"Eresha..." panggil seorang pria lirih.
"Eresha..." ujarnya lagi mendekati Eresha dan seorang pria yang tak asing baginya ada di dekat Eresha.
Terlihat Eresha tampak asik mengobrol dengan pengendara lain.
"Lalu untuk merayakan bergabungnya kalian denganku, bagaimana kalau aku sedikit menunjukan atraksi?" usulnya sambil berjalan meninggalkan pria yang ada di depannya.
"Setuju..." jawab serentak para pengendara.
Eresha pun segera memasuki mobilnya dan bersiap untuk melakukan sebuah atraksi yang mungkin belum pernah dilakukan oleh pengendara lain.
Pria yang bersalamaan dengan Eresha melihat seseorang yang menurutnya tidak asing ada di hadapannya saat ini.
"Kak? Sedang apa kau di sini?" tanyanya pada seseorang yang datang menghampirinya. Pria itu tak lain adalah Aryasatya, kakak dari seorang pria yang baru saja bersalaman dengan Eresha.
Bayu Pradana Putra, seorang pembalap pria berusia 24 tahun yang baru saja masuk dunia balap 4 tahun yang lalu, adik kandung Aryasatya.
Arya tidak menggubris pertanyaan adiknya, ia masih melihat ke arah Eresha pergi, tentu saja Arya tidak akan menyianyiakan kesempatan untuk bertemu dengan Eresha, pikirnya.
"Kak? kau mendengarkanku bukan?" ujar Bayu sambil melambaikan tangannya di depan wajah Arya.
"Kak!" bentak Bayu kesal melihat tingkah kakaknya yang mengacuhkannya.
"Apa? Ada apa?" Arya tersadar akan pandangannya yang melangkah jauh memandang Eresha.
"Untuk apa kau di sini?!" ketus Bayu.
"Hey ada apa denganmu? kenapa wajahmu kesal begitu?"Arya yang bingung dengan adiknya.
"Sudahlah kak, aku tidak ingin berdebat denganmu malas aku berbicara padamu." tutur Bayu lalu melangkah pergi meninggalkan kakaknya.
"Hei dik, tunggu! Seharusnya kakak yang marah padamu kenapa kau yang sekarang marah?" tanya Arya sambil mengejar langkah Bayu.
"Hei kenapa kau tidak pulang, ayah dan ibu sudah menunggumu semenjak kau pulang dari luar negeri!"
"Dan kau bukannya langsung pulang ke rumah malah pergi ketempat seperti ini!" ujar Arya mengomel.
"Hehe... Baiklah kakak aku minta maaf untuk hal ini." jawab Bayu sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Sebenarnya aku hanya mampir sebentar di sini, tapi aku malah terjebak taruhan dengan wanita itu." jelas Bayu dengan wajah memelas berharap kakaknya tidak marah.
"Taruhan?" ujar Arya sambil melonggarkan dasi yang ia pakai.
"Seperti apa?" tanyanya lagi.
"Jadi kalau aku dan yang lain kalah bertanding dengannya maka aku dan pembalap yang ada di sini akan bergabung ke dalam timnya" jawab Bayu sambil sesekali memperhatikan atraksi yang dilakukan Eresha.
Tidak ingin memperpanjang penjelasan, Bayu berinisiatif melihat lebih dekat apa yang dilakukan oleh Eresha, tanpa disadari kakaknya juga ikut serta memperhatikan Erseha membuat Bayu terheran akan tingkah kakaknya. Pasalnya selama ini kakaknya enggan untuk melihat hal seperti ini, menurutnya hal seperti ini membosankan.
Tak berselang lama Eresha mengakhiri pertunjukannya yang disambut dengan tepuk tangan dan antusisa yang meriah dari pengendara lain, mereka semakin dibuat takjub melihat atraksi yang dilakukan oleh Eresha.
Eresha melajukan mobilnya menghampiri Bayu dan berhenti di depannya, terlihat kalau Bayu sama antusiasnya dengan yang lain.
