Terjebak Di Malam Tuan Dave Alexander
"Aku melakukannya demi Sean." gumaman itu meluncur pelan dari bibir seorang wanita yang tengah terbaring nyaman dengan mata terpejam. Tidurnya tampak begitu lelap, seolah terbuai dalam kehangatan malam, hingga detik berikutnya kelopak matanya terbuka perlahan, tersadar dari alam mimpi yang memeluknya.
Aurora mengerutkan kening, merasakan denyut tajam yang menyebar dari pelipisnya, diikuti oleh pusing yang menekan kepalanya, membuat pikirannya terasa kacau. Tubuhnya terasa berat, seperti ada beban yang membelenggu gerakannya. Perlahan, dia menyadari sesuatu yang asing melingkari perutnya. Dengan jantung yang mulai berdetak lebih cepat, Aurora mengedarkan pandangannya ke samping.
Di sana, terbaring seorang pria, wajahnya sebagian tertutup bayangan malam, namun suara dengkurannya jelas terdengar, membuktikan bahwa dia bukan sekadar ilusi.
Astaga!
Bukan!
Pikirannya bergolak, napasnya tercekat, tubuhnya terasa kaku seketika. Siapa pria ini? Mengapa ada pria lain bersamanya? Tidak, bukan pria ini yang seharusnya ada di sini. Bukan dia. Ingatannya berusaha merangkai potongan-potongan peristiwa yang tercecer dalam benaknya. Perlahan, kesadarannya mulai menyentuh kenyataan yang menyakitkan.
Ya, bukan pria ini. Seharusnya Sean, pria yang selalu mengisi ruang hatinya, yang seharusnya ada di sini. Lalu, siapa pria ini? Bagaimana dia bisa berada di sini bersamanya? Apa yang sebenarnya terjadi?
Aurora menatap tubuh pria di sampingnya. Tubuhnya begitu kekar, berkulit putih, dan tampak begitu besar dibandingkan tubuhnya yang mungil. Dengan wajah telungkup, napas pria itu terdengar berat, seirama dengan detak jantung Aurora yang semakin kacau. Tangan pria itu masih melingkar di perutnya, hangat namun membuatnya merinding dalam ketakutan yang mulai merayapi tubuhnya.
Rasanya seperti tersentak dari mimpi buruk, Aurora langsung bangun, menarik tubuhnya dari dekapan pria itu. Jantungnya berdetak begitu cepat, seperti akan melompat keluar dari dadanya. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, seiring rasa dingin yang merayapi kulitnya. Udara kamar itu terasa lebih berat, seolah menambah beban pada kepalanya yang masih berdenyut hebat.
Dia mendongak, mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang diterangi lampu tidur kecil di atas nakas meja. Cahaya temaram itu menciptakan bayangan samar yang membuat ruang kamar terasa lebih sempit dan menekan. Tubuh pria itu masih telungkup, punggungnya yang kokoh terlihat jelas meski terhalang selimut yang melorot hingga pinggangnya.
Dengan tangan yang sedikit gemetar, Aurora meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Satu per satu, dia kenakan kembali tanpa memedulikan rasa nyeri yang menjalar di tubuhnya. Setiap helaian kain terasa dingin, seolah mengingatkannya pada betapa asingnya situasi ini.
Tasnya tergeletak tak jauh dari kaki ranjang. Dengan langkah terburu-buru, Aurora menyambarnya, menyampirkan tali tas itu ke bahunya, lalu bergegas menuju pintu kamar. Namun sebelum benar-benar meninggalkan tempat itu, Aurora menghentikan langkahnya, menoleh sekali lagi ke arah ranjang.
Pria itu masih terbaring di sana, wajahnya tetap tersembunyi dalam kegelapan, sebagian tubuhnya tertutupi selimut tebal yang berantakan. Cahaya lampu tidur kecil yang redup membuat sosoknya semakin sulit dikenali, seperti bayangan samar yang menghantui pikirannya.
Dengan napas yang terputus-putus dan kepala yang terasa semakin berat, Aurora menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri sebelum melangkah keluar. Suara detak jam di dinding terasa lebih keras, seolah menegaskan betapa berartinya setiap detik yang dia lewatkan di tempat itu.
Tanpa berpikir panjang lagi, Aurora membuka pintu dengan hati-hati, berusaha tidak menimbulkan suara sedikit pun, sebelum akhirnya melangkah keluar, meninggalkan pria misterius itu dalam gelapnya kamar yang penuh rahasia.
Sialan!
Apa apaan ini!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments