"Kita berjumpa lagi nona Eresha.." ucap seorang wanita dari belakang Eresha.
"Nesya?" gumam Eresha tanpa menoleh ke sumber suara.
Eresha terdiam sejenak mengingat suara yang menurutnya tidak asing itu, tak lama kemudian berbalik menghadap sumber suara dan berkata.
"Kau benar Nesya ?" tanyanya.
"Tentu saja, kalau bukan aku siapa lagi?" jawab wanita itu sambil mengangkat bahunya.
Nesya Zemira Chandika, teman karib Eresha sekaligus pembalap F1 wanita, dia pernah beberapa kali menaiki podium bersama Eresha namun belum menggeser posisi Eresha disetiap tahunnya.
"Ada apa kau datang kemari ?" tanya Eresha sambil melipat tangannya di dada, membuat Edward yang dibelakangnya mengerutkan dahinya terheran, bukankah temannya baru saja tiba di Indonesia tapi malah pertanyaan seperti itu yang Eresha lontarkan? pikirnya.
Nesya hanya tersenyum masam mendengar pertanyaan temannya itu kemudian menjawab.
"Eresha, apa seperti ini caramu menyambutku? Aku baru saja pulang dari Prancis dan langsung kesini..."
"Lalu apa bedanya dengan waktu itu aku meminta kau pulang bersama tapi kau menolaknya." potong Eresha dengan cepat.
"Ehm.. itu beda lagi ceritanya." ujar Nesya datar tak mau kalah.
Eresha hanya menghela napasnya karena tidak ingin berdebat lebih lama akhirnya ia memutuskan untuk memperkenalkan Edward pada Nesya.
"Sudahlah lupakan. Perkenalkan, ini Edward. Ketua geng.. " Eresha pada Nesya namun terhenti dan beralih melihat Edward.
"Ah ya, apa nama gengnya?" tanya Eresha.
"The Bloody Month." jawab Edward tegas.
"Kau dengar sendiri kan, tidak perlu aku jelaskan lagi." tutur Eresha yang membuat Nesya kesal.
"Iya aku dengar!"
Eresha lalu memperkenalkan Nesya pada Edward.
"Ah iya Edward perkenalkan dia Nesya, kau mungkin sudah tau benarkan?"
"Tentu saja, aku sudah tau karna beberapa kali melihatnya naik ke podium, lalu apa hubungannya dengan ini semua?" Edward bertanya karena ia tidak tahu apa maksud semua ini terutama hubungan Nesya dan Eresha.
"Ayo ikut aku." pinta Eresha lalu berlalu menuju ruangan yang terletak tak jauh dari awal mereka berdiri.
Dengan perasaan kesal, Nesya membuntuti Eresha, Edward? Dengan gagahnya dia mengikuti Eresha tanpa memperhatikan Nesya.
Mereka sudah sampai di depan pintu, begitu pintu terbuka nampak banyak piala kejuaraan balap yang tersusun rapih.
"Waaw" ujar Edward terperangah melihat banyak piala kejuaraan.
Ia melangkah masuk melihat beberapa pialan namun tiba-tiba matanya terfokus pada beberapa piala di tempat terpisah yang menurutnya tidak asing dan menurutnya luar biasa.
"Tunggu?! Bukankah ini?" tanya Edward berhenti tepat di depan piala itu.
"Iyups, kau benar, ini adalah trofi pembalap f1." sanggah Nesya yang berdiri tak jauh dari Edward
"Siapa dari kalian yang memiliki trofi ini?" tanya Edward.
"Coba kau tebak?" ujar Eresha lalu memperagakan gaya ikoniknya saat naik podium yang mana masih mengenakan masker.
"Ka.. kau?" Edward terbata-bata.
Eresha hanya terkekeh melihat reaksi spontan Edward yang menurutnya itu malah lucu.
"Kau jangan terkejut seperti itu, kau terlihat seperti baru saja melihat hantu." tutur Eresha disambut dengan tawa Nesya.
"Kau memang seperti hantu, mengejutkan semua orang." timpal Nesya yang memegangi perutnya sambil tertawa.
"Diamlah!"
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan muncullah seorang pria yang memanggil Eresha.
"Kak." panggil Alvin membuat yang dipanggil menoleh kearahnya.
"Ada apa ?" tanya Eresha.
"Ada telfon untukmu."
"Siapa?"
"Kau tanya saja sendiri." ujar Alvin sambil memberikan ponselnya.
"Maaf aku harus mengangkat telfon dulu, Edward kau berkeliling saja dan kau Nesya! Jangan pergi sebelum aku mengijinkanmu pergi." Eresha lalu berlalu bergi meninggalkan mereka.
"Jadi ini salah satu rahasianya." gumam Edward pelan.
*Diparkiran basecamp.
Bayu baru saja sampai dengan mobil sportnya, dengan mengenakan jeans robek di lutut warna biru dan kaos warna merah beserta kacamata hitam masih menempel di wajahnya keluar dari mobil yang berwarna orange.
"Kak, tidak biasanya kau ikut denganku?" tanya Bayu sambil bersandar dipintu mobil tepat didepan kakaknya, Arya.
"Lebih baik kau tidak usah memikirkan urusan orang lain." jawab Arya santai sambil merapikan jaket warna hitam yang dikenakannya.
Bayu kesal mendengar jawaban kakaknya itu kemudian ia memutuskan akan membiarkan kakaknya sendirian saat ini.
"Aku mau masuk, terserah kakak mau ikut kedalam atau tidak." Bayu melangkah pergi meninggalkan Arya yang masih di dalam mobil.
Arya tak menggubris ucapan adiknya melainkan terus membayangkan kejadian kemarin saat dirinya melihat Eresha.
"Aku yakin kalau itu kamu Eresha." Arya memantapkan diri keluar mobil dengan mengenakan jaket hoodie berwarna hitam dan celana jeans hitam ditambah aksesori topi menambah kemisteriusan yang ada pada diri Arya.
Tak jauh dari tempat Arya berdiri, terlihat Eresha berada di balkon yang menghadap kearah parkiran sedang berbicara melalui ponselnya. Tiba-tiba tangan Eresha tergelincir saat ia sedang memegangi besi pembatas balkon membuat ponsel yang berada digenggamanya jatuh. Arya yang melihatnya dengan cepat berlari dan menangkap ponsel itu.
"Untung saja." ujar Eresha menghembuskan nafas leganya.
"KAU TETAP DI SANA, AKU AKAN KE BAWAH!" teriak Eresha pada Arya yang masih memegangi ponsel miliknya.
"Eresha." panggil Arya lirih melihat Eresha yang bergegas turun.
Eresha menuruni tangga dari lantai dua yang langsung menghubungkan dengan aula yang besar, di tengahnya terdapat shofa dan meja yang memudahkan seseorang memantau pergerakan.
Terlihat Alvin sedang duduk di sofa untuk memantau pergerakan pembalap lain yang sedang menjajal lintasan trek.
"Kak? Ada apa? Kenapa kau tergesa-gesa?" tanyanya melihat Eresha turun dengan cepat dari tangga.
"Tidak, tidak ada apa-apa, kau lanjutkan saja aktivitasmu." jawab Eresha ditengah langkahnya menuju pintu aula.
"Apa Bayu sudah datang?" Eresha berhenti tepat dibelakang Alvin.
"Siapa Bayu?" tanya balik Alvin.
"Nanti kau juga tau." ujar Eresha sambil mengacak-acak rambut Alvin.
"Kak!" decak Alvin kesal.
"Nesya?" tanya Eresha lagi.
"Entah, aku tidak tau kemana dia pergi, mungkin sedang tidur dikamar mu." imbuhnya sambil menyeruput kopi yang ada di meja.