"Jadi ingat apa yang aku katakan tadi, besok pukul 9." ucap Eresha dari dalam mobil dan melambaikan tangannya berniat meninggalkan tempat ini, namun dicegah dengan cepat oleh Bayu.
"Tunggu!" ujarnya sambil mendekat ke arah Eresha.
"Bolehkah aku bertanya siapa namamu nona? Kau belum memperkenalkan diri bukan?" tanyanya sambil membungkukan tubuhnya agar sejajar dengan wajah Eresha yang masih berada di dalam mobil.
"Cih.. bukankah kau seorang pria? Mengapa kau tidak memperkenalkan diri terlebih dahulu?" Eresha menjawab dengan enteng sambil melingkarkan tangan kirinya pada bangku kemudi yang berada di belakangnya.
"Oh maaf tentang itu... Perkenalkan namaku Bayu, Bayu Pradana Putra" tuturnya sambil mengulurkan tangan.
"Eresha, Eresha Andriyani Permana" ucap Eresha menyalami uluran tangan Bayu tanpa memperhatikan pria yang ada di belakang Bayu membuat Arya dibuat heran dengan tingkah Eresha.
Arya berpikir mengapa Eresha tidak mengenalinya saat mereka kini bertemu setelah sekian lama.
"Baiklah, sampai jumpa besok" ujar Eresha mengakhiri percakapannya lalu Bayu menjauh dari mobilnya.
"Hati - hati di jalan."
"Tentu." Eresha melajukan mobilnya menjauh dari Bayu dan Arya.
"Siapa namanya?" tanpa basa-basi Arya bertanya pada Bayu.
Bayu tidak mendengar pertanyaan dari kakaknya itu karena dirinya fokus memperhatikan mobil Eresha yang melaju jauh hingga tersadar saat kakaknya menepuk pundaknya keras.
"Hah? Apa kak?" ujar Bayu tersadar.
"Siapa namanya?!" tanya Arya yang tidak sabar.
"Eh sabar kak, secepat itu kah kau tertarik pada wanita, bukankah..."
"Cepat katakan padaku!" potong Arya sambil memijit pelipisnya, menahan amarahnya agar tidak terluapkan.
"Baiklah, baiklah." ujar Bayu cengengesan.
"Namanya Eresha, Eresha Adriyani Permana." sambungnya.
"Permana?"
"Memangnya ada apa kak? Kau mengenalnya?" tanya Bayu.
"Tidak." jawabnya dingin.
"Sudahlah, ayo kita pulang." ajak Bayu.
"Permana ? Bukankah namanya dulu Eresha Andriyani Andharu?" tanya Arya dalam hati.
Mereka berdua perlahan meninggalkan tempat itu disusul oleh pengendara yang lain.
*Keesokan harinya di kediaman Eresha.
Pagi-pagi sekali Alvin sudah ada di depan kamar Eresha untuk membangunkannya.
"Hei kak, ayo bangun! Sudah pukul berapa sekarang? Bukannya kau ada janji nanti pukul 9? Cepat bangun!" teriak Alvin dari luar kamar Eresha.
"Kak kalau kau tidak segera bangun, akan aku dobrak pintu ini!" ancamnya.
"Diamlah! aku sudah bangun, jangan dobrak lagi dan berhenti berteriak! Apa kau tidak bisa bicara baik-baik tanpa harus berteriak?!" Eresha yang bangun dari tidurnya terganggu dengan teriakan Alvin.
"Itukan karena kau belum bangun kak!" ujar Alvin lirih.
"Cepatlah turun, ibu sudah menyiapkan makanan, kalau kau tidak turun akan aku habiskan semuanya." ancamnya lagi lalu segera berlari menjauh dari pintu kamar Eresha.
"Dasar Alvin." gumam Eresha. Lalu ia beranjak pergi membersihkan diri, dan segera turun untuk sarapan.
15 menit kemudian.
Eresha kini sedang mengeringkan rambutnya di depan cermin kemudian ia mengingat sesuatu yang membuatnya bergegas melakukan kegiatannya saat ini.
"Aiya, aku hampir lupa ada janji pukul 9 nanti."
