Love One Another

Love One Another

Bingkai Foto

Rahayu Almeera Romeesa. Gadis berambut panjang berwarna kecoklatan yang bergelombang dan dengan kedua bola mata yang bulat dan besar itu, tampak sedang duduk di teras Mesjid dengan sesekali menatap ke arah dalam Mesjid.

Ia tersenyum lebar ketika melihat seorang wanita berhijab berwarna biru langit dengan seorang pria tinggi memakai peci, baru saja keluar dari dalam mesjid dan datang menghampirinya.

"Udah selesai?" tanya Meera.

"Udah. Yuk, makan," ujar si pria tinggi sambil mengajak Meera beranjak pergi dari tempatnya duduk.

Meera mengangguk. Ia langsung mengangkat pantatnya setelah wanita berhijab yang berdiri di sampingnya itu, mengulurkan tangannya bermaksud membantu Meera untuk berdiri.

"Baru pulang kerja?" Kali ini wanita berhijab itu bertanya kepada Meera sambil menggandeng tangan kanannya.

"Iya, ada jadwal pemotretan tadi, tuh."

"Lagi sibuk-sibuknya, yah?"

"Banget, Kak Ai. Makanya, sebelum nanti Meera sibuk banget, Meera ingin ketemu kalian dulu untuk melepas rindu." Meera terlihat begitu manja. Sambil memeluk kakak perempuannya itu dari samping, Meera menaruh kepalanya yang terlihat mungil di atas dada kakak perempuannya.

"Kakak yg bawa mobilnya yah, Ra," ujar si pria tinggi yang ternyata adalah kakaknya.

"Iya. Nih, kunci mobilnya, Kak." Meera langsung memberikan kunci mobil miliknya itu kepada kakaknya.

Setelah semuanya masuk ke dalam mobil, sang kakak langsung mengemudikan mobil Yaris hitam milik adiknya itu. Mereka pun langsung bergegas pergi untuk segera menuju tempat makan favorit mereka.

"Gimana kabar ayah, Kak Riz?" tanya Meera yang duduk di samping kakaknya yang sedang menyetir.

"Alhamdulillah baik. Ayah nanyain kamu loh, Ra. kapan ke rumah katanya?"

"Iya, Ra. Ayah katanya rindu sama kamu, udah hampir 7 bulan apa 8 bulan yah gak ketemu? Kayanya udah lama banget juga," tutur Aisyah; kakak perempuan Meera yang duduk di jock belakang mobil.

Almeera tersenyum tipis. Ia memandang ke arah dashboard mobilnya di mana, di sana terpampang sebuah bingkai foto. Di mana, di dalam bingkai foto tersebut ada foto kebersamaan dirinya bersama ayah dan ke empat kakaknya.

Rianti, kakak pertama Meera ini sudah menikah dan dikaruniai 3 orang anak. Beliau kini tinggal di Bandung ikut bersama suaminya yang kebetulan seorang dosen di Universitas tinggi Negeri di sana. Sementara Rianti sendiri ini merupakan seorang guru TK.

Aisyah, kakak ke dua Meera ini sudah menikah dan memiliki 2 buah hati. Beliau adalah seorang guru SD sementara suaminya adalah seorang guru SMP di daerah Bekasi.

Sementara Rizky adalah kakak ketiganya dan merupakan satu satunya pria di antara ke empat kakaknya. Rizky juga sudah menikah dan dikaruniai sepasang anak kembar laki laki yang tampan. Beliau adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit swasta di kota Jakarta, sementara istrinya adalah seorang bidan.

Sekar, kakak ke empat Meera ini tinggal di kota Bogor. Sekar merupakan seorang penulis dan baru saja menikah 1 tahun yang lalu. Suaminya sendiri adalah salah satu editor di perusahaan penerbit buku yang cukup ternama.

Sementara Meera sendiri adalah seorang model ternama yang merambah ke dunia desainer di ibu kota dan sudah memiliki butiqnya sendiri, bahkan cabangnya sudah ada beberapa di kota besar di Indonesia.

"Kak, apa kakak bahagia?" tanya Meera tiba-tiba.

"Kenapa kamu bertanya seperti itu, Ra?" tanya Rizky sambil menatap ke arah Meera dengan tatapan bingung.

Meera menghela nafas pendek. Ia membuka kaca mobil di sampingnya dan menatap ke arah luar dengan kedua matanya yang sendu.