"Kau tetap disini, aku ada urusan di luar." Kemudian bergegas pergi meninggalkan Alvin.
"Kak, apa kau sudah selesai bernegosiasinya?" tanya Alvin setengah berteriak karna Eresha sudah semakin jauh darinya.
"BELUM." teriak Eresha menjawab.
Tidak lama kemudian Eresha bertemu dengan Arya yang masih berdiri di tempat bahkan tidak bergeser secentimeter pun.
"Maaf sudah merepotkanmu." Eresha menghampiri Arya dan berniat meminta ponselnya kembali.
Arya terdiam memandangi Eresha dari sudut ke sudut.
"Terimakasih atas pertolongannya. Boleh aku meminta ponselku kembali?" pinta Eresha sopan.
Arya masih terdiam membuat Eresha yang tengah mengatur nafasnya menjadi kesal lalu mengambil ponselnya yang kala itu masih tersambung dengan seseorang di seberang sana.
"Maaf aku harus menjawab telefon terlebih dahulu." melangkah pergi meninggalkan Arya yang masih mematung.
"Urusan kita belum selesai, aku akan mengurusnya setelah ini." setengah berteriak pada Arya sambil menutup ponselnya agar suaranya tidak terdengar jelas di telefon.
Arya tersadar saat Eresha sudah pergi dari hadapannya. Ia menyesalkan kenapa itu mesti terjadi, padahal ia ingin sekali bertanya pada Eresha apa yang selama ini sudah terjadi.
*Flashback on.
10 tahun yang lalu.
Terlihat Eresha dan Arya sedang bermain ombak di pesisir pantai di waktu senja.
Arya terus memandangi Eresha yang sedang memainkan air ombak kemudian berkata.
"Eresha, kau harus berjanji padaku." pinta Arya di tengah deburan ombak yang menerpa kaki mereka.
"Apa?"
"Kau tidak akan melupakan aku."
"Tentu saja aku akan melupakanmu." ledek Eresha sambil menjulurkan lidahnya lalu berlari menghindari Arya.
*Flashback off.
Arya tertunduk lesu saat kenyataan Eresha tidak mengenalinya, namun hal ini tidak membuat ia menyerah begitu saja.
"Apa ini arti dari jawabanmu itu?" Arya menatap kosong kepergian Eresha yang sudah hilang dari pandangannya.
Arya melangkahkan kakinya ke dalam aula, berniat menemukan sesuatu untuk menjawab kegelisahannya sejak bertemu Eresha.
Setelah masuk ke aula, ia melihat banyak bingkai foto yang terpasang di dinding aula, foto Eresha mengenakan pakaian biasa bersama mobil balap kesayangannya.
Arya tidak tau menahu soal balapan mobil, karena itulah saat bangun pagi Bayu terheran melihat kakaknya menawarkan diri mengikutinya ke tempat ini.
Saat Arya tengah asik memperhatikan foto yang terpajang, dia dikejutkan oleh pertanyaan dari Alvin.
"Tunggu, kau siapa?" tanya Alvin menghampiri Arya.
"Tidak penting, kau lanjutkan saja aktivitasmu, jangan hiraukan aku." jawab Arya tanpa melepas pandangannya dari menatap foto Eresha.
"Kau ini sama saja." jawab Alvin kesal.
Tiba-tiba Arya menemukan sebuah foto yang membuat rasa penasaranya muncul kembali.
"Tunggu, ini..."
#
Likenya dong yang mampir..😅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Titik pujiningdyah
sungguh kehaluanmu keren thor, aku suka tipe ke eresha ini😍
2021-09-08
1
ara-ara
5like+fav bund
jngn lupa mampir
-Aku bukan dia
-Perfect love
-Legenda putri Selir
2021-06-24
2
Pujas_erha🤓
semangat kk🤗
2021-05-26
1