil di mata bibi." ledek bibinya sambil terkekeh melihat ekspresi Eresha.

"Bibi, itu tidak lucu." Eresha dengan wajah datarnya kesal diledek bibinya.

"Kak, tidak hanya kau, aku pun sama." timpal  Alvin mendekat kearah meja makan dan duduk di seberang Eresha.

"Biar kau saja, aku tidak mau." Eresha mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu.

"Sudah sudah kamu sarapan saja sha jangan malah menggoda adikmu ini." Bibinya melerai.

"Awas saja nanti kau kak." ujar alvin dalam hati.

Selesai sarapan, Eresha berpamitan kepada bibinya untuk pergi ke tempat latihan sendirian. Alvin? Yah dia mampir ke perusahaan ayahnya sebelum ke basecamp, berniat mengambil barang yang ia perlukan.

Sesampainya di basecamp, Eresha melihat sudah banyak yang datang. Ada yang sedang melihat-lihat koleksi mobil balap, ada pula yang sedang menjajal lintasan. Padahal jam masih menunjukan pukul 8.30. Seantusias itukah mereka? Pikirnya.

"Apa masih ada yang belum datang?" tanya Eresha kepada salah seorang pria, Edward. Ketua geng balap liar yang kalah bertanding kemarin.

"Kita hanya perlu menggu dua orang nona." jawabnya.

"Siapa?"

"Sebelum itu jangan panggil aku nona, panggil aku Eresha, itu sudah cukup bagiku." imbuhnya.

"Baiklah, perkenalkan aku Edward, ketua geng balap liar kemarin." ujarnya sambil mengulurkan tangan.

"Baiklah, seterusnya kau akan memimpin mereka untuk latihan di sini mewakiliku memantau mereka, laporkan semua perkembangan yang terjadi." ujarnya sambil menyalami uluran tangan Edward.

"Baiklah, percayakan padaku." ucap Edward sambil tersenyum yakin.

"Kita berjumpa lagi nona Eresha." ucap seorang wanita dari belakang Eresha.

#

hufft. 😂😂

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!