Eresha bergegas turun mengenakan celana jeans hitam dan kaos putih lengan pendek sambil membawa jaket kulit berwarna coklat muda. Membiarkan rambut panjang ikalnya terurai menambah aura kecantikannya. Eresha kerap kali menggonta ganti gaya rambut, namun ia tidak pernah memotong pendek rambutnya beralasan ada seseorang yang menyukai rambut panjangnya.
"Pagi bibi." sapa Eresha melihat Bibinya yang sedang di dapur.
Pamannya memang tidak menyediakan seorang asisten rumah tangga di rumah itu untuk menjaga keselamatan Eresha, takut kalau nanti ada penyusup datang yang menyamar.
"Matahari sudah hampir naik sayang." ledek Bibinya.
"Hehe maaf bibi, aku terlambat bangun mungkin terlalu lelah kemarin." ujar Eresha sambil cengengesan.
"Sudahlah, sekarang cepat sarapan, tidak baik menunda sarapan." tutur bibinya lembut mendekat kearah Eresha yang masih berdiri di samping meja makan.
"Baik bibi." Eresha segera menarik bangku yang ada di sampingnya.
"Bibi? Apa paman sudah berangkat?" tanya Eresha mencari sosok yang dicari dengan pandangannya.
"Sudah, 15 menit yang lalu." jawab bibinya sambil mengambilkan nasi dan lauk untuk Eresha.
"Bibi aku sudah besar tidak perlu lagi bibi mengambilkan nasi dan lauk untukku." rengek Eresha.
"Kau ini masih saja." Bibinya menggelengkan kepalanya.
"Eresha sebesar apapun kamu, walaupun kamu sudah tua pun kamu tetap anak kecil di mata bibi." ledek bibinya sambil terkekeh melihat ekspresi Eresha.
"Bibi, itu tidak lucu." Eresha dengan wajah datarnya kesal diledek bibinya.
"Kak, tidak hanya kau, aku pun sama." timpal Alvin mendekat kearah meja makan dan duduk di seberang Eresha.
"Biar kau saja, aku tidak mau." Eresha mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahu.
"Sudah sudah kamu sarapan saja sha jangan malah menggoda adikmu ini." Bibinya melerai.
"Awas saja nanti kau kak." ujar alvin dalam hati.
Selesai sarapan, Eresha berpamitan kepada bibinya untuk pergi ke tempat latihan sendirian. Alvin? Yah dia mampir ke perusahaan ayahnya sebelum ke basecamp, berniat mengambil barang yang ia perlukan.
Sesampainya di basecamp, Eresha melihat sudah banyak yang datang. Ada yang sedang melihat-lihat koleksi mobil balap, ada pula yang sedang menjajal lintasan. Padahal jam masih menunjukan pukul 8.30. Seantusias itukah mereka? Pikirnya.
"Apa masih ada yang belum datang?" tanya Eresha kepada salah seorang pria, Edward. Ketua geng balap liar yang kalah bertanding kemarin.
"Kita hanya perlu menggu dua orang nona." jawabnya.
"Siapa?"
"Sebelum itu jangan panggil aku nona, panggil aku Eresha, itu sudah cukup bagiku." imbuhnya.
"Baiklah, perkenalkan aku Edward, ketua geng balap liar kemarin." ujarnya sambil mengulurkan tangan.
"Baiklah, seterusnya kau akan memimpin mereka untuk latihan di sini mewakiliku memantau mereka, laporkan semua perkembangan yang terjadi." ujarnya sambil menyalami uluran tangan Edward.
"Baiklah, percayakan padaku." ucap Edward sambil tersenyum yakin.
"Kita berjumpa lagi nona Eresha." ucap seorang wanita dari belakang Eresha.
#
hufft. 😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
bayu atau kakakny yg datang ya
2021-09-06
0
VBEAR
hi kak, like mendarat dari "Kepsek, I Love You" ditunggu feedback-nya ya 🙏🤗
2021-05-05
1
Queen
Maaf kan jari ku thor. Jika melihat cerita yang menarik suka khilaf. langsung cuss boom like.. 😂😂😂😂
2021-04-07
1