"Kemarin malam, bunda telepon Meera, Kak. Bunda menangis dan bilang rindu sama ayah," jawab Meera dengan mata berkaca-kaca.

Aisyah yang duduk di belakang langsung menundukkan kepalanya. Sementara Rizky, ia berusaha tetap tegar dan menahan air matanya agar tidak keluar dari pelupuk matanya.

"Bunda bilang, dia rindu kebersamaannya dulu bersama ayah. Dan, apa kalian tahu, semenjak bunda menikah lagi 5 tahun yang lalu. Sebelum hari pernikahannya, bunda menangis sendirian di kamarnya. Meera sendiri nggak berani masuk ke dalam kamar bunda, karena Meera tahu bunda ingin menangis sendirian tanpa di temani."

Aisyah meneteskan air matanya. Ia memalingkan wajahnya dan menatap ke arah yang tak pasti. Sementra Rizky berusaha untuk tetap fokus dan menatap lurus ke depan.

Setelah sampai di tempat makanan favorit mereka, sebelum keluar dari mobil, Rizky menggenggam tangan Meera dan menatap adiknya itu dengan lirih.

"Ra, kamu yang paling dekat dengan bunda sekarang. Kamu yang paling sering juga ketemu sama bunda, kakak berharap kamu selalu menemani bunda dan membuatnya tersenyum. Kamu bisa kan, Ra?"

"Iya, Ra. Kami mungkin tidak seberuntung kamu yang bisa bertemu setiap hari dengan bunda, bercengkrama dengannya dan bisa memeluknya setiap saat. Jadi, kak Ai berharap kamu tetap teguh yah, Sayang. Dan, buatlah bunda bahagia. Biarkan kami membahagiakan bunda dan menyayangi bunda dengan cara kami sendiri. Cinta dan kasih sayang kami untuk bunda tak pernah lekang oleh waktu."

Aisyah memegang kepala Meera lembut dan membelai-belai rambut adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

"Kak, Meera selalu berdoa untuk kita semua agar selalu bahagia dengan caranya masing-masing. Meera sayang kalian semua," tangis Meera yang kemudian pecah.

"Kita juga sayang sama kamu, Dek," tutur Rizky dan Aisyah sambil memeluk adik bungsunya itu dengan erat.

Setelah makan siang bersama di tempat sate maranggi kesukaan mereka. Meera mengantar Rizky kembali ke rumah sakit untuk bekerja dan mengantar Aisyah ke stasiun kereta api.

"Makasih waktunya yah, Kak Ai. Makasih banget sudah meluangkan waktunya untuk bertemu dengan Meera yang lagi kangen sama kalian."

"Sama-sama, Ra. Kalau ada apa-apa kamu telepon kita aja. Atau telepon kak Ai sendiri juga bisa."

"Meera takut ganggu kak Ai kerja."

"Ya nggaklah, Sayang. Family is number one, kamu itu adik bungsunya kakak. Jadi, kamu prioritas utama kak Ai," tutur Aisyah sambil menyubit pipi kanan Meera dengan gemas.

"Ya udah, hati hati di jalan yah, Kak. Kalau udah sampai, kabarin Meera, yah?"

Meera langsung memeluk kakaknya kemudian bergegas untuk kembali.

"Meera!" teriak Aisyah hingga membuat langkah Meera terhenti.

Meera membalikkan badan dan menatap wajah kakaknya yang terlihat sudah lelah itu.

"Kalau kangen kita, kamu bisa melihat kami di dalam bingkai foto yang berada di dashboard mobil kamu."

"Always, Kak Ai."

"Love you, Dek."

"Love you to, Kak Ai."

Meera berjalan dengan perlahan menuju parkiran mobil. Saat masuk ke dalam mobilnya, ia kembali menatap ke arah bingkai foto di mana, ada foto kebersamaan dirinya dengan ayah dan ke empat kakaknya walau tanpa kehadiran bundanya di dalam foto tersebut.

Sementara di samping bingkai foto kebersamaan dirinya dengan ayahnya, ada satu bingkai foto kecil di mana di dalam foto tersebut ada foto dirinya bersama sang ibu.

"Aku sayang kalian semua," tutur Meera dengan air mata yang mulai mengalir dan membasahi kedua pipinya.

Terpopuler

Comments

Adel

Adel

mampir di karyaku juga ya thor...

salam dari
RINDUKU DI UJUNG SURGA

😄😄

2020-12-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!